tag:blogger.com,1999:blog-98699842024-03-14T00:45:59.116+07:00Cerita BatikmaniaMy space. An escape from everyday life. Fill it freely and 'grow' in it.Unknownnoreply@blogger.comBlogger678125tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-92054498718948808792023-09-19T15:32:00.001+07:002023-09-19T15:32:53.418+07:00Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka<p style="text-align: justify;"><i><span style="color: #6fa8dc;">Di, udah lama nih kita nggak ketemuan. Ketemuan yuk!</span></i></p><p style="text-align: justify;">Sebuah pesan <i>whatsapp</i> kubaca di ponselku. Dari Mima, seorang teman yang pernah menjadi kolega di sebuah institusi di suatu masa. Ya... rasanya sudah cukup lama juga kami tak bersua dan bertukar kabar. Kubalas pesannya segera,</p><p style="text-align: justify;"><i><span style="color: #c27ba0;">Yuk! Mau di mana? Kapan?</span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="color: #6fa8dc;">Di Ciwalk yuk. Sabtu ini?</span></i></p><p style="text-align: justify;">Humm... sebetulnya agak males sih ke daerah macet begitu di akhir pekan, tapi sesekali aja kan ini... dengan tujuan silaturahmi pula, jadi baiklah, mari kita jabanin.</p><p style="text-align: center;">~🧡~</p><p style="text-align: justify;">Sabtu sore pun datang. Aku sampai lebih dulu di resto yang sudah kami sepakati, sedangkan Mima datang tak lama kemudian dengan senyum lebarnya yang khas. Setelah cipika-cipiki dan sedikit basa-basi, kami pun menelusuri daftar menu untuk memilih menu makan sore kami. Hihii... iya, sore. Bukan makan siang, bukan pula makan malam. Pokoknya makan bareng lah judulnya, ini. Aku memilih sate maranggi yang jadi rekomendasi resto ini, sedangkan Mima memilih menu lain yang berkuah. Katanya dia sedang menghindari masakan yang dibakar atau dipanggang, padahal aku tahu betul dia sangat suka persatean, makanya aku pilih resto ini untuk tempat ketemuan kami.</p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHWdLPO0Ts-hsaV-0U6Xce1nPiYKYHlysi9UFoaQTTgeNeV9mBv343ZfLxMEBU4xPxhMKrEO7g_S9F4zVRb_sSNbus7oAh16HZjK8HIWnPXKixpc9wP4-w87FxAOPcoAK2ynybd5o3uLI190XZTekWx8XDU95XqtcqVRL9fhMOvsYdKjsDlzFj/s1080/20230919_144410_0000.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHWdLPO0Ts-hsaV-0U6Xce1nPiYKYHlysi9UFoaQTTgeNeV9mBv343ZfLxMEBU4xPxhMKrEO7g_S9F4zVRb_sSNbus7oAh16HZjK8HIWnPXKixpc9wP4-w87FxAOPcoAK2ynybd5o3uLI190XZTekWx8XDU95XqtcqVRL9fhMOvsYdKjsDlzFj/s320/20230919_144410_0000.png" width="320" /></a></div>"Kenapa nggak nyate? Eh... kalau tahu sedang menghindari bakar-bakaran, kita bisa ke tempat lain aja tadi," ujarku sambil sedikit merasa bersalah.<p></p><p style="text-align: justify;">"Nggak apa-apa... masih banyak menu lain yang bisa dinikmati kan?" Jawabnya ringan saja.</p><p style="text-align: justify;">"Memangnya kenapa harus menghindari makanan yang dibakar-bakar?" selidikku sambil menunggu pesanan kami diantar ke meja. </p><p style="text-align: justify;">Dia pun bercerita tentang kunjungannya ke dokter beberapa waktu berselang. Setelah menyampaikan gejala yang dirasakan, ditunjang dengan hasil cek darahnya di lab,</p><p style="text-align: justify;">"<i>Cancer</i> nih kayaknya." Ringan saja dia bilang begitu, masih dengan senyum di wajahnya. Sementara aku, mendengar pernyataannya dengan jelas, mataku tiba-tiba berembun.</p><p style="text-align: justify;">"Hey... nggak apa-apa...," ujar Mima sambil mengulurkan tangannya ke seberang meja, meraih tanganku, menggenggamnya sejenak. "Saat ini nggak ada yang dirasa siih," sambungnya lagi. "Nggak sakit nggak apa, tapi ya mesti jaga pola makan. Nurut aja deh sama dokter. Nggak boleh makan yang bakar-bakar, segala yang fermentasi, kurangi roti, dan sebagainya. Pantangannya nggak banyak-banyak amat sih rasanya. Masih banyak lah yang bisa dimakan." Pungkasnya. <i>Waiter</i> datang mengantar pesanan kami, menghentikan percakapan sejenak. </p><p style="text-align: justify;">Aku memandangi sate sapi yang terhidang di depanku. Tadinya aku ingin memesan sate kambing, tapi tekanan darahku agak tinggi belakangan ini, membuatku sakit kepala bahkan mual muntah sesekali. Tapi tak pantas rasanya aku mengeluhkan sakit ini, sementara sahabatku mengidap sakit yang jadi momok banyak orang, pembunuh rangking ke-2 dari penyakit yang menyerang perempuan. Apa yang kualami saat ini, tak ada apa-apanya dibandingkan dia. Kami pun melanjutkan makan sore kami tanpa membahas lebih jauh mengenai sakit apapun yang kami idap saat ini.</p><p style="text-align: center;">~🧡~</p><p style="text-align: justify;">Bulan Oktober akan bertepatan dengan <a href="https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/page/2/bulan-oktober-diperingati-sebagai-bulan-kesadaran-kanker-payudara" target="_blank"><i>Breast Cancer Awareness Month</i></a> yang diperingati sebagai Bulan Kesadaran yang merupakan kampanye tahunan untuk meningkatkan kesadaran akan deteksi dini kanker payudara melalui SADARI (Periksa Payudara Sendiri). <i>Pink ribbon for you, all breast cancer warriors!</i> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfZVrxrUEAfRkN9UvzpSvJg7YRJRmmjDe3rqMZulxgpnJspwNPd5Y2iIRDTrtnFxNkFeJDKTZ_u6HsGa1gnKR80zrPO-BDmfXDbBoUBcmWP9TfPd8KINuOMoOi7w4mlbTJvgFw65HCpe5rsqPAIJtReMBCVsDH2DaFiAFpZqwG_egvXYc4u4xv/s1200/breast%20cancer%20awareness.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1200" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfZVrxrUEAfRkN9UvzpSvJg7YRJRmmjDe3rqMZulxgpnJspwNPd5Y2iIRDTrtnFxNkFeJDKTZ_u6HsGa1gnKR80zrPO-BDmfXDbBoUBcmWP9TfPd8KINuOMoOi7w4mlbTJvgFw65HCpe5rsqPAIJtReMBCVsDH2DaFiAFpZqwG_egvXYc4u4xv/w200-h200/breast%20cancer%20awareness.png" width="200" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;">Sebetulnya aku pun pernah mengalami hal serupa itu bertahun yang lalu, jaman masih SMA atau awal kuliah. Kurasakan sebuah benjolan kecil di 'sekwilda' setelah <a href="https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/669/sadari-untuk-deteksi-dini-kanker-payudara" target="_blank">sadari</a> beberapa kali. Benjolan itu seukuran kacang tanah sih rasanya, atau malah lebih kecil lagi. Aku sudah lupa. Saat itu aku pergi ke puskesmas sebagai faskes pertama. Dari sana diberi surat rujukan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan ke bagian onkologi. Namanya berobat pakai askes (iyaa, masih askes waktu itu, bukan BPJS), aku ya nggak bisa manja-manja atau pilih-pilih dokter. Kuharap akan ketemu dokter wanita, tapi <i>jebule</i> yang nongol dokter laki-laki, tinggi kurus berkumis tebal. Setelah kusampaikan keluhan, ya mesti periksa fisik lah yaa (mallluuuu, tahu, buka-bukaan area 'sekwilda' di depan seorang laki-laki, dokter sekalipun). </p><p style="text-align: justify;">Setelah periksa, pak dokter bilang, "Nggak ada tuh (benjolannya)." Rasanya mukaku sudah merah maksimal karena malu. Ya masa sih aku harus minta dia untuk memeriksa lagi. 'Ini lho, dok... sebelah sini... coba pegang!' sambil menyodorkan *niiiit* #sensor. Duh, kan malu banget ya. Akhirnya aku benahi blus berkancing depan yang kupakai lalu bersiap pulang. Sebelum pulang, pak dokter sempat menyarankan untuk menjalani biopsi sebagai langkah lanjutan. Enggak ah, dok... aku balik badan lalu pulang. Waktu itu aku memilih untuk minum ramuan alternatif semacam jamu yang dijual bebas. Setelah beberapa bulan mengkonsumsi ramuan itu, alhamdulillah benjolan di sekwilda itu tak lagi teraba. Aku nggak perlu lapor ke pak dokter berkumis kan untuk memberi tahu bahwa benjolan benar-benar sudah hilang?</p><p style="text-align: center;">~🧡~</p><p style="text-align: justify;">Membicarakan tantangan hidup, rasanya ingin berbagi tapi malu hati. Tantangan jasmani maupun rohani PASTI sama-sama kita alami dalam hidup ini. Kadang aku merasa tantangan hidupku kok gini-gini amat... tapi kalau lirik kanan-kiri, ternyata BANYAK orang lain yang tantangan hidupnya lebih berat, jauhhh lebih berat dari tantangan hidup yang kualami. Jadi... tak ada gunanya mengeluh, Dee. Semua orang menanggung bebannya masing-masing, sesuai dengan kemampuan dirinya. Itu yang dijanjikan Allah di ayat terakhir surat Al Baqarah. </p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3b3c4wG98aCzykaCLJ21ect9qqY_31-XY4VTpbFzbM3C1JBkKzRu5cZ8YX7BH4SUWMOkj_U0n5WbVJlusyz5QmrD466-rTMPCf-ZpWSp6EjN4gao0gGOYfuLF2u-zWD-R4eJkfM4YNjKLHYMPT_AkXrgd9NvuhRvcJZXaoOtqRzZb3E_MUCLt/s940/20230919_153022_0000.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="788" data-original-width="940" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3b3c4wG98aCzykaCLJ21ect9qqY_31-XY4VTpbFzbM3C1JBkKzRu5cZ8YX7BH4SUWMOkj_U0n5WbVJlusyz5QmrD466-rTMPCf-ZpWSp6EjN4gao0gGOYfuLF2u-zWD-R4eJkfM4YNjKLHYMPT_AkXrgd9NvuhRvcJZXaoOtqRzZb3E_MUCLt/s320/20230919_153022_0000.png" width="320" /></a></div>Aku pernah berbincang dengan salah seorang keponakan, membahas satu-dua tantangan hidup (masalah keluarga tentunya), yang rasanya berat sekali untuk dijalani. Saat membahas itu, dia katakan bahwa tentu tak mungkin kita menawar-nawar pada Allah mengenai apa tantangan hidup yang rasanya tak sanggup kita jalani. Allah <b>pasti tahu</b> bahwa kita mampu. Kalau kita masih 'iseng' dan mencoba menawar, nggak mau menjalani tantangan 'yang ini', hidiiih... kalau dikasih tantangan hidup 'yang itu', mungkin kita lebih nggak mampu. Jadi ya sudah, terima saja tantangan hidup kita saat ini sesuai kemampuan kita. Allah yang akan bantu menguatkan. Sungguh tak kusadari, ternyata keponakanku sudah dewasa sekali. Peluk kamu, sayang. Kamu pun menjalani tantangan hidup yang tak kalah berat, ditinggal ibu dan ayah dalam usia yang masih cenderung belia. Ya mungkin justru itu yang membuatmu dewasa. <p></p><p style="text-align: justify;">Untuk mengingatkan diri sendiri saja, kupungkas tulisan ini dengan sebuah hadits.</p><p style="text-align: center;"><span style="color: #f9cb9c;"><i>Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah 'Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi)</i></span></p><p style="text-align: justify;">Bismillah... semoga kita semua termasuk orang-orang yang disenangi Allah untuk kemudian sanggup bersabar dalam menjalani takdir-Nya, apapun adanya. </p><p style="text-align: justify;">Disetorkan untuk menjawab <a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-blogging-mgn-september-2023-pengalaman-menghadapi-tantangan-terbesar-dalam-hidup-jasmani-dan-atau-rohani/" target="_blank">Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog</a> di bulan September ini. Kita saling doakan yaa, semoga kita sanggup menjalani tantangan hidup, apapun itu.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4dt3Vo0VVAZ3ANpCtdnsJU50zE9i_49i0CcpSln2BK-AvkYCWYeVMqi_e9-F2j90MdDI2ozk8RMmimkNpNOPRtwj4aU54dxXv0X62oq5YKzWhf10DHOhvR380P444hDpBPpjBJOL_RHb5kfShHmJiP1pgoHzNB9aWLKMPha2YnPMOS_C0yWWb/s1280/Tantangan%20September.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4dt3Vo0VVAZ3ANpCtdnsJU50zE9i_49i0CcpSln2BK-AvkYCWYeVMqi_e9-F2j90MdDI2ozk8RMmimkNpNOPRtwj4aU54dxXv0X62oq5YKzWhf10DHOhvR380P444hDpBPpjBJOL_RHb5kfShHmJiP1pgoHzNB9aWLKMPha2YnPMOS_C0yWWb/s320/Tantangan%20September.jpg" width="320" /></a></div>Unknownnoreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-90518450702035778222023-08-12T20:50:00.000+07:002023-08-12T20:50:36.746+07:00Tiga Impian Yang Belum Kesampaian<div style="text-align: center;"><span style="color: #9fc5e8;">Aku menatap surat perjanjian kerjasama penulisan buku yang sudah kutandatangani di atas materai ini. Beneran nih... kumpulan tulisanku akan diterbitkan menjadi sebuah buku? Bukan di penerbit mayor siih, tapi ini bukan buku indie yang bisa cetak kapan saja dan berapa saja. Sungguhan dikurasi dan siap diterbitkan. Benerankah ini?</span></div><p style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;">ZONK!!!</span></b> Surat perjanjian penerbitan boleh saja sudah ditandatangani, tapi ternyata penerbitan bukuku batal. Kumpulan tulisan berupa pengalamanku selama di Jepang, akhirnya kuposting dengan hashtag #MemoriMaebashi di kompasiana. Salah satunya, yang sempat menjadi artikel utama di kompasiana <a href="https://www.kompasiana.com/d.utami/5a4b4a62f133441b682f0484/oishisou?page=2&page_images=1" target="_blank">bisa dibaca di sini</a>. </p><p style="text-align: justify;">Menerbitkan buku berisi tulisan sendiri adalah salah satu mimpi yang belum kesampaian. Masih berharap siih, tapi jadi malu sendiri ketika menulis sebagai sarana berlatih malas-malasan kujabanin. Bahkan nulis blog posting untuk tantangan MGN aja masih sering mandeg. 🙈</p><p style="text-align: justify;">Menulis keroyokan sih, sudah ada pengalaman beberapa kali. Ada yang memuaskan, tapi ada juga yang memualkan (nggak beneran memualkan, cuma ya rada nyebelin aja.) Dari 4 proyek antologi -Eh btw, e-book ITB dalam fiksi proyek barengnya MGN, keitung proyek antologi juga nggak siih...?- aku ceritakan serba sedikit tentangnya ya, biar semangatku terbakar lagi untuk menerbitkan buku sendiri.</p><p style="text-align: justify;"></p><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqgxL5bYWqbgol_Y3TvS2S_II3MNXDaWcSNp3ec4x6eAdI7g-FpN2fujgMwqowPJeWG11Y8Wcm8O_uWHUiliZsGri6z3XrCGCnZ9tbdhGUztZtROdeFV4RKGbrqGzhz6ls2a4-otMv3mgT8K6fVR2WlvwWORp1ev_w68kvLXT9zhiuDBKsww4j/s4000/20230812_165850.jpg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4000" data-original-width="3000" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqgxL5bYWqbgol_Y3TvS2S_II3MNXDaWcSNp3ec4x6eAdI7g-FpN2fujgMwqowPJeWG11Y8Wcm8O_uWHUiliZsGri6z3XrCGCnZ9tbdhGUztZtROdeFV4RKGbrqGzhz6ls2a4-otMv3mgT8K6fVR2WlvwWORp1ev_w68kvLXT9zhiuDBKsww4j/s320/20230812_165850.jpg" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Proyek Antologi pertama: Curhat Jalan Raya</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;"><b>Curhat Jalan Raya</b>. Ini adalah proyek Antologi yang paling memuaskanku. Setiap kontributor dikurasi dulu dan diseleksi. Hanya 30 tulisan yang lolos kurasi dan berhasil ikut naik cetak menjadi buku kumpulan curhat yang seru ini. Setelah buku yang dicetak oleh Leutika Publishing ini sampai di tanganku, kubaca satu persatu tulisan di dalamnya, dan rasanya memang bagus-bagus siih. Aku bersyukur bisa menulis bersama salah satu penulis senior, Mbak Ifa Afianty di dalam proyek antologi ini. Tulisan-tulisan lain dalam buku itu sangat dekat dengan keseharian dan rata-rata dikisahkan dengan gaya bercerita yang menarik, sampai rasanya 'kesal' ketika sudah membaca buku itu hingga halaman terakhir. Masih ingin baca cerita yang lain lagi soalnya... </div><p></p><p style="text-align: justify;"><b>Ramadan di Rantau</b>. Ini adalah kebalikan dari buku Curhat Jalan Raya, menjadi proyek antologi yang paling tidak memuaskan juga tidak membanggakan. Aku merasa 'terjebak' ikut dalam proyek antologi ini. Kutemukan undangan untuk menulis pengalaman mengenai Ramadan di rantau ini dari sebuah akun penulis di facebook. Kabarnya dia sudah menulis banyak proyek antologi dengan buku yang tidak sekedar indie tapi juga terdaftar resmi dengan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/ISBN" target="_blank">ISBN</a>. Terdengar sangat terpercaya bukan? Tapi ternyata kuratornya hanya dia sendiri. Bukan kurator juga sebetulnya, karena tulisan-tulisan yang masuk tidak melalui proses seleksi lagi. Dia bahkan sampai membuat 2 jilid buku ini, Ramadan di Rantau 1 dan 2, menimbang tulisan yang masuk sudah melebihi target. Yang membuatku kecewa, membaca beberapa tulisan dalam buku itu ternyata seperti mendengar seseorang bergumam saja, tak ada gregetnya. Sekiranya diseleksi dengan lebih baik, sangat mungkin buku ini akan lebih berkualitas. </p><p style="text-align: justify;"></p><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiq5jRPXN2BegK3lq2qbRmjbEGzHyQMeMKMjUKdIrL4momuPv9-6uJ8jZSbUvHorjV4kcMyWi5FE0CrKCRL9Dn0jy1NrJc6zSgLIfVu6NSbPABnadcDXanVVdApmCkXW2MUVzcao8BzXK4UHth1S4d7axZc62-tFiUnOgcZPoMKvNzpMPoOE6P/s2864/20230812_170534.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2291" data-original-width="2864" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiq5jRPXN2BegK3lq2qbRmjbEGzHyQMeMKMjUKdIrL4momuPv9-6uJ8jZSbUvHorjV4kcMyWi5FE0CrKCRL9Dn0jy1NrJc6zSgLIfVu6NSbPABnadcDXanVVdApmCkXW2MUVzcao8BzXK4UHth1S4d7axZc62-tFiUnOgcZPoMKvNzpMPoOE6P/s320/20230812_170534.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Proyek curhat berkedok Antologi :p</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;"><b><i>Unboxing Soulmate</i> </b>dan <b>Melepas Untuk Bahagia</b>. Dua proyek antologi ini jadi ajang curcol juga. Entah berapa persen kisah pribadi yang termuat di situ, tapi semoga jadi bahan pelajaran untuk pembaca. Membaca beragam kisah dalam buku <i>Unboxing Soulmate</i>, membuatku kembali menyadari dan memahami, bahwa pasangan hidup itu adalah misteri. Kadang tak dicari malah datang sendiri, tapi tak jarang dikejar malah dia menghilang, Buku Melepas Untuk Bahagia juga jadi sarana pembelajaran dan penguatan diri, bahwa tak semua yang kita kira baik, akan baik untuk kita. Menggenggam 'milik kita' tak selalu indah, sementara melepaskan bisa jadi membuat kita lebih bahagia. Selalu ada hikmah di balik semua peristiwa. </div><p></p><p style="text-align: justify;">Satu proyek antologi lagi, diwujudkan dalam bentuk e-book kumpulan cerita fiksi (dengan unsur) ITB. Ini kumpulan kisah yang serunya poll!!! Berisi cerita-cerita seru yang kental dengan aura nostalgia kampus Ganesha, dengan segala kisah seru tersembunyi di sana-sini. Yang mau baca-baca lagi, bisa langsung <a href="https://mamahgajahngeblog.com/3d-flip-book/e-book-mgn-kumpulan-fiksi/" target="_blank">cuss ke sini</a>.</p><p style="text-align: center;">~ ~ 💛 ~ ~</p><div style="text-align: center;"><span style="color: #9fc5e8;">Hari-hari terakhir di Gunma, kuhabiskan dengan menyortir barang-barang yang akan kubawa pulang ke Indonesia. Omong punya omong dengan dua teman sesama program teacher training, segala urusan mereka dengan kampus sudah selesai bahkan sekitar 2 pekan sebelum kepulangan. Aku pun sudah menyelesaikan laporan kegiatan teacher training-ku dan bersiap untuk jalan-jalan terakhir sebelum kembali ke Indonesia. Hiroshima jadi tujuanku selanjutnya.</span></div><p style="text-align: justify;"><b><span style="color: red;">ZONK!!!</span></b> <i>Sensei</i> memintaku untuk kembali merevisi laporan kegiatanku selama menjalani program <i>teacher training</i>. Aku harus bolak-balik mengedit dan menyerahkan revisian laporan sampai akhirnya <i>sensei</i> 'menyerah' di H-3. Ketika jadwal kepulangan sudah mepet begitu, aku tak mungkin lagi dong jalan-jalan ke Hiroshima yang jaraknya sekitar 800 km dari Gunma. Dengan jarak sedemikian jauh, tentu tak mungkin aku pergi bolak-balik dalam sehari, sementara <i>packing</i> belum beres, lalu undangan 'pesta perpisahan' juga berentet untuk dihadiri. Sementara masih banyak urusan domestik lain yang juga perlu didahulukan. Gagal deh berkunjung ke Hiroshima.</p><p style="text-align: justify;"></p><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRhv5aNk7Bs5KiNSI0-2ANOd7D0_9biMlf8fvsC2813KASh4w8r2o-kY44pSiRwszlj2u6929KwvN1iUbVcWiTHDzOoskHxbbZmLMJnibZ4KVeFvR2HfQCiLcmsXL3gaquLYY2KAp-BZEWVFqqMl4Qyd9CT1J_nAqFuPVWDvUOuemil4V_2waW/s1080/FB_IMG_1691838225253.jpg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="729" data-original-width="1080" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRhv5aNk7Bs5KiNSI0-2ANOd7D0_9biMlf8fvsC2813KASh4w8r2o-kY44pSiRwszlj2u6929KwvN1iUbVcWiTHDzOoskHxbbZmLMJnibZ4KVeFvR2HfQCiLcmsXL3gaquLYY2KAp-BZEWVFqqMl4Qyd9CT1J_nAqFuPVWDvUOuemil4V_2waW/s320/FB_IMG_1691838225253.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Berlatar belakang kebun Plum di area Nagoya Castle</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Selama masa tinggalku di Jepang yang 1,5 tahun lamanya, alhamdulillah aku bisa berkunjung ke beberapa tempat wisata dan mendapatkan ragam kenangan yang begitu berkesan dan tak terlupakan. Tapi pergi ke Hiroshima dan mengunjungi Monumen Bom Atom adalah salah satu tujuan dalam daftar impian yang masih ingin kuwujudkan. Biarpun tabungan bolak-balik terpakai untuk hal lain-lainnya, optimis dulu ajalah. Entah kapan berkunjung ke sana, tapi ya siapa tahu... ada yang mau ngajakin untuk jadi guide ke sana. <i>Yoroshiku ne</i>. </div><p></p><p style="text-align: center;">~ ~ 💛 ~ ~</p><div style="text-align: center;"><span style="color: #9fc5e8;">Labbaik... Allahumma labbaik. Labbaika syariika laka labbaik. Innal hamda wanni'mata laka walmulk. Laa syariikalak. Berjalan di pusaran jamaah haji di sekitar ka'bah, melambai dengan takzim ke arah bangunan bersahaja yang jadi tujuan seluruh muslim di dunia, berdesakan di lautan jemaah berpakaian ihram. Ya Allah... ibadah tertinggi sebagai seorang muslim ini tentunya ingin juga kualami.</span></div><p style="text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiy8vXR91LIYM0yqThxWYHn37u4CwJzxh56ehquBYu8CHC1w3EhsV0OZsGml4Tmfk10VNeWPzt2lISDjfXOzKm-L1b8fx6xkPEsNbRbS0nYZMuGgrKDEspIlUy6uANpWW7o-lzMtH-yrQsErVCFhOLaAOuBjcs9hCwSOOsvfUoLGGgEUXKx33-2/s1080/Screenshot_20230812_171457_Instagram.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="803" data-original-width="1080" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiy8vXR91LIYM0yqThxWYHn37u4CwJzxh56ehquBYu8CHC1w3EhsV0OZsGml4Tmfk10VNeWPzt2lISDjfXOzKm-L1b8fx6xkPEsNbRbS0nYZMuGgrKDEspIlUy6uANpWW7o-lzMtH-yrQsErVCFhOLaAOuBjcs9hCwSOOsvfUoLGGgEUXKx33-2/s320/Screenshot_20230812_171457_Instagram.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dekorasi kamar: suasana masjidil haram dengan lampu. <br />Izinkan aku menjadi salah satu jemaah di rumah-Mu, ya Allah...</td></tr></tbody></table><br /><div style="text-align: justify;">Tidak, kali ini tidak zonk. Bismillah... suatu saat aku akan datang ke baitullah, untuk beribadah di depan ka'bah, pergi ke tanah suci untuk menjalankan ibadah haji. Ya Allah... aku mohon izinkan diri ini untuk pergi. Entah tahun berapa aku akan dapat kuota, kesempatan untuk pergi berhaji, tapi ihtiar sudah mulai kujalani. Mendaftar untuk mendapatkan nomor antrian, menyetorkan sejumlah uang sebagai dana awal dan melanjutkan menabung di tabungan khusus yang kali ini tak akan kuotak-atik. Merutinkan berjalan kaki (masih pagi-pagi dulu) supaya badan terbiasa untuk ibadah yang perlu kekuatan fisik (dan mental) ini. Semoga Allah berkenan 'memanggilku' ke baitullah, sebelum Dia memanggilku ke haribaan-Nya. Tolong berikan kesehatan agar aku bisa menjalani ibadah itu dengan paripurna. Ya Allah...aku ingin pergi berhaji dalam keadaan sehat walafiat. Aamiin yaa mujiibassaailiin. <br /></div><div style="text-align: center;">~ ~ 💛 ~ ~</div><p></p><p style="text-align: justify;">Bismillah... tulisan ini merupakan rangkuman keinginanku yang masih ingin dicapai. Disetorkan untuk menjawab <a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-blogging-mgn-agustus-2023-keinginan-yang-masih-ingin-dicapai-mamah/" target="_blank">Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog</a> di bulan Agustus ini. Bantu aminkan yaa, mamah-mamah... </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV_Hi1S5_AYaebQEezPqtiJyeLohVrbpFvB7E7JZ4plftCMENHnpboF6fMNNZeEFOKmK_3yMYQlyiLtWhca38ozhy8s2EYaFyYXvRkLBVQdHtWmq-Up0DYc4zFiiKKEJr21LVxxKg5zMoLPeyxQvTsI6j7-KMy5Hg1CjiAeeviPdjND59ke1rv/s320/Tantangan%20MGN.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="168" data-original-width="320" height="168" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV_Hi1S5_AYaebQEezPqtiJyeLohVrbpFvB7E7JZ4plftCMENHnpboF6fMNNZeEFOKmK_3yMYQlyiLtWhca38ozhy8s2EYaFyYXvRkLBVQdHtWmq-Up0DYc4zFiiKKEJr21LVxxKg5zMoLPeyxQvTsI6j7-KMy5Hg1CjiAeeviPdjND59ke1rv/s1600/Tantangan%20MGN.jpg" width="320" /></a></div><p></p>Unknownnoreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-67258895251380201492023-07-20T23:57:00.002+07:002023-07-21T00:29:30.946+07:00Tolong Katakan Padaku, Dari Mana Asalku?<div style="text-align: justify;">Tiap kali ditanya, 'Kamu orang mana?' atau 'Kamu asalnya dari mana?', aku pasti perlu beberapa waktu untuk berpikir sebelum menjawab. Atau... kau siap-siap saja mendengarkan penjelasan yang cukup panjang ya. Aku siap bercerita dan nanti tolong bantu aku, apa yang harus kujawab ketika ditanya tentang daerah asalku. </div><div style="text-align: justify;">Beberapa waktu yang lalu, di acara halal bihalal keluarga besar Mangundimedjan, keponakanku bolak-balik menanyaiku, "Ini (yang baru datang) siapa, tante?" Ketika hubungan kekerabatan masih cukup dekat, misalnya sepupuku langsung beserta putra-putri mereka, aku masih bisalah memberi tahu dan mengenalkan. Tapi ketika yang datang adalah putra-putri dari sepupu bapak dari keluarga besarnya, euh... aku mendadak bodoh rasanya. Kalau ada ujiannya, mungkin nilaiku cuma 30. Harus remedial deh. </div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhROKNLMTjvF9rW33KJ7MeuFXsBhLZUGoCcOvcfEgW2HhOV_Ag-X7DN4FYVtcCGs1B9dDHj2_rmrzHYPKmfoJl-YHUn6ASKSnoyuY377h3DT69BVkXPfp1D8f_5OVdQblGY4GVrjgq5dYryh8OiFcYapvVkm8NHgxzaCFr0hg7go8LtBmMCPg6D/s1076/Screenshot_20230721_002610_Instagram.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="791" data-original-width="1076" height="235" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhROKNLMTjvF9rW33KJ7MeuFXsBhLZUGoCcOvcfEgW2HhOV_Ag-X7DN4FYVtcCGs1B9dDHj2_rmrzHYPKmfoJl-YHUn6ASKSnoyuY377h3DT69BVkXPfp1D8f_5OVdQblGY4GVrjgq5dYryh8OiFcYapvVkm8NHgxzaCFr0hg7go8LtBmMCPg6D/s320/Screenshot_20230721_002610_Instagram.jpg" width="320" /></a></div>Jika menurut garis patrilineal, aku termasuk suku Jawa. Bapak berasal dari Solo, keturunan ke-7 dari Sultan Mangkunagoro. Dari berkas-berkas yang ditinggalkan bapak, kutemukan dokumen Piagam Sentono yang menunjukkan hubungan kekerabatan bapak turun temurun dengan <a href="https://puromangkunegaran.com/pahlawan-nasional-kgpaa-mangkonagoro-i/" target="_blank">K.G.P.A.A. Mangkunagoro I</a>. Keluarga besar dari bapak rata-rata bisa berbahasa Jawa, halus. Sedangkan aku? Jika ditanya dengan bahasa Jawa, jawaban <i>default</i>-ku adalah, "<i>Hwaduh... mboten ngertos. Kulo ora iso boso Jowo</i>." Pernah sih aku 'terjebak' bertanya kepada seorang teman kuliah yang berasal dari Solo. Kubilang, eyangku dari Solo juga sih. Lalu aku sok-sokan nanya, "Kalo kamu, <i>Solone ngendhi</i>?" Terus meluncurlah sederet kalimat dalam bahasa Jawa darinya, yang tak satu pun kupahami. Kuapok deh nanya orang pake bahasa Jawa. Hahaa... jadi kalau aku 'ngaku-ngaku' Orang Jawa, ya iyain sajalah ya, karena secara garis keturunan bapak, aku berdarah Jawa. Tapi kayak Jawa murtad rasanya kalau tak bisa Bahasa Jawa begini. :p </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dzhmxiLrJ3dwyJzxZrV_cUiGNALSLYzH6d_DAD6zTVE3EJFRL1rhMbuNj-O4VZfFigLoZXNWMUCSBk' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><div style="text-align: justify;">Sebetulnya... dari ibu pun mestinya aku punya sedikit darah Jawa. Ibu berasal dari Tondano, tepatnya dari sebuah daerah yang disebut Kampung Jawa. Konon katanya, penduduk di sana adalah keturunan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kiai_Madja" target="_blank">Kyai Madja</a> dan pasukannya yang diasingkan oleh Belanda ke Sulawesi Utara. Kenalan serba sedikit yuk denganku, siapa tahu ternyata kita <i>basudara</i>. Kita mulai dengan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Marga" target="_blank">marga atau nama keluarga</a> ya.</div><div><div><div style="text-align: justify;">Marga ibuku, mengikut ayahnya adalah Masloman. marga bapak dari ibuku (yaitu kakekku) adalah Masloman, sedangkan marga ibu dari ibuku (yaitu nenekku) adalah Pulukadang.</div></div><div style="text-align: justify;">Mengingat orang-orang di Kampung Jawa ini rata-rata terkait kekerabatan, sangat mudah bagi kami untuk mengenali kerabat sekampung. <a href="https://bahasajaton.forumid.net/t5-nama-marga-fam-jaton" target="_blank">Marga atau kadang disebut Fam</a> Pulukadang cukup dikenal, selain Kiay Modjo sebagai keturunan garis pertama dari Kiay Modjo. Ada pula Kiay Demak, Haji Ali, Kangiden, Lamani, dan sebagainya. Ternyata banyak juga nama-nama keturunan Kiay Modjo dan pengikutnya yang sekarang sudah banyak tersebar di seantero Indonesia. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dyc_Xw8Awgw4Ku4KgMiK3I4JOpZDAo8gf2vKqS06Xkbr_-EW6LA6FHrpwCCfgEzkAX6pXnn5NlbSUQ' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><br /><div style="text-align: justify;">Nah... sebagai seorang yang lahir dari orang tua campuran Jawa-Tondano, aku merasa tak terkait dengan Jawa ataupun Tondano. Terus terang saja, aku lebih merasa sebagai orang Sunda dibandingkan Jawa. Ini karena sejak lahir aku sudah di Bandung, bersekolah di Bandung juga sejak TK sampai kuliah, Teman-teman mainku rata-rata orang kampung dan kami lebih aktif berkomunikasi dengan Bahasa Sunda, walaupun aku tetap kesulitan untuk berbicara Bahasa Sunda lemes/halus. </div><div style="text-align: justify;">Seumur hidupku, bisa dibilang begitu, aku tinggal di tanah Pasundan, menyerap budaya dan bahasanya, dan rasanya cinta banget dengan tanah dan air di kota Bandung ini. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dxgVpzvPQDJQBiVKkKoMsvSSpJ2sZCosSHNOIoTbBDrLKAPIi-92i2B0sQ5e2jXayZMv2O6Y88DlzI' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div><div style="text-align: justify;">Jadi... bisakah kau katakan padaku, dari mana asalku sekiranya ada yang menanyakan itu padaku. Gampangnya sih... orang Indonesia sajalah. Setuju? Kupungkas ceritaku untuk disetorkan dalam <a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-mgn-juli-2023-tentang-daerah-asal/" target="_blank">Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog</a> yang mengusung tema 'Daerah Asal'. Perlu 'bersemedi' sekian lama hingga akhirnya kutuntaskan juga tulisan bingung ini untuk menjawab tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Juli.</div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAfZZox1cGqUB0euipL3rj5Yi19m0u63pmUGsCBOfhTZHv5gzvd60JECQJ4XkHpIQnv6ZgqlacEahgCmETDWXet5meTdnGw6jD_nru2HkzwN07yAltLGiVn26_BbPRnfHF14i3jlW9twagqTceunpou3866Z6sca2YYVha9-OJv77zxjb5mi75/s320/Tantangan%20MGN.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="168" data-original-width="320" height="168" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAfZZox1cGqUB0euipL3rj5Yi19m0u63pmUGsCBOfhTZHv5gzvd60JECQJ4XkHpIQnv6ZgqlacEahgCmETDWXet5meTdnGw6jD_nru2HkzwN07yAltLGiVn26_BbPRnfHF14i3jlW9twagqTceunpou3866Z6sca2YYVha9-OJv77zxjb5mi75/s1600/Tantangan%20MGN.jpg" width="320" /></a></div>Unknownnoreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-80272976381535893162023-06-16T08:08:00.000+07:002023-06-16T08:08:39.485+07:00Banjir Kenangan Tak Terlupakan<p style="text-align: justify;"><a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-blogging-mgn-juni-2023-hal-berkesan-di-masa-kecil-dan-atau-di-masa-sekolah/" target="_blank">Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog</a> bulan Juni ini bertema mengenai pengalaman masa kecil. Beuh... pikiran langsung <i>flashback</i> ke masa bertahun lalu, untuk kemudian memilih dan memilah kisah mana yang akan kuceritakan. Berikut ini salah dua di antara kenangan masa kecil yang enggan lepas dari ingatan.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0rTeMwXtc2120wHEQgNkSk9I-_bw-aEft7v6P-wUJPPdgGmqPKHSbpBUHhpTh5MpipoAYV3yxfcyyb5D4sU3mx6HBwP00NduRDLi9vf1roW0aaNgSAMHRD2VcgHgL7Vx8FOS57IRYobeUB5Zv_AdRiyJ99laoP4YZsqFcnz7_HFWvf9QazQ/s320/Tantangan%20MGN.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="168" data-original-width="320" height="168" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0rTeMwXtc2120wHEQgNkSk9I-_bw-aEft7v6P-wUJPPdgGmqPKHSbpBUHhpTh5MpipoAYV3yxfcyyb5D4sU3mx6HBwP00NduRDLi9vf1roW0aaNgSAMHRD2VcgHgL7Vx8FOS57IRYobeUB5Zv_AdRiyJ99laoP4YZsqFcnz7_HFWvf9QazQ/s1600/Tantangan%20MGN.jpg" width="320" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;">Ketika kecil, aku tinggal di Dayeuhkolot. Familiar dengan nama itu? Ya... Dayeuhkolot kerap muncul di berita daerah maupun nasional sebagai area yang terdampak banjir ketika musim hujan (dan banjir) tiba. <i>Bittersweet memory </i>kalau aku ingat masa itu. </p><p></p><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFBOE4yXdzjP4eVPdC1RqepUMm27q0nw9WL1EGGDEdwt2aVR6wL_dOD6H5UFNS0nxBbnnThXzihUXMEPwUg7Vj8A0uu8wcRChpPbkhCyKc-UAv3NiQiAslyFSzQTHDI2XO_sS2F_DoTNuuFZK8qeKd8pp5vcEfV0aLY-47yLyrt-6JNiZUfw/s1079/Screenshot_20230615_101109_Instagram.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1068" data-original-width="1079" height="317" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFBOE4yXdzjP4eVPdC1RqepUMm27q0nw9WL1EGGDEdwt2aVR6wL_dOD6H5UFNS0nxBbnnThXzihUXMEPwUg7Vj8A0uu8wcRChpPbkhCyKc-UAv3NiQiAslyFSzQTHDI2XO_sS2F_DoTNuuFZK8qeKd8pp5vcEfV0aLY-47yLyrt-6JNiZUfw/s320/Screenshot_20230615_101109_Instagram.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Di depan tembok sekolah masa kecilku.</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Beberapa waktu lalu aku berkesempatan mengunjungi almamaterku, SDN Dayeuhkolot 7, yang terletak sekitar 100-200 meteran dari tepian Sungai Citarum. Berlokasi begitu dekat dengan salah satu sungai terbesar di Jabar ini tentu resiko kebanjiran mengintai di setiap waktu, terutama di musim hujan. Ketika hujan mengguyur Bandung dalam 2 atau 3 hari berturut-turut, tunggu saja... kami kemudian akan datang ke sekolah hanya untuk membaca pengumuman bahwa sekolah diliburkan karena banjir. Biasanya aku dan teman-teman akan balik badan untuk pulang ke rumah masing-masing, berganti baju dengan baju lusuh, lalu kembali ke sekolah untuk bermain air. <i>Kukucuprekan</i>, istilahnya pada waktu itu.</div><p></p><p style="text-align: justify;">Kami bermain air selama 1 hingga 2 jam sesuka kami saja, toh biasanya orangtua kami tak ada di rumah karena pergi bekerja. Kami baru pulang ke rumah ketika lapar mulai melanda karena kelamaan bermain (atau berkubang?) dalam air yang sewarna bajigur. Tapi rasanya tentu saja tak ada bajigur-bajigurnya. Bagaimana aku bisa tahu? Ya, aku pernah merasakan sendiri ketika terpeleset dan bersalto 2 putaran di dalam air setinggi dada (di area yang landai sedikit lebih dekat ke tepi sungai). Dalam kepanikan nyaris tenggelam begitu, tak ayal air sungai terminum juga. Kupikir-pikir sekarang ini, jijik banget ya maenanku di masa itu, mengingat aliran Sungai Citarum yang berwarna coklat keruh itu tentulah membawa material lumpur dan... euwwhh... sudahlah, tak perlu dibayangkan lagi. 🥴😵💫</p><p style="text-align: justify;">Bermain air begitu seringkali berlangsung beberapa hari. Dan setelah air surut, kami pun kembali ke sekolah untuk kerja bakti membersihkan kelas yang kotor berlumpur. Sebagai anak kecil, kami sih <i>happy-happy</i> aja, justru senang karena lepas dari kewajiban belajar di kelas. Sementara ketika aku dewasa dan menjalani profesi sebagai guru, rasanya libur sekolah 1-2 hari saja sudah cukup membuatku merasa kehilangan yang teramat sangat. Cemas mengingat target materi yang harus diajarkan. Akankah terkejar di sisa waktu semester berjalan? Dijejalkan atau justru dipangkas? Hahaa... <i>Happy vs worry, what a bittersweet memory.</i></p><p style="text-align: justify;"><i>Flashback</i> lebih jauh lagi yuk ke masa ketika aku bersekolah di TK. Ada pengalaman (tampak) lucu tapi bikin malu. Tapi biarlah kuceritakan padamu, karena toh saat itu aku masih lugu.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbkX1fTrf86RVAmE5mKOrZCuHnXua961dUnBS1miAR8YYwJQV-i192o3_3uOhRG1JAi4LvgiPx0Ml1AYAbkbSGglgZGwtMgkk0xInBfV6HvkPd_xINWleEMT2I-rcNyf3nU1ZiP63OFxH_ryvLkzgrLW3XLGkKBak0Itz8yVWgk9OVHu3q6Q/s3381/20230609_120022.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2388" data-original-width="3381" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbkX1fTrf86RVAmE5mKOrZCuHnXua961dUnBS1miAR8YYwJQV-i192o3_3uOhRG1JAi4LvgiPx0Ml1AYAbkbSGglgZGwtMgkk0xInBfV6HvkPd_xINWleEMT2I-rcNyf3nU1ZiP63OFxH_ryvLkzgrLW3XLGkKBak0Itz8yVWgk9OVHu3q6Q/s320/20230609_120022.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tim tari Suwe Ora Jamu. Ki-ka: Panty, Yuli, Mbak Yayang, Nunung, Yani, aku.</td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;">Saat itu adalah hari perpisahan sekolah. Aku dan beberapa teman sudah berlatih untuk tampil menari di atas panggung. Aku ingat sekali, pagi itu aku diantar kakak sulungku, Mbak Yayu, yang bersiap membantuku memakaikan kostum untuk tarian pertamaku, tari Suwe Ora Jamu, sesuai lagu yang mengiringi tarian itu. Dari 6 orang yang menari Suwe Ora Jamu, aku dan Nunung didapuk untuk membawakan dua tarian. Tarian kedua ini aku lupa judulnya, tapi kostumnya berupa baju senam hitam yang dilengkapi dengan kaos kaki kitam panjang (harusnya stocking kali ya) dengan rok berumbai dari kertas minyak, dan pelengkap mahkota bunga yang terbuat dari kertas krep juga kalung dan korsace. Untuk sesi ganti kostum yang rada ribet ini, aku ingat Mbak Yayu masih ada dan membantuku membuka lilitan selendang serta kain batik untuk kemudian menggantinya dengan kostum yang kusebut di atas tadi. </p><p></p><p style="text-align: justify;"></p><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYZdj8ipRP2OAeFROAEHMmjG7mczq1B2fbTL5XxTeRiZUveD4pntcLSwBkeFMQmFcHTOBuXa4FiIZqOAkGGWS-RuQOzvT8WuLAPHcfq587uqOjdVO8otHt9f-VmxcRPO1qdKdwEtrbo3lR9AF9_wlbDFHIezwUsiyG5fP2ZBri1AnzVIISaA/s3669/20230609_115959.jpg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3669" data-original-width="2589" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYZdj8ipRP2OAeFROAEHMmjG7mczq1B2fbTL5XxTeRiZUveD4pntcLSwBkeFMQmFcHTOBuXa4FiIZqOAkGGWS-RuQOzvT8WuLAPHcfq587uqOjdVO8otHt9f-VmxcRPO1qdKdwEtrbo3lR9AF9_wlbDFHIezwUsiyG5fP2ZBri1AnzVIISaA/s320/20230609_115959.jpg" width="226" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tari Hawai-kah ini?<br />Dengan kostum baju senam legendaris.</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Rangkaian acara pun berlangsung satu demi satu. Ada teman lain yang bernyanyi, membaca sajak, atau unjuk kebolehan lainnya. Pengumuman-pengumuman pun disampaikan, termasuk pembagian hadiah. Aku juga dapat hadiah lah... standar saja, berupa buku tulis pada waktu itu. Kami naik ke atas <strike>meja</strike> panggung untuk menerima hadiah sementara aku masih memakai kostum tariku yang terakhir. </div><p></p><p style="text-align: justify;">Pendek kata, rangkaian kegiatan pun usai dan saatnya kami pulang ke rumah masing-masing. Kulihat berkeliling, tak kulihat sosok Mbak Yayu di mana pun. Tak pula ada orangtuaku karena keduanya bekerja. Tampaknya hari itu Mbak Yayu bersekolah siang dan dia pergi meminggalkanku di sekolah tanpa kabar apapun (ya mungkin karena aku sedang sibuk menari di panggung). Mbak Yayu kemudian pulang sambil membawa seluruh kelengkapan kostum tarian Suwe Ora Jamu. Intinya sih semua, tak bersisa. Tinggallah aku yang harus meninggalkan rok berjumbai dan mahkota bunga karena itu adalah properti sekolah. Kaos kaki hitam pun kutanggalkan karena tampaknya aku hanya dipinjami salah seorang teman. Ya, rasanya aku tak pernah punya kaos kaki hitam panjang. Aku tak ingat apakah Mbak Yayu meninggalkan alas kaki untukku atau juga dibawanya pulang. Yang jelas, yang kuingat dengan terang adalah aku pulang berjalan kaki ke rumah dengan mengenakan baju senam saja. Malunya luar biasa ketika siang hari itu aku memaksakan diri berjalan melewati barak tentara di kompleks Yon Zipur III alias barak tentara Kujang 330, melewati perumahan keluarga mereka yang sedang menjalani istirahat siang. Aku sok cuek aja menebalkan muka dan telinga, mengabaikan segala komentar dan apapun kata atau tanya mereka. Perjalanan 500 meteran yang kutempuh dari sekolah ke rumah itu rasanya jadi perjalanan terlama. Lega rasanya bisa kembali ke rumah dan segera berganti baju dengan baju main yang normal, lalu kembali lagi ke komplek tentara di belakang rumah untuk manjat pohon kersen. Mudah-mudahan mereka nggak ingat mukaku, si anak yang barusan lewat pakai baju senam seksi tadi. Hihiii... 🤭🫣</p>Unknownnoreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-9795754721819626712023-05-01T23:43:00.000+07:002023-05-01T23:43:22.975+07:00Gudeg Banda Kesukaan<p style="text-align: justify;">Lebaran baru saja usai. Seperti tradisi di keluargaku, ketupat ketan selalu terhidang di meja makan. Lauknya saja yang selalu berganti setiap tahun. Tahun ini keponakan yang biasa berkunjung ke Bandung tak berkesempatan datang. Qadarullah, dia masih menjalani masa isoman (masih musim aja nih, si covid?). Padahal dia ini, yang bidang pekerjaannya di bidang boga, kan sebetulnya bisa dikaryakan untuk membantu masak-masak di rumah. Hahaa... Azas manfaat banget ya si tante.</p><p style="text-align: justify;">Intinya sih... aku memang mencari partner masak dan ide untuk membuat lauk pendamping untuk ketupat ketan tahun ini. Berakhir dengan memasak gulai yang rasanya nggak ke sana nggak ke sini, yang akhirnya lebih banyak kumakan sendiri. Mau bagi-bagi tetangga kok ya nggak laku ya. Rata-rata mereka juga masak lebih 'grande' dibanding aku. </p><p style="text-align: justify;">Ketupat ketan #batch2 kubuat beberapa hari selepas Idul Fitri, untuk menghabiskan kulit ketupat dan beras ketan yang sudah kubeli. Aku memasak ketupat ketan setengah kiloan (untuk sekitar 6-7 buah ketupat berukuran sedang) yang bisa habis dalam beberapa hari. #Batch1 sudah habis dimakan bersama kakak-kakak. #Batch2 giliran kumakan sendiri karena kakak yang tinggal serumah denganku lebih suka nasi daripada ketupat ketan. Aku nggak ambil pusing lah. Yang pusing adalah aku, akan makan pakai apa lagi kali ini?</p><p style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: justify;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjaS05MtItNzSkxOk5c9Fpq4yuL7Wi_m1_jEY4eHgPmqnZjyDRnxBL39xpehmYzKpAYClqI4nNeURLVUWr4-T-MYihCAOOx_K6QC41oMl07wuxaZA57l_e3NA40eVEOI-1ab0Me-bBjqaT3Xj9zjopCuxViooSdGU2Eni_TVj5X5f6Pf46nAA" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" data-original-height="1074" data-original-width="1079" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjaS05MtItNzSkxOk5c9Fpq4yuL7Wi_m1_jEY4eHgPmqnZjyDRnxBL39xpehmYzKpAYClqI4nNeURLVUWr4-T-MYihCAOOx_K6QC41oMl07wuxaZA57l_e3NA40eVEOI-1ab0Me-bBjqaT3Xj9zjopCuxViooSdGU2Eni_TVj5X5f6Pf46nAA" width="241" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto diambil dari <a href="https://tokopedia.link/q6MWbWlWrzb" target="_blank">tokopedia</a> </td></tr></tbody></table></p><div style="text-align: justify;">Ada gudeg kalengan dalam beberapa varian yang kubeli tempo hari. <a href="https://tokopedia.link/q6MWbWlWrzb" target="_blank">Gudeg kaleng Bu Tjitro</a> yang rasanya sudah kuakrabi sejak lama. Rasa dan aromanya cukup dekat dengan <a href="https://www.instagram.com/gudegbanda/" target="_blank">Gudeg Banda</a> kesukaanku. Kali ini, aku coba varian rasa rendang. Biasanya rendang adalah lauk paling pas buat ketupat ketan karena rasanya yang cenderung pedas, bisa jadi penyeimbang gurihnya ketupat ketan. Tapi review jujurku untuk gudeg varian rendang ini, humm... kurang cocok ah. Rasa gudegnya jadi samar karena adanya rasa rendang yang jadinya juga nggak ke mana-mana. Mana nggak ada dagingnya pula. Jadi rendang apa ini teh...? Tapi sejujurnya, varian gudeg originalnya sih enak juga, jadi salah satu favoritku, pengobat kangen pada gudeg yang sedep. </div><p></p><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhi8iZ3XxS1GNjEZjDdmOcI9P4oRGuRWJNvGHQVffLxQljrMj0DKyzdB6Hm7MbZJmfRDWzruwAIvoBVg23hRuzZVubJz3OEsEsQ42LfTX9d57yhOkXeWaZtSNxrUTlPaaN23GTB4sxEByhczwLfRaZ6k10HglrVtTs9HToPZlqjDRuNB3e8Wg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" data-original-height="1066" data-original-width="1077" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhi8iZ3XxS1GNjEZjDdmOcI9P4oRGuRWJNvGHQVffLxQljrMj0DKyzdB6Hm7MbZJmfRDWzruwAIvoBVg23hRuzZVubJz3OEsEsQ42LfTX9d57yhOkXeWaZtSNxrUTlPaaN23GTB4sxEByhczwLfRaZ6k10HglrVtTs9HToPZlqjDRuNB3e8Wg" width="242" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gudeg Banda komplit-dari laman ig Gudeg Banda</td></tr></tbody></table>Duh... jadi kangen banget nih sama Gudeg Banda kesukaan. Perkenalan pertamaku dengan Gudeg Banda adalah di jaman kuliah medio 90-an, ketika diajak teman akrabku membeli gudeg ini. Waktu itu lokasinya terletak di sebuah paviliun di Jalan Banda, di seberang Gedung Wahana Bakti Pos yang tentu saja juga berlokasi di Jalan Banda. Lapaknya masih berupa warung semi permanen dengan tenda di bagian depannya. Biasanya temanku membeli gudeg untuk dibawa pulang sebagai lauk makan nasi. Sesekali, aku dan dia makan juga sih di warung itu. Kunikmati sekali daging buah nangka muda yang lembut, dengan campuran kerecek yang tak kalah lembut, dengan pelengkap tahu, dan opor telur atau ayam, disiram kuah santan yang encer melembabkan nasi (fyi, aku suka yang becek-becek begini), ditambah dengan sambal yang pedasnya pas sesuai selera (nggak terlalu pedas) dan bebas biji cabai. Damai banget makan nasi dengan Gudeg Banda ini. Kunikmati sekali setiap suapannya hingga piring licin tandas.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Belakangan, semakin berkembang pesat warung Gudeg Banda ini, dia membuka gerai di f<i>ood court </i>Yogya Dept Store. Kalau berkesempatan berkunjung ke f<i>ood court Riau Junction </i>atau BIP, hampir bisa dipastikan aku akan memilih Gudeg Banda sebagai <i>main course</i>. Tak cukup puas dengan kelas <i>food court</i>, Gudeg Banda membuka restoran yang berlokasi di Jalan Lombok. (Pusing... pusing deh. Ini sebetulnya gudeg Yogya, yang mulai dengan gerobak dorong yang mangkal di Jalan Riau di tahun 1976, lanjut numpang berdagang di sebuah paviliun di Jalan Banda, tapi sekarang jadi resto permanen di Jalan Lombok di kota Bandung). Rasa gudeg ini masih otentik cenderung manis. Seleraku banget yang ngikutin lidah bapak yang keturunan Solo-Yogya. Sejauh ini, gudeg paling favorit itu ya Gudeg Banda ini. Ketika berkunjung ke Yogyakarta dan mencicip gudeg di sana, ah... aku masih terkenang-kenang Gudeg Banda. Gudeg paling juara. Saat ini, <a href="https://www.instagram.com/p/CMvtIyqhx2N/?igshid=MDJmNzVkMjY" target="_blank">Gudeg Banda punya 3 lokasi</a> permanen, yaitu di <b><span style="color: #f6b26b;">Jalan Lombok no 57, Jalan Taman Cibeunying Selatan No 33, dan Topaz Commercial No 28, Summarecon</span></b> yang semuanya di Bandung. Tinggal pilihlah, mau makan di outlet mana. Tersedia juga kok di layanan pesan-antar makanan. <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjtJ55cMNtCRDbATefcSSWu5jRDXou1HGKnUOC2GMGjtLsTp4ZHI-cIqFclq6VheTE3BTsM_1_p0h5EGergxYaStjovG9iKalEl2_G2CUbr96Enx3Iuw2uBZX0so4DrrG-Uz1ocwBNec9icbIHprJ5HXSkwpY4jrD57vwYFNXI8BvTBDWLxrw" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" data-original-height="604" data-original-width="1600" height="151" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjtJ55cMNtCRDbATefcSSWu5jRDXou1HGKnUOC2GMGjtLsTp4ZHI-cIqFclq6VheTE3BTsM_1_p0h5EGergxYaStjovG9iKalEl2_G2CUbr96Enx3Iuw2uBZX0so4DrrG-Uz1ocwBNec9icbIHprJ5HXSkwpY4jrD57vwYFNXI8BvTBDWLxrw=w400-h151" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">3 lokasi Restoran Gudeg Banda</td></tr></tbody></table></div><div style="text-align: justify;">Sekiranya pembaca punya referensi gudeg juara lainnya, silakan menjejak komentar ya, siapa tahu aku bisa menjajal rasanya dan pasti... pasti akan membandingkan dengan Gudeg Banda sebagai <i>benchmark</i>. Aku berani ngadu jagoanku deh, yang kunobatkan sebagai makanan favorit walaupun jarang-jarang juga kunikmati (makanya akan sangat mengapresiasi ketika berkesempatan menikmatinya lagi, di mana pun tempatnya, apakah di outlet/restonya, di <i>food court</i> Yogya, atau sesekali memesan lewat layanan pesan-antar).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Tulisan tentang Gudeg Banda kesukaan ini kusetorkan untuk menjawab <a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-blogging-mgn-mei-2023-makanan-favorit/" target="_blank">Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog</a> yang digelar komunitas MGN setiap bulan yang bulan ini mengusung tema Makanan Favorit. Boleh bilang dong, apa makanan favorit kalian. Siapa tahu aku juga suka. Kasih tahu yaa...</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglhcV79VlMvaQRI-iCWlW9Er3v2WiRTLusf_ydlT8I_fJa6NoE5B0AwB3AkAYCTfqAv8RHgdHtAu1gUJL_nc0d12lOqNZQ_oXNrEM0kTMAvGkQlqtWKwmr2Cx4GOQUk8GG96dKHUFFXGWnYc0em-8tF4EbpsiiQhi-F58na1tudPbN8-kJqw/s320/Tantangan%20MGN.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="168" data-original-width="320" height="168" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglhcV79VlMvaQRI-iCWlW9Er3v2WiRTLusf_ydlT8I_fJa6NoE5B0AwB3AkAYCTfqAv8RHgdHtAu1gUJL_nc0d12lOqNZQ_oXNrEM0kTMAvGkQlqtWKwmr2Cx4GOQUk8GG96dKHUFFXGWnYc0em-8tF4EbpsiiQhi-F58na1tudPbN8-kJqw/s1600/Tantangan%20MGN.jpg" width="320" /></a></div>Unknownnoreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-71874900608340128762023-04-15T00:16:00.002+07:002023-04-15T00:19:03.741+07:00Hiroshima Kuingin Jumpa<p style="text-align: justify;"></p><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: justify;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0CQOTZn-NGCmCLuiRLZtHzksx4J5B2BbNVvrw4TbZu7tKs82BbuFZDou6HaUE-9wVrubxPS0mMb8hBgfJzHOmbq_rib7LDvNJGENsdUs47FsZCPyaltdPOeg08YlLJ4At_76w_u3nrZHkQr4q2nvTlcMchYkCNJWKX3Ep_TdTDbBfSMa_iw/s2048/Dee%20Plum%20Garden.jpg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1383" data-original-width="2048" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0CQOTZn-NGCmCLuiRLZtHzksx4J5B2BbNVvrw4TbZu7tKs82BbuFZDou6HaUE-9wVrubxPS0mMb8hBgfJzHOmbq_rib7LDvNJGENsdUs47FsZCPyaltdPOeg08YlLJ4At_76w_u3nrZHkQr4q2nvTlcMchYkCNJWKX3Ep_TdTDbBfSMa_iw/s320/Dee%20Plum%20Garden.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Di Kebun Plum Osaka Garden</td></tr></tbody></table><p></p><div style="text-align: justify;">20 tahun yang lalu (<i>Oh my Lord</i>... sudah selama itu...?), ketika aku berkesempatan untuk belajar setitik di Negeri Matahari Terbit, pastilah ada keinginan untuk jalan-jalan mengunjungi beberapa tempat wisata populer di sana. Kalau sempat waktunya dan cukup (dicukup-cukupkan) budgetnya, aku pilih-pilih destinasi wisata populer yang jadi <i>landmark</i>-nya beragam kota di sana. Di beberapa kali kesempatan libur semester, aku menyempatkan untuk jalan agak jauh, baik bersama teman ataupun grup wisata yang dikelola kampus. Area Tokyo yang berjarak sekitar 3 jam perjalanan dari Gunma sudah kukunjungi beberapa kali, numpang lewat dan menyempatkan berfoto dengan latar belakang Tokyo Tower. Kyoto yang lebih jauh pun sempat kujejak dan menikmati suasana kota budaya yang sangat kental berbau Jepang lama. Sempatlah berfoto di depan Ginkakuji yang terkenal itu. Area Hokkaido di ujung utara Jepang dengan suasana yang sedikit berbeda dengan Jepang pada umumnya sudah pula kukunjungi, sementara agak ke selatan, aku sempat menjalani masa <i>homestay </i>selama 2 minggu sekalian sedikit berwisata. Salah satu tempat yang ingin tapi belum sempat kukunjungi adalah kota Hiroshima dengan kekhususan untuk menginjakkan kaki di depan landmark kota: Monumen Perdamaian atau tepatnya sih Kubah Bom Atom (<i><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Perdamaian_Hiroshima" target="_blank">Genbaku Domu</a></i>). </div><p></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; font-style: italic; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzkZs4NyYWAOTBSDj6JZ_n5R8KVPrj8r7mnt2ELgs6zTM_6Ekx6olPkWPBPzQlx66KYngxNSxJUIx9Vk2ZrvABcB-0I6x8JJoBrs2U0FKhJ0zuVvZ_z8juIWYk9--qdFQNITvEsgvyPtIxLE2Ih87Jvuw7yX_1mj8fJhLaWKgS3XrjhTUm7w/s1005/A-Bomb_Dome_close-up.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="746" data-original-width="1005" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzkZs4NyYWAOTBSDj6JZ_n5R8KVPrj8r7mnt2ELgs6zTM_6Ekx6olPkWPBPzQlx66KYngxNSxJUIx9Vk2ZrvABcB-0I6x8JJoBrs2U0FKhJ0zuVvZ_z8juIWYk9--qdFQNITvEsgvyPtIxLE2Ih87Jvuw7yX_1mj8fJhLaWKgS3XrjhTUm7w/s320/A-Bomb_Dome_close-up.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Genbaku Dome sepertinya kalah populer dibandingkan destinasi wisata lainnya di Hiroshima yaitu Itsukushima Shrine dengan gerbang merah megah yang seolah terapung di air. Genbaku Dome bahkan tidak masuk dalam 50 tempat yang direkomendasikan untuk dikunjungi di Jepang menurut situs <a href="https://www.tsunagujapan.com/50-must-visit-places-in-japan-as-chosen-by-a-world-famous-rating-guidebook/3/" target="_blank">Tsunagu Japan</a>. Seriously? Orang Jepangnya sendiri mempertanyakan keinginanku mengunjungi Genbaku Dome itu. Kenapa ingin berkunjung ke sana? Giliran aku yang terpaku, tak tahu harus bagaimana menjawabnya. Bukan karena tak tahu alasannya, tapi karena tak tahu bagaimana mengungkapkannya dalam Bahasa Jepang. Hahaa... Separah itu kemampuan Bahasa Jepangku. Aku hanya bisa bilang, ada keterkaitan sejarah antara dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dengan deklarasi kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. </div><p></p><div style="text-align: justify;">Mengapa aku ingin mengunjungi area Monumen Perdamaian Hiroshima itu? Seperti yang kubilang sebelumnya, aku ingin pergi ke sana karena ada keterkaitan sejarah dengan Indonesia. Di masa penjajahan Jepang yang mensengnya... mensengaya... mengsengya... ah, menyengsarakan rakyat Indonesia, di saat itulah tentara sekutu menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan meluluhlantakkan kota tersebut. Momen itu tentu saja mengguncangkan seluruh Jepang, termasuk balatentara yang sedang menginvasi di luar negeri. Maka tak menunggu lama, Presiden Soekarno pun mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia di 17 Agustus 1945, mengambil kesempatan di masa kekosongan kekuasaan itu. Merdeka, Indonesia! </div><div style="text-align: justify;">Tentara Jepang menginvasi? Sebagian orang Jepang bahkan tak tahu fakta ini. Beberapa teman yang kutanya, hanya sebatas tahu bahwa tentara Jepang atau (mereka pikir) warga sipil Jepang dikirim ke Indonesia untuk bekerja di pertambangan atau pertanian. Sejatinya, mereka menjajah Indonesia lho... Seorang kenalan yang mempelajari sejarah bertanya setengah sungkan, "Apakah kamu tidak benci Bangsa Jepang?" katanya. Dia tanyakan karena dia tahu fakta bahwa tentara Jepang menjajah Indonesia di rentang waktu 1942 hingga 1945. Aku mau jawab apa ya? Kalau bilang benci, lha kok usaha banget untuk dapat beasiswa (biarpun nondegree sekalipun) untuk ke Jepang. Aku dibiayai hidup selama 1,5 tahun di sana, itu jadi wujud negara Jepang untuk menebus kesalahan leluhurnya di masa lalu mungkin yaa. Jadi... yuk, kita berdamai saja. Maka dari itu, wajar sekali bukan, keinginanku untuk mengunjungi <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Perdamaian_Hiroshima" target="_blank">Monumen Perdamaian Hiroshima</a>. </div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFjnYBGQ8JQYKU7lj-_otc-YAYzcMLUC8y3aE0RCNeMhEyareVWYRodENbiEZl1fSbXeNjUUhEEXKwrpwO7GzzMcNE-K2Zt-8KbQEM8u_Z1_puPxScK4R2IoZQjBF5UaVC3pScu7jKsjhAAgBOJjAM5pAsQZGv5azlSbHF9SSDm1eT4Fw6LQ/s1600/Stempel%20Maebashi.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFjnYBGQ8JQYKU7lj-_otc-YAYzcMLUC8y3aE0RCNeMhEyareVWYRodENbiEZl1fSbXeNjUUhEEXKwrpwO7GzzMcNE-K2Zt-8KbQEM8u_Z1_puPxScK4R2IoZQjBF5UaVC3pScu7jKsjhAAgBOJjAM5pAsQZGv5azlSbHF9SSDm1eT4Fw6LQ/s320/Stempel%20Maebashi.jpg" width="240" /></a></div><br />Selain itu, setiap landmark dan kota di seantero Jepang biasanya memiliki stempel khusus yang bisa digunakan untuk penanda bagi pengunjung, bahwa mereka sudah menjejak di sana, dengan stempel sebagai buktinya. Di saat-saat terakhir masa tinggalku di sana, aku baru sempat mendapatkan stempel kota Maebashi (itu pun nggak terlalu jelas), sementara beberapa kota lainnya sudah kudapatkan stempelnya yang rata-rata bisa ditemukan di stasiun maupun gedung atau area populer lainnya. Nah... sudah cukup kan alasan bagiku untuk ingin pergi ke Hiroshima? Aku ingin dapat stempel dari landmark bangunan bersejarah itu. Doakan yaa, semoga suatu saat aku bisa ke sana. </div>Setoran untuk <a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-blogging-mgn-april-2023-landmark-kota-dalam-dan-luar-negeri-yang-sudah-atau-ingin-dikunjungi/" target="_blank">Tantangan Ngeblog Mamah Gajah bulan April</a>, tapi lagi-lagi kelewat deadline. :( Posting <i>anyway </i>lah...<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW27QLZBDu83UXe2YKVgv8v2vHXfsS_cL4a82oO-mSCOdrW7Y87Xz-5VzKMw6E5U4li2195tcYjRW1L9-8cg8bjdp3mV3cyWCSHyifZ5aGrQatcvuYGrAsfjUmdrfZ0n7q9thCAmJFhv73yzuG6IrjafRBNdzaOemxgVSoPo_bmqnDjR_Z3g/s320/Tantangan%20MGN.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="168" data-original-width="320" height="168" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW27QLZBDu83UXe2YKVgv8v2vHXfsS_cL4a82oO-mSCOdrW7Y87Xz-5VzKMw6E5U4li2195tcYjRW1L9-8cg8bjdp3mV3cyWCSHyifZ5aGrQatcvuYGrAsfjUmdrfZ0n7q9thCAmJFhv73yzuG6IrjafRBNdzaOemxgVSoPo_bmqnDjR_Z3g/s1600/Tantangan%20MGN.jpg" width="320" /></a></div><br /><div><br /><br /><p></p></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-54023699707404771762023-03-04T07:47:00.001+07:002023-03-04T07:50:27.726+07:00Handling Mudah Bawang Putih VS Bawang Merah<p style="text-align: justify;"><a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-blogging-mgn-maret-2023-life-hack-produk-atau-metode-yang-mempermudah-hidup/" target="_blank"></a></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPqA04UZdoP4j-8lhKDnY_qp_jUgRj4jH_KspFi58kJrvBloYn8dtGyna3AqID18Ezh07g6G-YYM1O-QJW-jpDq9BoRNBQ73cn-gqjPIUL8cK4tfSiND87zBtTWtceiFJKRzMXWp-DLMnuQcfptHyzZ7UmOXWl3e2cuIPX2lnZfQ-AyfSosA/s1200/Tantangan%20MGN%20Maret.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="675" data-original-width="1200" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPqA04UZdoP4j-8lhKDnY_qp_jUgRj4jH_KspFi58kJrvBloYn8dtGyna3AqID18Ezh07g6G-YYM1O-QJW-jpDq9BoRNBQ73cn-gqjPIUL8cK4tfSiND87zBtTWtceiFJKRzMXWp-DLMnuQcfptHyzZ7UmOXWl3e2cuIPX2lnZfQ-AyfSosA/s320/Tantangan%20MGN%20Maret.jpg" width="320" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-blogging-mgn-maret-2023-life-hack-produk-atau-metode-yang-mempermudah-hidup/" target="_blank">Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog</a> bulan Maret ini mengusung tema '<i>Life Hack</i> (Produk atau Metode yang Mempermudah Hidup).' Dari sekian banyak ide <i>life hack</i> yang bertebaran dan bertaburan di jagat maya, ya banyak juga sih yang <i>applicable</i> dan memang mempermudah hidup, walaupun tak sedikit juga yang malah bikin ribet. 🤪 </div><p></p><p style="text-align: justify;">Mengingat ini sudah bulan Maret dan jelang akhir bulan nanti sudah masuk bulan Ramadhan, mamah-mamah pasti sibuk dengan segala aktivitas masak-memasak. Walaupun nggak terlalu suka masak dan merasa jalan ninja mamah adalah dengan order makanan via blablabla-food, tapi ya nggak mungkin tiap hari juga kali... apalagi buat hidangan sahur. Kasihan babang blablabla-food kalau harus nganterin pesanan kita sementara mereka pun bersicepat dengan imsak untuk makan sahur juga. Jadi... hayulah masak sesekali.</p><p style="text-align: justify;">Urusan masak pasti nggak akan jauh dari perbawangan. Bawang merah dan bawang putih tampaknya harus selalu tersedia di dapur kita untuk modal masak sehari-hari. Eh... aku enggak juga sih, soalnya kalau soal bumbu, aku agak sering pakai <a href="https://tokopedia.link/Y3wK23z1Rxb" target="_blank">bumbu dasar siap pakai</a> ajs. Nah... tapi itu mah <i>life hack</i> yang lain lagi deh yaa. Saat ini aku mau sedikit <i>sharing</i> tentang cara praktis <i>handling</i> duo bawang ini. </p><p style="text-align: justify;"><span style="color: #f1c232;"><b>Bawang Putih</b></span></p><p style="text-align: justify;">Rata-rata masakan -di belahan bumi mana pun- biasanya familiar dengan penggunaan bawang putih. Aku sebetulnya suka aromanya, tapi ya jangan nempel lama-lama di tangan juga dooong. Belakangan ini aku sedang suka bikin chicken wings ala salah satu resto waralaba. Resepnya kucontek dari sebuah akun di cookpad. Praktis banget ini, cuma mencampurkan beragam saus, madu, kecap dan... bawang putih cincang. Kalau mencincang bawang putih ya pasti ada kontak erat dengan si bawang dan pasti ketempelan aromanya, yang awet rajet seperti kena pelet. Kebayang nggak siih, pas kita abis khusyuk berdoa lalu mengusap muka, hadeuh... ambyar semua deh gara-gara aroma bawang.</p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVgjUZcMJqjBL6GEeCj_2Pjc8BII4KgyNGgZP1rlJ1-Yr8YzH7ckNOO8nirtyaeDnbRpngPs_5GHnxTaCiTb8ib_J008_0HbwU8eif6uxpRgXt-BkHDPg7_j7Uq7vLaGk0cHDE-QGWX0jEECVAml80j2YNX-k3eLAXVnl_uJn64IEzZ3QTZA/s2827/20230130_081637.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2827" data-original-width="2430" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVgjUZcMJqjBL6GEeCj_2Pjc8BII4KgyNGgZP1rlJ1-Yr8YzH7ckNOO8nirtyaeDnbRpngPs_5GHnxTaCiTb8ib_J008_0HbwU8eif6uxpRgXt-BkHDPg7_j7Uq7vLaGk0cHDE-QGWX0jEECVAml80j2YNX-k3eLAXVnl_uJn64IEzZ3QTZA/s320/20230130_081637.jpg" width="275" /></a></div><div style="text-align: justify;">Well... pendek kata, aku menemukan produk pemarut bawang putih ini di sebuah <a href="https://tokopedia.link/QzaCetXZRxb" target="_blank">gerai e-commerce</a> ketika mencari barang lain. Biasa... untuk menggenapkan belanjaan supaya dapat promo ongkir gratis, aku tambah bareng ini dan itu sebelum <i>checkout</i>. Harganya murah meriah, nggak sampai 10 ribuan, tapi membantu sekali untuk mencacah si bawang putih tanpa perlu berkontak intens dengannya. Hasilnya memang bukan bawang putih cincang siih, melainkan parutan bawang kasar. Sebagai pengganti bawang cincang, sangat boleh juga kan yaa?</div><p></p><p style="text-align: justify;"></p><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlO1-nK9NWGuCjcE1bGxJiCrDME6HqVEFoLiiTG997P4FxBSR4J2196JI63J-wMasz0G2ZrG1Jo30Y9UifllLr3cx8yUkkM6phNs5JxEkhrWWBBUhVZTCLzVnvFvzoVNUDWVxrL6_MLn5m6sdnxr4UwTb2IgiCjUZlcKvkLwA6MU_c0SyibA/s1080/Screenshot_20230304_062254.jpg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1070" data-original-width="1080" height="317" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlO1-nK9NWGuCjcE1bGxJiCrDME6HqVEFoLiiTG997P4FxBSR4J2196JI63J-wMasz0G2ZrG1Jo30Y9UifllLr3cx8yUkkM6phNs5JxEkhrWWBBUhVZTCLzVnvFvzoVNUDWVxrL6_MLn5m6sdnxr4UwTb2IgiCjUZlcKvkLwA6MU_c0SyibA/s320/Screenshot_20230304_062254.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto diambil <a href="https://www.tokopedia.com/darirumahstore/parutan-pemotong-penghalus-bawang-putih-merah-garlic-press-chopper?extParam=ivf%3Dfalse&src=topads" target="_blank">dari sini</a></td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Pemarut bawang ini berukuran kecil yang cukup untuk mengeksekusi sesiung bawang putih. Ada stopper di kedua ujungnya, depan dan belakang, sehingga parutan bawang tidak akan mudah meluncur bebas hingga lepas. Namun begitu, ketiga bagian alat ini bisa dilepas ketika hendak dibersihkan. Cara penggunanya praktis sekali. Bawang putih bisa diletakkan di wadah berupa tabung kecil di bagian tengah alat, yang bisa bergerak maju-mundur. Terdapat pula penutup yang sekaligus berfungsi untuk mendorong si bawang perlahan hingga habis diparut. Jari kita tak akan kontak berlama-lama dengan si bawang. Tangan kiri memegang handle, sementara tangan kanan menggerakkan wadah bertutup untuk menghasilkan parutan dengan ukuran yang cenderung seragam. Setelah itu, parutan bawang putih bisa segera ditambahkan ke dalam bumbu marinasi.</div><p></p><p style="text-align: justify;"><b><span style="color: #f1c232;">Bawang Merah</span></b></p><p style="text-align: justify;">Ketika pindahan rumah beberapa waktu yang lalu, kutemukan benda ini di antara beragam barang peninggalan ibu yang layak untuk dipertahankan dan dimanfaatkan tentunya. Ini adalah alat pengiris bawang, yang memungkinkan kita untuk merajang bawang tanpa berurai air mata. Irisan yang dihasilkan tipis seragam, walaupun arah irisan tak bisa kita atur sesuai keinginan kita.</p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIR2rAaZ_WLkvuVRQfaddMHwnNsbx0v-tgt54wshUhAlDWeCeA3V7Pwq385HsfO5xyXEnyErfkRFD4GKnJUTAzv0l5PEk9Mw0ekJ9rpLOegDxMHiIjEeKqRdwku_Njvlp-EfUB5IXC9Y5A9vziAIk5rjEXy5Tt5szuBv6T8IZdXOnDSpjB2w/s4096/GridArt_20230304_064432467.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2730" data-original-width="4096" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIR2rAaZ_WLkvuVRQfaddMHwnNsbx0v-tgt54wshUhAlDWeCeA3V7Pwq385HsfO5xyXEnyErfkRFD4GKnJUTAzv0l5PEk9Mw0ekJ9rpLOegDxMHiIjEeKqRdwku_Njvlp-EfUB5IXC9Y5A9vziAIk5rjEXy5Tt5szuBv6T8IZdXOnDSpjB2w/s320/GridArt_20230304_064432467.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMSfX9mSK7D0_X4Eg1M0XMrDnBPYs6jKkq6DQ7Ey9fXmDNubsEklhQ9sJPnDPv0hPuw_xkGollvCZ6Q3ByiuMiR9MRbOsrkYmqCOwJGg6D7vuLyLZjlev05jXbbKTaScsOh23bcQO4p-eAuo9nBav0ggsF6YxN-aF8CiCTO6AcQjQRri8R0g/s1600/Pencacah%20bawang.jpeg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1550" data-original-width="1600" height="194" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMSfX9mSK7D0_X4Eg1M0XMrDnBPYs6jKkq6DQ7Ey9fXmDNubsEklhQ9sJPnDPv0hPuw_xkGollvCZ6Q3ByiuMiR9MRbOsrkYmqCOwJGg6D7vuLyLZjlev05jXbbKTaScsOh23bcQO4p-eAuo9nBav0ggsF6YxN-aF8CiCTO6AcQjQRri8R0g/w200-h194/Pencacah%20bawang.jpeg" width="200" /></a></div>Perajang bawang peninggalan ibu ini warnanya sudah pudar, tapi fungsinya masih optimal dengan bilah pisau yang masih terjaga tajam. Terakhir kupakai untuk mengiris bawang untuk digoreng. Kesukaan pisan. Membersihkannya pun mudah karena bagian demi bagian perajang bawang ini bisa dibongkar untuk dibersihkan secara paripurna. Perajang bawang serupa dengan beragam pilihan warna bisa didapatkan di toko kelontong offline ataupun <a href="https://tokopedia.link/48swHngYRxb" target="_blank">online</a> dengan harga di kisaran 15 ribuan hingga puluhan ribu. Sebagai mamak-mamak ekonomis, kita tentu cari harga termurah yang masih masuk akal yaa. Kalau kelewat murah juga aku malah jadi curiga, jangan-jangan yang dijual adalah produk <i>reject</i>.</div><div style="text-align: justify;">Ngomongin produk yang bikin mudah atau nyaman hidup kita, dua alat yang kusebutkan di atas itu sangat membantuku untuk mempermudah urusan keseharian di dapur. Dulu, kupikir para desainer produk tuh cuma ngadi-ngadi aja, mendesain produk yang di-<i>claim </i>dengan fungsi begini dan begitu, lalu dijejalkan ke pasar agar konsumen merasa perlu untuk membeli. Tapi di antara sekian banyak produk yang diproduksi, pastilah ada beberapa yang memang dibuat untuk memecahkan masalah keseharian seperti yang kerap terjadi di dapur kita. Aku tak segan lagi untuk mengeksekusi duo bawang di dapur sekarang ini. Bawang putih dan bawang merah takluk tanpa meninggalkan jejak aroma di tangan ataupun drama air mata. </div>Unknownnoreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-38294082504382974522023-02-27T14:19:00.004+07:002023-02-27T14:19:56.835+07:00Buku-buku Masa Kecilku<p><b style="text-align: justify;"><span style="color: #f1c232;">Buku Bahasa Indonesia (Seri Ini Budi)</span></b></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1pjf-AxFbLFFAe_k094FAYQ4wk6WlXp--1F7cnv7DswNNGbcyuPt6HQaRZQTsR9C8CqFHtHDU4R2ejBsXe_29MbPrMTjW6JJdhjDN395EE9yq_auOv55-yLBNIFeuO9ZAAm_qM1TaX6HC2tUEZnuM8B6Yrg1W8lM5tjamtrdx8v_cdpnO1Q/s480/images%20(46).jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="360" data-original-width="480" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1pjf-AxFbLFFAe_k094FAYQ4wk6WlXp--1F7cnv7DswNNGbcyuPt6HQaRZQTsR9C8CqFHtHDU4R2ejBsXe_29MbPrMTjW6JJdhjDN395EE9yq_auOv55-yLBNIFeuO9ZAAm_qM1TaX6HC2tUEZnuM8B6Yrg1W8lM5tjamtrdx8v_cdpnO1Q/s320/images%20(46).jpeg" width="320" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;">Sebagai anak bungsu, yang terpapar banyak pengaruh kakak-kakakku, rasanya aku sebetulnya sudah bisa membaca sejak sebelum masuk Sekolah Dasar. Ketika aku ingin membaca cerita di majalah Bobo, misalnya, aku tak bisa selalu menunggu kakak-kakakku untuk membacakannya untukku. Mungkin, ketika dibacakan itulah aku menyimak dan melihat deretan huruf lalu tampak otomatis bisa saja.</div><div><div style="text-align: justify;">Ketika masuk sekolah, rasanya tak sabar membaca teks di dalam buku-buku seri Ini Budi ini. Tapi sebagai anak yang belajar adab dan sopan santun kepada orang dewasa terutama guru, aku sok sabar aja mendengarkan penjelasan Bu Ida, guru kelas 1-ku di masa itu. Sesekali, aku ikut membimbing teman di sebelahku untuk membaca teks sederhana di dalam buku itu. </div><div style="text-align: justify;">Tak cukup punya uang untuk membeli buku-buku bacaan lain, aku pun sok-sokan melangkah lebih jauh dengnan menyenandungkan beberapa teks pendek di dalam buku itu menjadi lagu. Tak pernah kupublikasikan tentunya, karena hanya bermodal kepekaan nada saja tanpa berbekal kemampuan memainkan alat musik. Tapi hanya dengan begitu pun, aku merasa sudah cukup bahagia, bahwa Budi, Wati, Iwan dan Arman menemani masa kecilku hingga lancar membaca dan menulis. Tak lupa terima kasihku utnuk Bu Ida, guru kelas 1 dan kelas 3-ku yang dengan contoh tulisan indahnya di papan tulis, aku cenderung meniru. Ahem... di masa itu ya. Sekarang sih terlalu sibuk mengetik di keyboard maupun layar sentuk ponsel, tulisan tanganku sudah acak adut tak karuan bentuk. </div><p></p><p style="text-align: justify;"><b><span style="color: #f1c232;">Longman Graded Reader Books</span></b></p><p style="text-align: justify;">"Diah, kamu sekolah siang kan ya? Ikut ke British Council (Library) yu, besok!" Ajak Mbak Yayu, kakak sulungku. Ketika itu aku berumur 12 atau 13 tahun-an, masih baru jadi anak SMP.</p><p></p><div style="text-align: justify;">"Ngapain aja emangnya di sana?"</div><div style="text-align: justify;">"Ada banyak buku-buku cerita (ber)bahasa Inggris. Hayu lah, sambil nemenin." </div><p></p><p style="text-align: justify;">Pendek kata, aku ikut lah ke British Council Library. Di Jalan Lembong, waktu itu. Mbak Yayu perlu mencarai referensi buku untuk keperluan kuliahnya, sementara aku dibiarkan untuk eksplor buku-buku untuk anak di area easy reader. Di pertengahan tahun 1980-an, bisa dibilang aku baru mulai belajar Bahasa Inggris. Membaca teks berbahasa Inggris masih merupakan hal yang sulit. Lha aku baru belajar dasar-dasarnya saja dengan kosa kata standar. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieEVQQdlgl3zrQ9iVw_TB08cKr8JtogpvMeEYDCEsBzbog5xc_JAQetQBrFsUSUdwunnUVnZcqiTvwTjtEv0hug4uNVEzfL0M94JGRyQlzml93snb2R0bLIAjuEFzBVP40vnHhxf_YNVLqUxNxJ_wWAsnOd0Oz7XHcGJhimbdDYH5rF-REnQ/s4096/GridArt_20230227_134757077.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1547" data-original-width="4096" height="151" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieEVQQdlgl3zrQ9iVw_TB08cKr8JtogpvMeEYDCEsBzbog5xc_JAQetQBrFsUSUdwunnUVnZcqiTvwTjtEv0hug4uNVEzfL0M94JGRyQlzml93snb2R0bLIAjuEFzBVP40vnHhxf_YNVLqUxNxJ_wWAsnOd0Oz7XHcGJhimbdDYH5rF-REnQ/w400-h151/GridArt_20230227_134757077.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;">Kutemukan satu buku dari Penerbit Longman, untuk pembaca pemula dengan level 1. Kubuka lembar demi lembarnya. Kulihat gambar besar di setiap halaman dengan teks pendek menyertainya. Ketika kucoba untuk membaca dan ternyata mengerti, whoaaa... serasa sebuah bohlam menyala di kepalaku, memacu untuk membuka halaman berikutnya, membaca lebih banyak lagi. </div><div><div style="text-align: justify;">Betah sekali aku di sana. Dengan cepat, buku level 1 sudah habis kubaca. Lanjut level 2, sama menyenangkan rasanya. Level 3 dan berikutnya siap-siap jadi santapan berikutnya. Sesekali aku pun meminjam beberapa buku dari sana untuk dibaca di rumah. Aku pun tak lagi selalu bersama Mbak Yayu pergi ke sana. Naik angkot sambung menyambung, dilanjut sedikit jalan kaki, kujabani demi membaca buku-buku seru di perpustakaan itu. Terima kasih, Mbak Yayu, sudah mengenalkan aku pada kecintaan terhadap buku yang seru. </div><p style="text-align: justify;"><b><span style="color: #f1c232;">Tuntunan Shalat Lengkap</span></b></p><p style="text-align: justify;">Sepulang sekolah, anak-anak Kampung Bolero saling jemput dan mengajak main bersama. Anak-anak kelas 3 itu seru sekali bermain. Mulai petak umpet, loncat tinggi, sapintrong, atau permainan yang lebih kalem seperti congklak, beklen, atau sekedar <i>ucing beling</i> (menyembunyikan pecahan beling untuk ditemukan anak lain). Adzan ashar sudah terdengar. 1-2 anak berpamitan untuk pulang, mau shalat asar dulu.</p><p style="text-align: justify;"><i>"Tong waka enggeusan nya ulinna. Urang balik heula nya, sholat heula."</i></p><p style="text-align: justify;">(Mainnya jangan dulu udahan yaa. Aku pulang sebentar ya, sholat dulu.)</p><p style="text-align: justify;"><i>"Tong lila nya. Ieu ulinna can beres."</i></p><p style="text-align: justify;">(Jangan lama ya. Ini kan mainnya belum selesai.)</p><p style="text-align: justify;"><i>"Moal lila. Geus apal da bacaanna."</i></p><p style="text-align: justify;">(Nggak akan lama. Bacaannya udah hapal kok.)</p><p style="text-align: justify;"><i>"Nya enggeus... urang ge balik heula sakeudeung. Sarua da, urang ge geus apal bacaan(sholat)na."</i></p><p style="text-align: justify;">(Ya udah, aku juga pulang dulu sebentar. Sama kok, aku juga udah hapal bacaan(sholat)nya.)</p><p style="text-align: justify;">Acara main di-<i>pause </i>sebentar. Tak lama kemudian kami berkumpul kembali untuk melanjutkan bermain. Aku juga tentu ikut pulang ke rumah, pura-pura sholat sebentar, ngebut, tapi bacaan sholatnya tak lengkap. Malu aku untuk mengakui bahwa aku masih terbata membaca bacaan sholat. </p><p style="text-align: justify;">Ketika disuruh mengaji di masjid, ada saja alasanku untuk pindah dari satu masjid ke masjid lainnya. Ustadznya nggak asik lah, teman-temannya ngeselin lah, padahal yang sejujurnya adalah aku tak mau terlihat atau ketahuan 'bodoh' dibanding yang lain. Ketika ada anak yang ngajinya lebih bagus dariku, aku pun mundur teratur, lalu mencari alasan untuk pindah mengaji ke masjid lain. </p><p style="text-align: justify;">Ada juga masanya ibu mencarikan guru ngaji untuk datang ke rumah, mengajari membaca alquran, termasuk mengajar bacaan sholat dan doa-doa. Tapi sebagai anak bungsu, giliranku kadang dilewat, atau dimaklum ketika aku belum hapal dengan sempurna, dengan dalih aku kan masih kecil... Bu guru ngaji merasa sudah puas ketika ketiga kakakku sudah sukses menyetorkan hapalan bacaan sholat dan doa-doa harian. Tinggallah aku terbata-bata, malu sendiri ketika teman-teman sebayaku sudah hapal dan lancar dengan bacaan sholat mereka.</p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsuuHi3ub_hNLf8aV4lEnlRNUEBIf-1YXWnJ6Y7tqV-JX6sB0yFSSEAM1iAR8Rq9EbBKRaClA-eHYBTo1TWla6aydo1mtlGqitXNIZr7iuW_CL5MqPDIO0oFfAy7Y6QljawJuUTqRdrWFgkJeVsHHzJYn2ynkY9jNugCDGmqZgUiz7u2hjJg/s676/Screenshot_20230218_065923_Chrome.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="676" data-original-width="621" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsuuHi3ub_hNLf8aV4lEnlRNUEBIf-1YXWnJ6Y7tqV-JX6sB0yFSSEAM1iAR8Rq9EbBKRaClA-eHYBTo1TWla6aydo1mtlGqitXNIZr7iuW_CL5MqPDIO0oFfAy7Y6QljawJuUTqRdrWFgkJeVsHHzJYn2ynkY9jNugCDGmqZgUiz7u2hjJg/w184-h200/Screenshot_20230218_065923_Chrome.jpg" width="184" /></a></div><div style="text-align: justify;">Aku pun akhirnya belajar lagi, berbekal buku sederhana yang klasik ini. Kubaca berulang-ulang bacaan sholat semampu yang aku bisa, mulai dari doa iftitah yang panjang versi wajjahtu, lalu bacaan rukuk, i'tidal, sujud hingga tahiyat. Surat-surat pendek hanya beberapa saja yang kuhapal, tapi lumayan ajalah buat modal sholat sehari-hari mah. </div><div style="text-align: justify;">Setelah makin besar, tentu aku perlu belajar lagi bacaan sholat juga hapalan surat-surat pendek maupun ayat pilihan lainnya. Mendengar kajian ustadz di radio, menonton TV ataupun mendatangi majelis taklim untuk menyimak kajian secara langsung sesekali. Nambah ilmu puh harus, pastinya. Ohya, tentu saja ada lagi buku tuntunan sholat lain yang kubaca untuk memperluas wawasan ilmu, supaya tak mudah menyalahkan si ini atau si itu karena bacaan sholat atau gerakannya begini dan begitu.</div><div style="text-align: justify;">Tiga buku di masa kecilku itu sangat berkesan dan punya makna besar bagiku. Pastinya membawa pengaruh positif yang terbawa hingga dewasa. Tulisan ini tadinya mau disetorkan untuk tantangan ngeblog mamah Gajah perdana di tahun 2023 ini, tapi sebagai deadliners garis keras, ah... ternyata aku kalah beradu dengan waktu. Deadline lewat dan... sudah tanggung nulis, ya diposting saja ya. Terima kasih lho sudah menyempatkan membaca sampai akhir.</div><div><p></p></div></div></div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-22981451063737888332022-11-20T23:27:00.001+07:002023-02-18T11:41:38.766+07:00Kisah di Luar Nalar dari Baitullah<h2 style="text-align: center;">NGERIII, Kabah menghilang tak ingin dilihat jamaah,</h2><h2 style="text-align: center;">karena melakukan ini,</h2><div style="text-align: justify;">Ini salah satu judul dari episode di channel Cerita Untungs yang membahas tentang kisah salah seorang tour guide pembimbing haji/umrah, Ustadz Muksit Haetami. Beliau membuka kisah mengenai salah satu jamaah bimbingannya saat pergi berumrah. Judulnya bombastis. Membuat ngeri atau malah jadi inspirasi untuk pergi ke Tanah Suci? Selain kisah terhijabnya pandangan dari ka'bah, tentu ada pula kisah-kisah lainnya. Simak yuk...!</div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV0nk0PmJX7MCP77v3gW9sOJYnJ5ov1Lnh23tUkUSnfOYxwKn-n95bZb0BmUSgR-mYd554MASBtOkLUd1boESd7Re6C5iaZanN0bptDRUZ0ptTAU_kA36E9uGCGishr4p9v_0xbJm171v_b1QVIr8e0JRy2QSI4Maee3gBkija7sH4GHT0cg/s365/Cerita%20Untungs.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="365" data-original-width="364" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV0nk0PmJX7MCP77v3gW9sOJYnJ5ov1Lnh23tUkUSnfOYxwKn-n95bZb0BmUSgR-mYd554MASBtOkLUd1boESd7Re6C5iaZanN0bptDRUZ0ptTAU_kA36E9uGCGishr4p9v_0xbJm171v_b1QVIr8e0JRy2QSI4Maee3gBkija7sH4GHT0cg/s320/Cerita%20Untungs.jpeg" width="319" /></a></div><div style="text-align: justify;">Spoiler cerita tentang <a href="https://www.instagram.com/p/Ck0qop9p6XQ/" target="_blank">pengalaman Ustadz Muksit</a> ini muncul di linimasa instagramku. Hmm... kupikir menarik juga nih. Ini merupakan salah satu opsi tema yang ditawarkan oleh Komunitas Mamah Gajah Ngeblog di Bulan November ini, yaitu pengalaman di luar nalar. Aku sendiri rasanya tak punya pengalaman khusus tentang itu, mengingat aku adalah orang yang biasa-biasa aja, tak ada pengalaman yang terlalu istimewa apalagi kalau sampai dibilang di luar nalar. Tapi kisah-kisah dari pengalaman jemaah haji atau umrah ini selalu menarik, karena banyak hal yang dirasa ajaib, nggak masuk nalar manusia. Dalam segmen <i>Aku Penasaran</i>, beberapa kisah di luar nalar bisa disimak untuk diambil pelajaran hikmahnya. </div></div><div style="text-align: center;"><iframe frameborder="0" height="270" src="https://youtube.com/embed/TMqAT-uo6dg" width="480"></iframe></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: justify;">Tidak hanya pengalaman traumatis serupa tertutupnya pandangan mata dari melihat ka'bah, Ustadz Muksit pun mengisahkan kisah tentang seorang jemaah lain yang mual muntah di sepanjang perjalanan hingga nyaris tak bisa menjalani rangkaian ibadah umrah, yang dilanjutkan dengan badan yang serasa panas terbakar. Ini tentu saja di luar logika dan perhitungan manusia. Selain pengalaman seperti itu, tentu saja tak sedikit pula pengalaman jamaah yang mendapat banyak kemudahan saat menjalani ibadah di tanah suci. Ustadz Muksit sendiri mengalami sengndiri kisah di luar nalar ini berupa dibukakannya kesempatan yang tak disangka-sangka untuk pergi berumrah bahkan menjadi pembimbing/mutawwif, ah... ini sih pengalaman pribadi Ustadz Muksit, ketika beliau baru setahun mengabdikan diri sebagai marbot di salah satu masjid di Jakarta. Karunia Allah... jadi momen perdana baginya untuk membimbing jemaah umrah hingga menjadi tour leader di salah satu biro travel haji/umrah yang telah dijalaninya selama 10 tahun ini.</div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmYLZiUxLobbEzScCS2MxOOFgEk2I2fNrnAt8qSdLIYDq3fuEU-x_u3Dt-jlEk8_mprmosGERS0shXGUwJzDN94xdkW3J2fYTZ7RPNQPVjQLxnZSve2UdhbiGHN76q-PakbNb8tHuzB3uBxH9nKphohOzljuJJ7iHeVN-mgQlW-t_LA1bMYA/s360/Cerita%20Untung-Ust%20Muksit.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="360" data-original-width="358" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmYLZiUxLobbEzScCS2MxOOFgEk2I2fNrnAt8qSdLIYDq3fuEU-x_u3Dt-jlEk8_mprmosGERS0shXGUwJzDN94xdkW3J2fYTZ7RPNQPVjQLxnZSve2UdhbiGHN76q-PakbNb8tHuzB3uBxH9nKphohOzljuJJ7iHeVN-mgQlW-t_LA1bMYA/s320/Cerita%20Untung-Ust%20Muksit.jpeg" width="318" /></a></div>Sebagai seorang muslim, tentu saja ada keinginan dalam hati untuk suatu saat nanti bisa menginjakkan kaki di Tanah Suci untuk berumrah atau berhaji. Tidak hanya menjejakkan kaki tentunya, tapi untuk menjalani rangkaian ibadah sesuai tuntunan Rasulullah, melihat dan merasai sendiri ka'bah dan beribadah sepenuh hati di dekatnya. Membaca kisah-kisah dari tanah suci selayaknya bisa untuk memicu motivasi untuk menabung -baik biaya untuk perjalanan maupun amalan- agar pantas untuk menjadi tamu Allah. Menyimak penggalan kisah dari Ustadz Muksit juga host-nya sendiri Arie Untung yang mengalami sendiri pengalaman ajaib ini, aku jadi berkaca diri. Untuk menjejak kaki dan beribadah di Tanah Suci, memang harus bersih diri bersih hati. Sudah siapkah diri ini?</div><div style="text-align: justify;">Sementara aku masih bertanya-tanya dan berkaca diri, kusetor dulu saja tulisan ini, menjawab tantangan ngeblog dari MGN bulan ini. Ini adalah opsi yang ditawarkan oleh <a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-mgn-november-2022-pilih-dari-3-tema/" target="_blank">Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog</a> bulan ini. Istimewa karena kita bisa memilih salah satu di antara 3 tema, yaitu Tokoh Pahlawan Inspiratif, Review Tontonan/Bacaan, atau Pengalaman di Luar Nalar. Nggak ada ide sebetulnya, untuk ketiga tema di atas, tapi kebetulan saja topik ini muncul di linimasa, jadi sebaiknya kusambar saja kesempatan ini. </div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9sN_HfiH0vdY83Qqm_wgrgVusqI3kPIHZEyMQcz00KgKNQidOelvNG5gkAaFheJTJ-xCMVevNufaHQsN2zKnTScVmqegpF2tUCKeSA-D-oEyumUDvjqJTGbwXwVGLhpJmtr_N20rSxd24LYpBG1iitf-SMWkmfHRi13DDRb6ae6ldjzP-Tw/s1000/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1000" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9sN_HfiH0vdY83Qqm_wgrgVusqI3kPIHZEyMQcz00KgKNQidOelvNG5gkAaFheJTJ-xCMVevNufaHQsN2zKnTScVmqegpF2tUCKeSA-D-oEyumUDvjqJTGbwXwVGLhpJmtr_N20rSxd24LYpBG1iitf-SMWkmfHRi13DDRb6ae6ldjzP-Tw/s320/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" width="320" /></a></div><br /> </div></div>Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-85568772102869146872022-10-31T23:59:00.001+07:002022-11-01T00:17:00.858+07:00Menyusur Jejak Kenangan di Kantin Salman<div style="text-align: justify;">Dua tahun pandemi, membuat banyak tempat tak bisa didatangi. Tidak hanya karena alasan kesehatan sehingga tidak bisa menerima pengunjung, tapi tak sedikit venue yang berubah fungsi karena pandemi. Salah satunya adalah Kantin Salman, kantin kesayangan mahasiswa Kampus Ganesha. Ketika pandemi Kantin Salman ditutup dan difungsikan sebagai kantor merangkap gudang untuk riset pengembangan ventilator Vent-I (ketika covid varian delta sedang ganas-ganasnya). Saat ini, kantin kembali dibuka setelah diremajakan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Janjian dengan seorang teman untuk makan siang di sana, aku sekalian shalat dzuhur di Masjid Salman, yang juga masjid kebanggaan dan kesayangan muslim-muslimah Ganesha. Bersamaan dengan momen wisudaan di kampus, area parkir jadi penuh sekali. Aku sampai harus berputar 2 kali sebelum akhirnya dapat tempat parkir di dekat bank Muamalat (belakang masjid). Petugas parkirnya sangat kooperatif dan terampil mengarahkan sehingga Ayla silverku bisa muat di spot parkir kecil yang baru saja ditinggalkan oleh mobil sebelumnya. Nuhun nya, A...</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGRNOKq9kuMv1WgNIHNJ-P1WeOzOgz4lYYjvPyuR59d-tz1aavlM51EEW0k0FEJJ2JE3usN645A214DW_ErsDUDY69hVTnkg4BJX_cwRgoSYpqQVb6Jb-z9GvPL9AN8sl9VT58JeA-NRcYdCKD8O44hs5ckOTo7RafnalzsS7Di-g7hESq1Q/s1600/Masjid%20Salman.jpeg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGRNOKq9kuMv1WgNIHNJ-P1WeOzOgz4lYYjvPyuR59d-tz1aavlM51EEW0k0FEJJ2JE3usN645A214DW_ErsDUDY69hVTnkg4BJX_cwRgoSYpqQVb6Jb-z9GvPL9AN8sl9VT58JeA-NRcYdCKD8O44hs5ckOTo7RafnalzsS7Di-g7hESq1Q/w320-h240/Masjid%20Salman.jpeg" width="320" /></a></div>Berjalan di bawah gerimis kecil, aku masuk area masjid yang juga sudah lebih segar, termasuk tempat wudhu-nya yang sekarang banyak keran untuk wudhu sehingga antrean jamaah tak terlalu panjang. Lebh nyaman. Masuk area masjid, lantainya pun sudah diremajakan, diganti dengan lantai kayu yang serupa dengan yang sebelumnya. Kali ini lantai berkilat ditempa pendaran lampu temaram dari langit-langit masjid yang lapang tanpa pilar di tengahnya. MasyaAllah... Alhamdulillah. Merasai kembali bersujud di lantai kayu yang ademnya pas. Nggak dingin di saat cuaca dingin, juga tak panas di saat cuaca cerah. Nyaman. Kangennya suasana ini (suasana saat jadi mahasiswa siih, sebetulnya... yang pergi ke masjid untuk pelarian dari penat dan pepatnya ruang kuliah/studio).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selepas shalat, langkah kaki membawaku ke area kantin yang ternyata tak seramai yang kuperkirakan mengingat di hari tersebut juga berlangsung hajatan wisuda di kampus Ganesha. Aku memutuskan untuk menunggu teman yang sudah janjian akan datang sebelum duduk di area kantin. Pasca pandemi, kantin mengalami peremajaan. Meja-meja panjang berubah menjadi meja persegi dengan kapasitas 4 kursi saja. Dinding pun dibongkar untuk agar sirkulasi udara dapat berputar lebih bebas di area kantin terbuka. Ketika temanku datang, kami pun segera melipir ke konter makanan untuk mengambil menu makan siang kami.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOTP_8aL-i6aHO1umxmCr9zaUHUvGV7JL9iYPg7qsWNt7fzi0ay7LDvwgD_ls81Q3G2gsJa03LMJA_qI51vhiLHZ7S87o0VrT8QRiNtWrFjvCcmG2h5uZLxXIJCUYTJWwTFFR9-W688dP_sdtem3ah9lU806Di9AYrHNlwrUZxtUwQGdU-HA/s1600/Menu%20makan%20siang.jpeg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOTP_8aL-i6aHO1umxmCr9zaUHUvGV7JL9iYPg7qsWNt7fzi0ay7LDvwgD_ls81Q3G2gsJa03LMJA_qI51vhiLHZ7S87o0VrT8QRiNtWrFjvCcmG2h5uZLxXIJCUYTJWwTFFR9-W688dP_sdtem3ah9lU806Di9AYrHNlwrUZxtUwQGdU-HA/s320/Menu%20makan%20siang.jpeg" width="320" /></a></div>Tak nampak perbedaan pada menu yang ditawarkan. Harga pun masih tetap murah meriah. Piring berisi nasi beserta lauknya yang kubawa ke depan kasir, setelah dihitung ternyata aku tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Aku hanya perlu membayar totalan harga sejumlah Rp 21.000 saja. Rasa masakan pun nyaris tak berubah. Itu menurut temanku. Aku sendiri tak terlalu mmerasakan perbedaan itu. Aku asyik menikmati perbincangan (lebih cocok sesi curhatku) bersama teman lama ini. Dia adik kelas semasa kuliah walaupun beda jurusan, junior juga sebagai tenaga pengajar di salah satu sekolah swasta di area Bandung Utara sebelum dia memutuskan untuk resign dan menjadi ASN.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDy81rIn8-ySIqI6vOCUnhJDp-Cx2sEq9GfHoJtk9wOPp1D3YL37YZwZxcQudyS-H7siaKQ7GMRCNtv0_yINxSzpIeq8_emdFcD10y9RLxS7HdUYm7QbyQ_o10LaeeSNSS5bGQCh5rpI07y_fVFTgm_5z3C1iu3ZDi_DYAY_ghHR2o90B56Q/s1600/Aku%20dan%20Umim.jpeg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDy81rIn8-ySIqI6vOCUnhJDp-Cx2sEq9GfHoJtk9wOPp1D3YL37YZwZxcQudyS-H7siaKQ7GMRCNtv0_yINxSzpIeq8_emdFcD10y9RLxS7HdUYm7QbyQ_o10LaeeSNSS5bGQCh5rpI07y_fVFTgm_5z3C1iu3ZDi_DYAY_ghHR2o90B56Q/s320/Aku%20dan%20Umim.jpeg" width="320" /></a></div>Nah... kumpul-kumpul, biarpun berdua saja, bisa tetap seru kan... mengingat selama pandemi bertemu muka secara langsung apalagi di tempat umum hampir tidak memungkinkan. Nah, bertemu lagi setelah sekian lama, tentu banyak cerita untuk disampaikan. Bertemu berdua saja membuat kami bebas saling cerita (maafkan aku yang terlalu mendominasi pembicaraan.) Lain kali, ayo kita ulangi dengan teman-teman lama yang membawa energi bahagia. Bertemu lagi di momen silaturahmi, sesuai janji Allah, memperpanjang usaia dan meluaskan rejeki. Kalau begitu, yuk kita ulangi. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Walaupun sedikit maksa nih, menulis jejak kenangan ini sekalian dijadikan setoran untuk Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog yaa.</div>Unknownnoreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-86585204393502093222022-10-21T00:00:00.000+07:002022-10-21T00:00:38.202+07:00Kisah Kopi<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheZ6iQdaLpsJ5o8YmG7W66hizspVSwoPF4eI0060h7IQkfWe2n0HNP-57R0xYi62DU6hp91IqboqSQ4d_hjjCHO4oTqWE_oYupR_Ju0S6ZqpQDGTWOwiXL3aXtuqvFR_ycX-iGv9ypIuvA4p5bVRFb3EhDzuEryFK9OLfxEWQvZEOZvGXCqg/s1280/Kopi%20Instan.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="960" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheZ6iQdaLpsJ5o8YmG7W66hizspVSwoPF4eI0060h7IQkfWe2n0HNP-57R0xYi62DU6hp91IqboqSQ4d_hjjCHO4oTqWE_oYupR_Ju0S6ZqpQDGTWOwiXL3aXtuqvFR_ycX-iGv9ypIuvA4p5bVRFb3EhDzuEryFK9OLfxEWQvZEOZvGXCqg/s320/Kopi%20Instan.jpeg" width="240" /></a></div><div style="text-align: justify;">Kupandangi secangkir kopi hangat di depanku dengan sedikit perasaan bersalah. Sudah lama aku tak minum kopi apalagi yang instan begini. Dan sekarang aku kangen... kupikir, ini untuk mengobati rasa kangen saja. Rasa kangen pada kopi yang bukan kopi sebetulnya. Aku hanya mencari sensasi pada aroma kopi yang menguar dari secangkir kopi dengan sedikit krimer dan gula itu. Sensasi dari sebuah kenangan. Kubiarkan dia mendingin sedikit sambli aku merintang waktu menyisir berbagai aplikasi di ponselku. Biasanya ketika panasnya sudah cukup, kopi begini akan kurirup sekali duduk, tak akan menunggu waktu berlama-lama untuk menghabiskan minuman beraroma sedap itu.</div><p></p><p><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixqz4LmP4yQ5Xv50W39CsDjMHCirR_8EeTXGG-qu4-7YeiqqX4opuAvoGANhZKE5h7ndNfksub1OgEuA2-_qZNjLCf_B2ygtovnIKh0rDnxdPRmPEychavaXX-xK1jND7mKBbvTBvMDtlYjLpyreyYqPfEltGmidgnZ40XNnoGdfFygUYQRQ/s550/kopi%20tubruk%20lagi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="412" data-original-width="550" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixqz4LmP4yQ5Xv50W39CsDjMHCirR_8EeTXGG-qu4-7YeiqqX4opuAvoGANhZKE5h7ndNfksub1OgEuA2-_qZNjLCf_B2ygtovnIKh0rDnxdPRmPEychavaXX-xK1jND7mKBbvTBvMDtlYjLpyreyYqPfEltGmidgnZ40XNnoGdfFygUYQRQ/s320/kopi%20tubruk%20lagi.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kopi tubruk klasik. Gambar diambil dari <a href="https://www.tripadvisor.com/LocationPhotoDirectLink-g3632518-d3626153-i182354439-Amstirdam_Coffee_Roastery-Singosari_East_Java_Java.html" target="_blank">sini</a>.</td></tr></tbody></table></p><div style="text-align: justify;">Perkenalanku dengan kopi dimulai ketika aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, entah kelas berapa tepatnya. Saat itu ada seorang tetangga belakang rumah yang biasa mengasuh kami yang masih kecil-kecil ketika ibu dan bapak berangkat kerja. Mbah, begitu beliau biasa kami sapa. Dia seorang perempuan yang setia dengan jarit dan kebaya dalam kesehariannya, setia juga dengan kopi yang selalu menemani setiap pagi dan sore. Kopi hitam dengan gula. Aromanya yang menguar sungguh membuatku tergoda. Kucicip... dan (mungkin karena manis), aku pun suka. Sejak itu, sesekali aku pun menyeduh kopi sendiri. Kopi tubruk yang entah merek apa, pokoknya apa yang ada di rumah saja. Ibu & bapak menyediakan kopj hanya untuk persediaan sekiranya ada tamu yang berkunjung. Ibu tidak minum kopi, bapak pun hanya sesekali saja. Sepanjang ingatanku, bahkan bapak nyaris tak pernah minum kopi. Aku pun jadinya yaa... sesekali saja.</div><p></p><p style="text-align: justify;">Masa SMP dan SMA pun kesukaanku pada kopi ya biasa-biasa saja. Masih merasa mendadak bahagia saat menghirup aroma kopi yang wangi, tapi merasa tak perlu mencari-cari saat aroma dan rasa itu tiada. Sesekali aku masih minum kopi, yang sesekali pula beralih ke kopi instan yang lebih praktis tak menyisakan ampas yang mengganggu.</p><p><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwHLAWp7ILCKiX03It4Hn2mUhy76dMlun9zGQFcQyMwbxvOphffM0zcbhrREdzrvcCEImBqAEyoKBj0p307NIDMB0Bik-1OEjU9IBDfeie9yuo3SaRIqRYy_imqkmfWFeVWHmsX8YyODuaFqCZUPUiT76hJpFIG9CEPZVfibs8GA7IDCS66Q/s1980/nescafe.webp" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1980" height="175" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwHLAWp7ILCKiX03It4Hn2mUhy76dMlun9zGQFcQyMwbxvOphffM0zcbhrREdzrvcCEImBqAEyoKBj0p307NIDMB0Bik-1OEjU9IBDfeie9yuo3SaRIqRYy_imqkmfWFeVWHmsX8YyODuaFqCZUPUiT76hJpFIG9CEPZVfibs8GA7IDCS66Q/s320/nescafe.webp" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nescafe Klasik, teman begadang yang asik. Gambar diambil dari <a href="https://www.nescafe.com/id/artikel/nescafe-classic-kopi-hitam-larut" target="_blank">sini</a></td></tr></tbody></table></p><div style="text-align: justify;">Saat kuliah, kopi instan jadi konsumsi sehari-hari, setidaknya 4 kali sepekan. Bukan karena suka luar biasa, tapi karena tuntutan keadaan yang membuatku merasa memerlukan keberadaannya. Untuk teman begadang mengerjakan tugas studio yang berkejaran di hari Sening hingga Kamis. Hari Jumat dan akhir pekan bisa libur ngopi dulu karena kuliah rata-rata 'hanya' kuliah MKDU yang seringkali tak ada tugas yang rutin disetorkan. Dan Minggu malam memulai kembali ritual minum kopi untuk teman begadang. Kali ini yang jadi pilihan adalah nescafe klasik tanpa krimer. Menghirup aromanya saja sudah separuh membuat mata terbuka. Menyesapnya secangkir saja, cukup untuk membuatku terjaga hingga lepas tengah malam. Jelang subuh aku tidur sebentar sebelum kembali beraktivitas seharian.</div><div style="text-align: justify;">Kembali ke masa kini, kuteguk kopi hangat dalam cangkir yang sejatinya tak terlalu kunikmati... karena ada perasaan bersalah itulah... Kopi instan begini, kabarnya kandungan kopinya bahkan tidak ada separuhnya. Komposisinya kebanyakan bahan-bahan kimia yang disesuaikan cita rasanya dengan selera pasar. Ketika dokter menyarankan untuk tak terlalu banyak (bahkan sebaiknya menyetop saja) mengonsumsi produk makanan atau minuman instan yang kandungan pengawetnya banyak, ah... maafkan aku, dok. Sesekali sih bolehlah yaa... Buat obat kangen aja kok.</div><div style="text-align: justify;">"Bu Diah...?" suara Kang Hary, Service Advisor di AstraBiz menyapa ramah. "Mobilnya sudah siap." ujarnya lagi. Dia menyempatkan duduk sebentar di kursi seberangku untuk menjelaskan beberapa hal terkait Ayla-ku yang menjalani service rutin. "Sekiranya ada keluhan, dalam waktu 15 hari masih bisa komplain dan ada garansi. Tapi jika tidak ada komplain... ya alhamdulillah." lanjutnya menutup pembicaraan sambil wajahnya tak lepas dari senyum ramah di balik masker yang dikenakannya. </div><div style="text-align: justify;">"Siaap, Kang Hary." balasku sambil berpikir... 'garansi 15 hari? minimal 15 hari ke depan aku tak boleh mengonsumsi kopi intan yang sarat pengawet, perasa dan pewarna itu. Oke, Dee? Kita coba disiplin lagi ya. Nggak minum kopi itu jadi sebuah tantangan buatku. Seperti blog posting ini yang dibuat untuk menjawab <a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-mgn-oktober-2022-mamah-dan-kopi/" target="_blank">Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog</a>. Setorr... (Ditulis jelang deadline seperti biasamya dan nggak pakai dopping kopi. Masih amaaan. 👌)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6JD0h0Wwasq1Lnk1jbApvuXzitgk1RwFqfG_pm_CT3M_3r7HVFIbZFia1QRxJNd-YsuluVb0CL64hjEBbTGDdhB1nyOUgmXoVFqYZpuY2iADvDgtUWj8K3BFeRWL9GkqAD0a9PGAuQHZnEQyxk4fBwXZq6Vfr8wYWo9jErRPxH9MmZ5h2rA/s1000/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1000" height="140" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6JD0h0Wwasq1Lnk1jbApvuXzitgk1RwFqfG_pm_CT3M_3r7HVFIbZFia1QRxJNd-YsuluVb0CL64hjEBbTGDdhB1nyOUgmXoVFqYZpuY2iADvDgtUWj8K3BFeRWL9GkqAD0a9PGAuQHZnEQyxk4fBwXZq6Vfr8wYWo9jErRPxH9MmZ5h2rA/w200-h140/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" width="200" /></a></div></div><p></p>Unknownnoreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-54395366912003796022022-10-01T00:00:00.002+07:002022-10-01T00:14:02.691+07:00Skin Care... Should I Care?<div style="text-align: justify;">Baru-baru ini aku kembali ke rumah yang sempat kutinggalkan sekitar 3 tahun-an. Aku masih berkunjung sesekali ke rumah itu, tapi tak terlalu intens mengamati & mengurusi segala isinya. Sampai di akhir bulan September ini, setelah renovasi kecil selama 3 mingguan, aku siap kembali ke rumah ini. Hampir semua barang tidak berada di tempatnya semula, mengingat isi lemari harus dikeluarkan dulu sebelum digeser dan dipindah tata letaknya. Debu dari proses bongkar rumah menumpuk di sana-sini menyelimuti permukaan barang-barang, buku, pakaian hingga segala pernak-pernik. Kutemukan beberapa kemasan <i>skin care</i> yang pernah kuakrabi beberapa waktu lalu, baik yang separuh jalan dipakai maupun yang masih utuh dalam kemasan. Bisa dipastikan sudah kadaluarsa lah... sayang sekali ya.</div><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUwyDUHY6yli-NedgYmQvAZ5wjO-R_DSq1CvziiDjMGQekcC6i5j4j87ELZLMJgBdejHy_RNK_QB7vtJPLbUzNeWNczmXjAcpwCOMT-t4Ykz8PxR8KGVzm6iQs3m8mp7vm83bu31_pSEU4zszZ5FCPB8BBswUs9YLdnk9zQA2emRjjQuk3Vg/s1280/Koleksi%20Oriflame.jpeg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="854" data-original-width="1280" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUwyDUHY6yli-NedgYmQvAZ5wjO-R_DSq1CvziiDjMGQekcC6i5j4j87ELZLMJgBdejHy_RNK_QB7vtJPLbUzNeWNczmXjAcpwCOMT-t4Ykz8PxR8KGVzm6iQs3m8mp7vm83bu31_pSEU4zszZ5FCPB8BBswUs9YLdnk9zQA2emRjjQuk3Vg/s320/Koleksi%20Oriflame.jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sebagian koleksi produk Oriflame</td></tr></tbody></table>Ada masanya aku sangat <i>care</i> dengan penggunaan <i>skin care</i> ini. Beberapa tahun lalu, aku tertarik untuk ikut berbisnis ceritanya... <i>skin care</i> dan kosmetik yang dijual dengan sistem multi level marketing, menjanjikan benefit jutaan per bulan, dengan syarat: bisnisnya dijalankan tentunya. Bagaimana cara menjalankan bisnisnya? Produknya dipakai dan jadi testimoni bukti nyata, jualan juga dan tentunya membangun jaringan yang solid.</div><div style="text-align: justify;">Aku cocok dengan produknya. Tidak instan yang malah bikin waswas, tapi untuk pemakaian jangka panjang, hasilnya terlihat cukup signifikan. Kantor pusat produsennya berada di Sweden, sedangkan pabriknya tersebar di beberapa negara. Kualitas produknya, aku sih cocok... tapi kualitas kemasannya, ah... ada beberapa yang membuatku kecewa. Kemasan plastiknya mudah patah atau retak yang membuat isinya tak lagi terlindungi secara optimal. Mengingat harganya yang lumayan pricey, aku boleh dong kecewa dengan kualitas kemasannya. Selain itu, ada pertentangan batin juga sih untuk membeli produk luar begini, kok kayak nggak cinta tanah air ya. </div><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn4Dw1zXolEzAzkt0kr5vZMRFQnrpRVSE16SXpC3iJChLq0NmEVRsZrazP5ioUPEuS4Y3q7U_fqhPeMBi6OScKX7b5N8Gpe5JJpdFIghK_6uMz-fHCWjNrC97kWq0BR2-wzCpslMfzAfR_EgaQYtR2G_feGjuwG02tEQ0KISHgIgAzuUNXNw/s1280/Make-up%20sesekali.jpeg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1197" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn4Dw1zXolEzAzkt0kr5vZMRFQnrpRVSE16SXpC3iJChLq0NmEVRsZrazP5ioUPEuS4Y3q7U_fqhPeMBi6OScKX7b5N8Gpe5JJpdFIghK_6uMz-fHCWjNrC97kWq0BR2-wzCpslMfzAfR_EgaQYtR2G_feGjuwG02tEQ0KISHgIgAzuUNXNw/w187-h200/Make-up%20sesekali.jpeg" width="187" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sesekali dandan pakai eyeliner</td></tr></tbody></table>Beberapa tahun aku 'menjalankan bisnisnya'. Beli produknya yang rutin kupakai, sesekali dijual juga ke pelanggan yang nggak banyak-banyak amat, juga merekrut dan membina <i>downline</i>. Aku mungkin kurang sabar dan kurang gencar juga menjalani keseluruhan prosesnya. Setelah bertahun-tahun aku kok nggak maju-maju ya. Akhirnya aku memutuskan berhenti dan beralih ke produk lain yang lebih ekonomis dan berbau serta berasa Indonesia. Nggak pakai perang batin pakai produk-produk Wardah karena selain memang cocok di kulit, juga cocok di hati deh... Pengusaha Wardah kan mamah Gajah juga. ;) Ayo kita dukung produk-pproduk Mamah Gajah Ganesha.</div><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4l9hsRSqDeaignHuM2LOTrfwL-eMAFJY1wh9Liz2Lvx4BuFQ5redZA8QoVu8_LY_EDfMC0SIBZwagl0s8Xz7XveIYQM8ppYKjRIyiA86UVoBCUwSVHndZPzvEJWxQkHX_k6EEONevsUSPLTKKt3SwmzRPQE1gy73h1t8BSuBPFI9L1yz0xg/s1280/Koleksi%20Wardah.jpeg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="932" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4l9hsRSqDeaignHuM2LOTrfwL-eMAFJY1wh9Liz2Lvx4BuFQ5redZA8QoVu8_LY_EDfMC0SIBZwagl0s8Xz7XveIYQM8ppYKjRIyiA86UVoBCUwSVHndZPzvEJWxQkHX_k6EEONevsUSPLTKKt3SwmzRPQE1gy73h1t8BSuBPFI9L1yz0xg/s320/Koleksi%20Wardah.jpeg" width="233" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Koleksi skin care & kosmetik Wardah</td></tr></tbody></table>Produk yang kupakai sekarang adalah produk asli dalam negeri, diproduksi di dalam negeri, dan buat aku sih cocok banget, ini. Alhamdulillah, kulitku nggak ada masalah menyesuaikan diri dengan produk baru. Mulai dari foundation kemudian shifting menjadi dd cream yang setia menemani keseharianku, membuat tampilan kulit wajah tampak halus tapi masih terasa ringan. Lipstick dan lip cream-nya favorit banget. Kukoleksi beberapa warna dengan nuansa natural, dalam <i>tone</i> warna orange hingga cokelat. Keseharianku sebenarnya cukup dengan ini saja. Tapi hey... tidak cukup hanya make up standar, sebetulnya perlu juga sih perawatan harian yang rutin. Asal jangan yang ribet, aku sih oke.</div><div style="text-align: justify;">Kulengkapi koleksi perawatan kulitku dengan <i>sunscreen</i> (yang masih belum rutin) di pagi hari dan serum di malam hari. Sebelum tidur kusempatkan mencuci wajah dengan <i>facial foam</i> dari rangkaian produk di seri yang sama. Kabarnya sih sebetulnya produk ini kurang cocok untuk kulit wajah separuh abad seperti aku ini. <i>Beauty consultant</i>-nya menyarankan aku pakai <strike>yang lebih mahal</strike> produk yang lebih tepat buatku dengan kandungan anti-aging. Ah... <i>whatever </i>deh. Saat ini aku pakai <i>skin care</i> yang lebih sesuai dengan budget belanja bulananku saja. Alhamdulillah, kulit wajah nggak manja, mau aja pakai produk apapun. Pakai Wardah nih sekaligus menunjang idealismeku sebagai Warga Negara Indonesia yang mendukung produk-produk Indonesia. </div><div style="text-align: justify;">Nggak mimpi bahwa tampilan kulitku akan seperti Dewi Sandra yang notabene adalah brand ambassador Wardah, tapi minimalnya aku merawat kulitku dengan (cukup) baik. Merawat wajah dan kulit yang dianugerahkan Tuhan ini sudah selayaknya dilakukan. Bukan dengan tujuan untuk mempercantik diri apalagi <i><a href="https://masjidpedesaan.or.id/apa-itu-tabarruj-berikut-penjelasannya/" target="_blank">tabarruj</a></i>, tapi dengan niat merawat karunia yang sudah diberikan Allah kepada kita. Alhamdulillah dikasih kulit normal yang nggak rewel, cuma perlu perawatan minimal. Jadi, merawat diri ini sudah selayaknya jadi kebiasaan baik. Sewajarnya saja tak perlu berlebihan, cukup untuk menunjukkan bahwa kita peduli dan memberi perhatian pada tubuh kita. So... katakan <i>I care</i> pada <i>skin care</i>.</div><div>Buat <a href="https://mamahgajahngeblog.com/nulis-kompakan-september-2022-skin-care/" target="_blank">Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog</a> akhir bulan September ini, yuk lah kita bahas soal <i>skin care</i>. Lain kali kita bahas <i>care</i> yang lain yaa. InsyaAllah.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSKtk4VXe_LOwJXSyQATrHU5E87WceJ8peMiMFlJ3nfuj2W49Cx8A5dMverMiizMyj3cVXEJ96EVJ5pihZUTUOa3CnQXqnJEoL-fnfRU72vuRjXVyVXultKqFvUEcZuuC5QPnjiWIXVHOhv5Q0nrV1F_W3QLCznCEisYMeuJo906ZtqywllQ/s1000/Nulis%20Kompakan%20September.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1000" height="140" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSKtk4VXe_LOwJXSyQATrHU5E87WceJ8peMiMFlJ3nfuj2W49Cx8A5dMverMiizMyj3cVXEJ96EVJ5pihZUTUOa3CnQXqnJEoL-fnfRU72vuRjXVyVXultKqFvUEcZuuC5QPnjiWIXVHOhv5Q0nrV1F_W3QLCznCEisYMeuJo906ZtqywllQ/w200-h140/Nulis%20Kompakan%20September.jpg" width="200" /></a></div><br /><div><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-30224244441377814342022-09-20T23:59:00.009+07:002022-09-21T00:47:49.641+07:00Gaya Belanja Yang Mana?<p></p><div style="text-align: justify;">Beberapa waktu yang lalu, seorang teman di dunia maya menulis di halaman media sosialnya, </div><br /><div style="text-align: center;"><span style="color: #ffa400;"><i><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEfg1I3XNLbTRi8qqv9_ae2cUciD_AkKqaQuf0Un_HZiA3Dn84p98EKk3d3_afmZa5U4y5rzzI_t7uAH5dSWHSWBd566FD47YZko1qmdrDQhF2FVN-aTB0UlMA6qFk-9UNVkv6QcvtVTE68s8DnnlWS-_jka4R2x4Mgr2zet6iblC7VEKuGg/s940/fakta%20belanja.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="788" data-original-width="940" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEfg1I3XNLbTRi8qqv9_ae2cUciD_AkKqaQuf0Un_HZiA3Dn84p98EKk3d3_afmZa5U4y5rzzI_t7uAH5dSWHSWBd566FD47YZko1qmdrDQhF2FVN-aTB0UlMA6qFk-9UNVkv6QcvtVTE68s8DnnlWS-_jka4R2x4Mgr2zet6iblC7VEKuGg/s320/fakta%20belanja.jpeg" width="320" /></a></div>"Dua tahun pandemi, akhirnya lihat pameran lagi…</i></span></div><div style="text-align: center;"><i style="color: #ffa400;">Tapi…</i></div><div style="text-align: center;"><i style="color: #ffa400;">Selera belanja udah nggak kayak dulu…"</i></div><p></p><p style="text-align: justify;">Maksudnya bagaimanakah...? Pernyataannya kuterjemahkan sebagai berkurangnya minat dia untuk berbelanja di pasar real. Dia tak lagi (terlalu) tertarik untuk melihat-lihat barang, memegang atau mencium aroma sesuatu yang menarik minatnya untuk dimasukkan ke dalam keranjang belanja. Apakah beralih ke moda belanja daring? Mungkin begitu. Aku sih iya. :)</p><p style="text-align: justify;">Ketika pandemi melanda dan gerak penduduk dunia sangat dibatasi, tak lagi bebas ke mana-mana, kualihkan moda belanja ke moda belanja daring. Belanja segala, bisa banget dilakukan dari depan monitor PC atau ponsel kita, baik menggunakan aplikasi, situs web resmi toko yang bersangkutan, ataupun meminta layanan pesan antar melalui pesan pendek saja. Sungguh sepraktis itu lah. Setelah beberapa waktu, ternyata aku menikmatinya. Mulai belanja buku, sepatu, pakaian, hingga segala printilan besar maupun kecil, juga belanja kebutuhan sehari-hari, (hampir) semua bisa didapat secara daring.</p><p style="text-align: justify;">Dipikir-pikir, banyak juga lho benefit dari sistem belanja daring ini.</p><p style="text-align: justify;"></p><ul><li>Aku yang biasa ke mana-mana menyetir sendiri, ternyata sangat bisa menikmati rasanya bersantai di rumah saja, belanja sambil rebahan. Tidak perlu berjibaku menyusuri jalanan dalam kondisi cuaca apapun, tidak perlu repot mencari spot parkir yang kadang sangat tak mudah dan tak praktis. Dengan demikian, aku bisa menghemat biaya transport juga recehan untuk parkir dan mamang gopek-man yang biasa ada di setiap persimpangan. Hemaat... hemaat...</li></ul><p></p><p style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAKcvFW25v8wso5-2Bb63Wc_VphFlSrT7e03m16-9xdn_8nu7qCsjlh5BwF_WlMXW8e6PJj-AwAL26b1CqfXrJnPAX0-oMoFT_KV1CA6W3AkPGJ2tH94pIFuVQO2R5kWzGnNfcwVqLLmFBINTgJ9lwKa5yXI_vjWtAbLxAFq07tFxom0_QGg/s1280/Filter%20toped.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="705" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAKcvFW25v8wso5-2Bb63Wc_VphFlSrT7e03m16-9xdn_8nu7qCsjlh5BwF_WlMXW8e6PJj-AwAL26b1CqfXrJnPAX0-oMoFT_KV1CA6W3AkPGJ2tH94pIFuVQO2R5kWzGnNfcwVqLLmFBINTgJ9lwKa5yXI_vjWtAbLxAFq07tFxom0_QGg/s320/Filter%20toped.jpeg" width="176" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Filter pencarian favorit</td></tr></tbody></table></p><div style="text-align: justify;"><ul><li>Aku yang biasa berlama-lama di toko, melipir setiap gang dan kios, membanding-bandingkan harga untuk mencari yang paling ekonomis, dengan belanja daring seluruh proses itu bisa dilakukan dengan lebih efisien. Cukup ketik kata kunci yang diinginkan, maka berderetlah jenis barang yang kuincar. Beragam toko daring siap membentu kita berbelanja. Lokasi bolelh dipilih sesuka kita. Silakan mencari toko daring di sekitar rumah kita jika perlu pengiriman instan, tapi dipersilakan juga mencari produk yang jauh dari tempat tinggal kita jika memang perlu. Aku sendiri biasa mengurutkan dengan filter tertentu, Filter yang kupakai biasanya adalah mengurutkan barang dari harga terendah untuk mendapatkan harga paling ekonomis. Setelah itu filter lokasi pun kuaktifkan untuk mencari lokasi terdekat agar jejak karbon tak terlalu panjang. Aku juga mengaktifkan filter bebas ongkir agar hanya toko-toko yang menerapkan kebijakan bebas ongkir yang muncul di hasil pencarian. Lumayan kaan, bebas ongkir saat jumlah pembelajaan mencapai nilai tertentu. ribuan hingga belasan ribu bisa dihemat untuk belanja online lainnya. </li><li>Selain benefit receh-receh begitu, ada juga benefit receh lainnya berupa voucher toko yang memberikan potongan harga. Tentu saja dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. </li></ul></div><p></p><p style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_AtwgXq75Qn8oPSm-1pJcZxlEqamX0eEa2IuVnfQRM8w65DaL95OKr9JaqmlQzCKj8lRyAmeBPKmVweY-L0V6aHHxTyEupx4tPx-0TfUWzDmvYEYWgnaQJlB1_ploP-RP0Z4uIo1N9LzGit4tghMi49TaSwiGXDxGhOAjPtrhZt00Iqo8tA/s1080/Shopback.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="876" data-original-width="1080" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_AtwgXq75Qn8oPSm-1pJcZxlEqamX0eEa2IuVnfQRM8w65DaL95OKr9JaqmlQzCKj8lRyAmeBPKmVweY-L0V6aHHxTyEupx4tPx-0TfUWzDmvYEYWgnaQJlB1_ploP-RP0Z4uIo1N9LzGit4tghMi49TaSwiGXDxGhOAjPtrhZt00Iqo8tA/s320/Shopback.jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Akumulasi cashback dari Shopback</td></tr></tbody></table></p><div style="text-align: justify;"><ul><li>Masih belum cukup hemat, aku juga melipir dulu ke Shopback, sebuah aplikasi perantara yang berani memberi cashback setiap kali kita belanja online setelah melipir ke shopback. Aku yang belanjanya recehan, tentu saja dapat benefit cashback-nya juga recehan. Tapi kalau dikumpul-kumpul diakumulasikan, bisa sampai ratusan ribu juga yang sudah beberapa kalu kutukar dengan pulsa atau kuminta untuk ditransfer ke rekening tabunganku. Recehan juga lumayan kan, ada harganya... ;) Mau ikut dapat benefit cashback dari shopback? Hayu ikut <a href="https://app.shopback.com/dSJ7JcWUttb" target="_blank">daftar di sini</a>.</li></ul></div><p></p><div style="text-align: justify;">Tulisan ini dibuat untuk menjawab tantangan belanja ehh.... <a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-mgn-september-2022-mamah-dan-dunia-belanja/" target="_blank">Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog</a> bulan September. Yuk, belanjaaa...!</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg88OfR0CnpT1923QJlnQYcoxKoyMItlxxmhS8qevomP01NdmaENaH1AbnOz7aeIgP6sVRhz0rWh7J8Lwed4dnQ2ZSUt_DDJwWUhKr9BPBvibAgHPMWsPCYU2ycQLKdFaj4blsXuAkey-oB5SO0WKQrmZDr_3ZI6e5vkRp4s-IsBqMbpFq1tw/s1000/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1000" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg88OfR0CnpT1923QJlnQYcoxKoyMItlxxmhS8qevomP01NdmaENaH1AbnOz7aeIgP6sVRhz0rWh7J8Lwed4dnQ2ZSUt_DDJwWUhKr9BPBvibAgHPMWsPCYU2ycQLKdFaj4blsXuAkey-oB5SO0WKQrmZDr_3ZI6e5vkRp4s-IsBqMbpFq1tw/s320/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" width="320" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><br /><br />Unknownnoreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-57096028563222649282022-08-31T12:27:00.001+07:002022-08-31T12:37:01.180+07:00Yuk, Libatkan Anak Dalam Tugas Rumah Harian<p style="text-align: justify;"><a href="https://mamahgajahngeblog.com/nulis-kompakan-agustus-2022-tema-bebas/" target="_blank">Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog</a> bulan ini bertema bebas merdeka sesuai dengan bulannya, Agustus bulan kemerdekaan. Aku ingin menulis tentang sebuah hal yang masih menggelitik pikiran, mengenai keterlibatan setiap anggota keluarga termasuk anak-anak dalam tugas rumah harian.</p><p style="text-align: justify;">Teringat sebuah momen saat berkesempatan mengisi sebuah sesi privat dengan salah seorang muridku. Saat itu masih pagi di masa pandemi. Anak bersekolah online melalui fasilitas zoom atau <i>recorded lesson.</i> Ketika aku datang, kami duduk di area ruang tamu yang katanya punya koneksi sinyal internet cukup bagus di situ. Kerabat si anak melintas untuk menyapu. Aku baru saja hendak meminta maaf karena 'mengganggu' di area yang hendak dibersihkan ketika si anak menggeram gusar saat kakinya tak sengaja tersentuh sapu yang dipegang budenya. </p><p style="text-align: justify;">"Iiih!" Ujarnya dengan geram. "Bude ke sana dong...!" Lanjutnya. Keningku auto berkerut. Heyy... harusnya dia yang minta maaf karena menghalangi area yang hendak dibersihkan. Lagipula itu adalah rumah orangtuanya, bukan rumah budenya. Bukankah seharusnya dia yang ikut berperan membersihkan rumah? Anak 9 tahun itu melanjutkan aktivitasnya mengeset laptop untuk pembelajaran hari itu, tanpa merasa bersalah dan tak juga meminta maaf. Betapa tak berempatinya anak ini... </p><p style="text-align: justify;">Kupikir, ini adalah salah satu dampak dari tak dilibatkannya anak dalam aktivitas keseharian menyelesaikan tugas-tugas di rumah. Orangtua memilih untuk tidak melibatkan anak dalam aktivitas ini dengan beragam alasan. Kurang bersih lah kalau dikerjakan anak, dibiarkan agar bisa fokus bersekolah dan belajar lah, atau dengan alasan agar asisten rumah tangga ada kerjaan dan tak 'makan gaji buta'. Padahal sejatinya, banyak sekali manfaat melibatkan anak dalam pekerjaan kerumahtanggaan ini. Yuk kita cermati beberapa di antaranya.</p><p><b></b></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihQthcaF8Vr3-QSWzn_dofOzpmWTfccGLiw8Vpwa2JIBNItWsqlGbTeh8b2lsuBacACNfXevmrLXZOu4feLJ3Z0QhUEL5w59YWYxwVIx10d1_p7m_aIJ-sDCTO47jeNVnsPhLd5N15MQIgcI5uNAIdINflfBgJr8xSV-L6qFIxunUMx2ZajA/s450/images%20(30).jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="450" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihQthcaF8Vr3-QSWzn_dofOzpmWTfccGLiw8Vpwa2JIBNItWsqlGbTeh8b2lsuBacACNfXevmrLXZOu4feLJ3Z0QhUEL5w59YWYxwVIx10d1_p7m_aIJ-sDCTO47jeNVnsPhLd5N15MQIgcI5uNAIdINflfBgJr8xSV-L6qFIxunUMx2ZajA/s320/images%20(30).jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Libatkan anak dalam tugas harian di rumah.</td></tr></tbody></table><b><br /><span style="color: #ffa400;">1. Melatih kebiasaan baik</span></b><p></p><p style="text-align: justify;">Sebuah hadits mengatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Tanamkan ke anak-anak kita (tentu saja dimulai dari diri kita sendiri) bahwa ketika kita menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih, sejatinya itu menunjukkan bahwa kita pun menjaga keimanan kita. Jika kebersihan merupakan sebagian dari keimanan, maka boleh dong dianalogikan bahwa yang betah berkotor-kotor itu... ya yang begitulah. Ya masa cuma ART saja yang beriman dan kita tidak?</p><p><b><span style="color: #ffa400;">2. Mempertajam kepekaan</span></b></p><p style="text-align: justify;">Ketika kita melakukan aktivitas bersih-bersih, tentu lama kelamaan akan terasa perbedaannya. Mana permukaan lantai yang kesat bebas debu atau lantai yang masih terasa 'berpasir' karena kurang bersih menyapu. Makin lama kita akan makin tahu bagaimana cara untuk menyapu lantai yang paling efektif dan efisien. Saat mengepel, akan terasa mana lantai yang terlalu basah (karena kurang kering memeras lap pel), atau justru tidak rata menyisir seluruh permukaan lantai karena lap pel terlalu kering.</p><p><b><span style="color: #ffa400;">3. Mengasah empati</span></b></p><p style="text-align: justify;">Saat anggota keluarga berbagi beban pekerjaan, rasa empati akan terasah. Bahwa bebersih dan bebenah itu melelahkan, tentu bisa dirasakan oleh seluruh anggota keluarga sehingga masing-masing lebih menghargai apa yang sudah dikerjakan oleh orang lain. Ketika tahu lelahnya mengepel, tentu kita pun tak akan seenaknya menginjak lantai yang masih basah. Ketika tahu capeknya belanja dan memasak, tentu akan lebih mudah mensyukuri makanan yang terhidang. Dan seterusnya dan sebagainya.</p><p><b><span style="color: #ffa400;">4. Menumbuhkan rasa tanggung jawab</span></b></p><p style="text-align: justify;">Ketika beban pekerjaan rumah dibagi bersama, seringkali ada pula jangka waktu yang disepakati bersama, sepaket dengan konsekuensi yang diterima. Misalnya membuka jendela setiap pagi. Ketika lupa membuka jendela di pagi hari, udara segar sudah lewat sehingga tinggal masuklah udara yang sudah tercemar polusi lalu lintas pagi. Kegiatan menyapu biasanya dilanjutkan dengan aktivitas mengepel. Ketika menyapu belum atau tidak tuntas, kegiatan mengepel pun jadi terganggu bahkan terhambat. Merapikan belanjaan ke dalam lemari sesuai peruntukannya, misalnya telur di raknya, daging di freezer, atau bahan makanan lain yang disimpan di area lain kulkas atau dapur. Salah menempatkan terkadang bisa fatal akibatnya. Hal-hal yang tampaknya sepele begini sejatinya adalah sebuah latihan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab.</p><p><b><span style="color: #ffa400;">5. Memupuk kemandirian</span></b></p><p style="text-align: justify;">Ketika anak sudah terbiasa melakukan aktivitas bersih-bersih di rumah, saat dia dewasa tak akan sulit baginya untuk beradaptasi dengan situasi yang menuntutnya untuk mandiri dan mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Dia bahkan mungkin bisa membantu mencarikan solusi atas beragam permasalahan yang dihadapi baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Saat dia harus mandiri ketika kuliah di luar kota bahkan luar negeri, maka anak yang terbiasa mandiri akan sangat mudah menyesuaikan diri. Sedangkan anak yang tak terbiasa akan mengalami masa sulit saat dia dewasa. Heyy... bukankah kita ingin membuat hidup mereka mudah? Ya justru itu perlu dilatihkan sejak dini, bukan dengan memanjakan mereka dengan menyediakan ART yang siap membantu kapan saja. </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie7mNv58dIQCJzJaitpHU_J932OBqw896Kc0h0DBIMjnDxGEZjXuY52NGLA84XGOUcuM4HllEWzlRIIiO8TNS7mOHU6tJiD2B4aB-4YZ3bBMaaMflZw0tucxgJZDocLCvK6wS-iGKy7vMmC0sek-0l19U6n0mo62qVV_77xIZTx5RlOsp71w/s1079/Screenshot_20220829-112610.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1074" data-original-width="1079" height="319" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie7mNv58dIQCJzJaitpHU_J932OBqw896Kc0h0DBIMjnDxGEZjXuY52NGLA84XGOUcuM4HllEWzlRIIiO8TNS7mOHU6tJiD2B4aB-4YZ3bBMaaMflZw0tucxgJZDocLCvK6wS-iGKy7vMmC0sek-0l19U6n0mo62qVV_77xIZTx5RlOsp71w/s320/Screenshot_20220829-112610.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Ayo, mulai libatkan putra-putri kita dengan aktivitas tugas rumah tangga. Mulai saja dari yang sederhana semacam menyapu dan mengepel lantai kamarnya sendiri. Siapkan alat bantu yang mudah dan menyenangkan, supaya mereka makin semangat membantu ayah bundanya di rumah. <a href="https://tokopedia.link/rL4UI4QFVsb" target="_blank">Bolde Super Mop</a> punya paket ember dan mop yang tidak hanya fungsional tapi juga enak dilihat. Aku sendiri suka lihatnya, ember super mop dengan tema superman begini. Warna biru-merah khas Superman dengan ember peras berwarna kuning terang yang bisa dilepas, memudahkan kita saat membersihkan ember hingga keseluruhan dinding bagian dalamnya. Dengan tampilan gaya superman begini, siapa tahu mengepel jadi super kilat dan super bersih. Mungkin berpengaruh juga untuk memperkuat pandangan infra merah sehingga bisa melihat spot mana yang belum kena sapuan mop super ini. Seru kaaan...? Oya, yang lebih suka gaya <a href="https://tokopedia.link/t5ubi4dUVsb" target="_blank">Batman Super Mo</a>p yang lebih gelap tapi elegan juga ada... </div><p></p>Unknownnoreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-56256614488372106682022-07-07T23:09:00.000+07:002022-07-07T23:09:00.369+07:00Hari Cokelat Sedunia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinlwx8rh6OaRWrqKVPQ53D_OBx-oyZXbDGAIPkqJe3h3jIxj84QjqWnLZE5wA3_rAAaxS43bzQHMwYBqPMe73airoKa0yUVanFoy2nH5l-iPcJpdphTEHPTRnz9hdRCpCgIQ79LI9voLGpTEKf02hom1FyXyakVKeCPNXhj6FsiZEIaAHnQQ/s1600/Hari%20Cokelat-7%20Juli.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="904" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinlwx8rh6OaRWrqKVPQ53D_OBx-oyZXbDGAIPkqJe3h3jIxj84QjqWnLZE5wA3_rAAaxS43bzQHMwYBqPMe73airoKa0yUVanFoy2nH5l-iPcJpdphTEHPTRnz9hdRCpCgIQ79LI9voLGpTEKf02hom1FyXyakVKeCPNXhj6FsiZEIaAHnQQ/s320/Hari%20Cokelat-7%20Juli.jpeg" width="181" /></a></div><div style="text-align: justify;">Baru aku tahu di tahun ini, bahwa ada <a href="https://www.tulipchocolate.com/id/blog/blog/4-fakta-menarik-hari-cokelat-sedunia-yang-harus-anda-ketahui" target="_blank">hari cokelat sedunia</a>, yang jatuh di hari ini. Tapi sebetulnya, ada beberapa hari cokelat internasional lainnya yang juga dirayakan atau setidaknya diingat oleh warga dunia dengan latar belakang sejarah yang berbeda-beda. Salah satunya di tanggal 7 Juli ini. Untuk itu, mari kita sedikit rayakan hari istimewa ini dengan mengunggah satu resep pungkasan yang kudapat di sesi workshop baking tempo hari bersama Tulip Cokelat.</div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicFVw1LpVjzg8dqDBNiTLNPLbyzTz6z5Co4qMo94lpXmJt4vgXaNJ-ekzu2TBKP7SUTlx3azi59YMjAN9-TN5Q1pqJl62OVx6P25ppm3oSpXpxQjMg1LFiLqYAN2RmL-CNorlbMFr_A-v1uNrKWC7pxTSR2-vZ2j1OTCF7o6QVXDl5jzRdUA/s1500/Memory%20cake-sliced.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" data-original-height="1500" data-original-width="1500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicFVw1LpVjzg8dqDBNiTLNPLbyzTz6z5Co4qMo94lpXmJt4vgXaNJ-ekzu2TBKP7SUTlx3azi59YMjAN9-TN5Q1pqJl62OVx6P25ppm3oSpXpxQjMg1LFiLqYAN2RmL-CNorlbMFr_A-v1uNrKWC7pxTSR2-vZ2j1OTCF7o6QVXDl5jzRdUA/s320/Memory%20cake-sliced.jpeg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Ini adalah resep dari rangkaian resep untuk membuat Memory Cake, sebuah cake berlapis dengan cokelat yang dominan