Monday, February 18, 2008

Wisata Senam Lansia (atau Wisata Belanja?)

Hari Minggu kemarin, aku menemani ibu berwisata bersama teman-teman senam lansia dari RS Al Ihsan, tempat ibu biasa senam setiap minggu pagi. Tujuan wisata, nggak tanggung-tanggung, 3 tempat sehari jalan. Taman Buah Mekarsari, Kampung Cina Kota Wisata Cibubur, dan masjid kubah emas yang memang sedang terkenal saat ini.
Bada subuh, kami bertolak dari rumah menuju area rumah sakit tempat berkumpul semua anggota rombongan. Aku dan ibu termasuk dalam rombongan di bus 7 dari 9 bus yang berangkat beriringan. Masa mengabsen jadi acara rutin yang penting tapi jadi lucu karena beberapa kekeliruan yang terjadi berulang-ulang. 'Ibu' Yeye, protes karena beliau adalah 'pak' Yeye. Sebaliknya, 'pak' Luki juga protes berkali-kali karena sebetulnya dia adalah istri dari pak Maman. Berkali-kali ibu Luki melayangkan protes karena lagi-lagi dipanggil 'pak' Luki.
Sampai di taman buah Mekarsari, siang sudah menjelang. Maka acara makan siang jadi prioritas pertama yang didahulukan, dilanjut dengan jalan-jalan keliling taman buah dengan kereta gandeng. Sayangnya, kami tak bisa berhenti di kebun tertentu untuk sekedar melihat-lihat ataupun berbelanja. Kebetulan di hari itu ada kunjungan beberapa dubes negara tetangga ke taman buah Mekarsari, untuk mendukung promosi Visit Indonesia Year tahun ini, jadi pengunjung yang lain tak bisa leluasa menyusuri area taman wisata itu. Sayang ya...
Jam 1 lewat, rombongan bus kami bergerak lagi. Kali ini menuju Kota Wisata Cibubur, untuk mengunjungi Kampung Cina. Kali ini tak lain dan tak bukan, pasti tujuannya belanja. Haha...! Ibu membelikan piyama bernuansa Cina untuk ketiga keponakanku yang ada di Bandung. Sedangkan aku, walaupun mencari ke hampir semua gerai toko di sana, tak kutemukan sandal rumah yang sesuai dengan seleraku. Yah... biarlah, itu toh bukan kepentingan yang mendesak. Jadinya memang nggak ngotot beli.
Selepas dari Cibubur, perjalanan berlanjut ke masjid kubah emas di bilangan Limo, Depok. Alhamdulillah, aku masih diberi kesempatan untuk mengunjungi masjid megah ini dari dekat. Subhanallah... betapa murah hati pemiliknya yang mengikhlaskan sebagian hartanya untuk kepentingan umat. Dikunjungi, banyak orang beribadah di dalamnya, berdoa dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta Segala isi semesta. Indah, benar. Sayang, ketika kami tiba di sana, malam mulai menjelang, sehingga tak sempat kuabadikan keindahan kubah emas itu dalam cahaya siang. Namun keindahan bagian dalamnya pun tak kalah memukau. Tentu seharusnya, lebih indah lagi hati orang-orang yang beribadah di dalamnya. Sayang (lagi), banyak sekali pengunjung yang membuang sampah sembarangan, merusak keindahan rumah ibadah megah ini.

Quote of the Day

The way to succeed is to double your error rate.
Thomas J. Watson

Tuesday, February 12, 2008

Anthurium-mania

Baca artikel di rubrik "gado-gado" femina beberapa waktu lalu, tentang kisah Anthurium-mania yang seringkali nggak masuk akal. Lucu juga sih... Berikut ini 2 kisah di antaranya.
Seorang kolektor tanaman hias membeli satu pohon Anthurium dengan harga 'di luar batas kewajaran'. Setelah itu dia jadi anti berat kepada kupu-kupu. Dia perintahkan tukang kebunnya untuk mengusir semua kupu-kupu dari tamannya. Apa pasal? Kupu-kupu sangat berpotensi untuk hinggap dan meninggalkan telur-telurnya di atas daun-daun berharga ratusan ribu itu (sehelainya, sodara-sodara...!) Dan telur-telur itu kelak akan menetas menjadi ulat-ulat yang bisa memakan habis daun-daun Anthurium yang 'berharga' itu. Wah... segitunya ya?
Yang berikutnya, kisah suami-istri yang tak sepaham tentang tanaman hias. Sang suami adalah seorang penyuka tanaman hias. Saking sukanya, dia rela menukar seekor sapinya untuk menebus harga sepohon Anthurium. Sang istri berang karena ulah suaminya. Yang bener aja... seekor sapi ditukar sebatang pohon yang berdaun belaka. Suatu hari, saking kesalnya, sang istri 'memanjakan' suaminya dengan menghidangkan urap Anthurium kesayangan sang suami di meja makan. :O

Quote of the Day

The less you talk, the more you're listened to.
Abigail Van Buren

Wednesday, February 06, 2008

Reuni 'Alumni' Salman Al Farisi

Senin sore, usai mengerjakan berkas soal untuk siswa pindahan, aku angkat kaki untuk takziah ke rumah Ella. Dari Padalarang, melintas tol Pasteur, melewati jalan layang, njemput bu Dewi Telaphia dan anak bungsunya di Cikutra. Setelah itu, melintas Bandung ke daerah Pasir Koja, njemput Intan, sang navigator menuju rumah Ella. ;) Numpang shalat ashar di sana.
Perjalanan menuju rumah Ella di Bumi Asri, diisi dengan bincang-bincang nostalgia, juga bertukar cerita tentang apa yang sudah terjadi selama pisahan. Disambung di rumah Ella dengan perbincangan dan topik lain. Ternyata, baru kita sadari bahwa kita seolah reuni 'alumni' Salman Al Farisi. Intan berdinas di Purwakarta, aku di Padalarang, DT jadi ibu rumah tangga di Bandung, sementara Ella masih setia beraktivitas di Salman.
Bincang-bincang dengan Ella, jadi ajang untuk saling menguatkan. Ibunya bu Dewi juga ternyata baru meninggal dunia sekitar 2 bulan sebelumnya. Kita pun bercermin dari situ, bahwa umur betul-betul jadi rahasia Allah. Berbincang ini-itu ke sana ke mari, akhirnya menjelang maghrib kita tuntaskan. Harus pulang! Bu Dewi bawa anak kecil yang sudah waktunya tidur. Mohon maaf... cuma 'kuantar' sampai BMI Bubat. Dari sana, kita menunggu taksi yang akan membawa bu Dewi pulang. Lama juga, ternyata.
Aku masih bersama Intan beberapa waktu, melanjutkan cerita, untuk kemudian berpisah dan berjanji untuk bertemu lagi. Segera. Insya Allah.

Sunday, February 03, 2008

Bandung Orchid Festival 2

Ke pameran anggrek lagi di MTC. Kali ini nggak sebesar yang kita kunjungi November lalu. Menyusuri area pameran, aku 'jatuh cinta' pada anggrek berkantong yang memang belum ada dalam koleksi ibuku.
Sebelumnya, aku sudah membawa sepasang Euphorbia mini, buah tangan untuk ibuku. Menambah koleksi keluarga Euphorbia di 'taman' atas. Jadi ragu juga untuk membeli anggrek berkantong itu. Di stand yang satu, kulihat masih bersisa 2 pohon. Bunganya cantik sih, tapi daunnya terlihat tidak begitu sehat. Di stand berikutnya, 3 batang anggrek berkantong dengan warna ungu kehijauan (belakangan kutahu dia dari keluarga Paphiopedilum), terlihat cantik sekaligus 'gagah'. Bikin ngiler... bener! Akhirnya kuambil juga satu batang dengan satu bunga yang belum mekar sempurna, plus satu kuncup bunga baru. Belinya udah pake nawar, biarpun nggak ngotot. Aku nggak biasa sih, nawar 'pake urat'. Kasihan sama yang jualan. Hehe...
Di stand yang paling depan, setangkai anggrek Paphiopedilum berwarna kombinasi putih dan hijau terlihat begitu anggun, bertengger di meja pajangan yang disebut penjualnya dengan 'tanaman koleksi'. Iseng, kutanya harganya. Aku yakin, pasti mahal, dan tak boleh kaget ketika harga 250 ribu rupiah disebut. Beberapa tunas muda memang sudah mulai bermunculan. Beberapa bulan ke depan, bisa dipecah jadi tanaman baru yang punya harga sendiri. Tertarik sih... tapi saat ini "ilfil" kalau dengar harganya. Hehe...

Friday, February 01, 2008

Quote of the Day

The art of living is more like wrestling than dancing.
Marcus Aurelius

Kepergian Seorang Kawan (lagi)

Lagi, seorang kawan berpulang ke haribaannya. Pak Azis, suami bu Ella (teman di Salman), bada maghrib kemarin (Kamis, 31 Januari 2007) meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Kabar sakitnya memang sempat kudengar, bahkan mereka berencana untuk meminjam mobilku (bertukar dengan motor mereka) untuk mengoptimalkan upaya pengobatan alternatif yang akan dijalaninya.
Rencana itu batal. Kabar terakhir yang kudengar, kondisi pak Azis membaik. Dia merasa cukup kuat untuk naik-turun angkot menuju tempat pengobatan alternatif yang dijalaninya. Yang tidak kudengar lagi, ternyata beberapa hari menjelang wafatnya, dia sempat masuk rumah sakit lagi dengan kondisi yang terus memburuk, kritis, dan akhirnya meninggal dengan didampingi istri, keluarga dan beberapa teman dekat. Innalillaahi wainna ilayhi raaji'uun.
Sungguh, umur manusia betul-betul jadi rahasia Allah. Pak Azis ini baru 30-an awal, atau bahkan mungkin belum mencapai 30. Namun Allah telah memanggilnya di usia yang 'begitu muda', meninggalkan bu Ella dengan seorang anak yang belum lagi genap 2 tahun. Ya Allah... berilah ketabahan dan kesabaran untuk saudariku yang begitu tegar dengan cobaan (atau ujian?) yang bertubi-tubi Kau berikan padanya. Semoga Kau naikkan derajatnya menjadi hamba kesayangan-Mu. Amiin.

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka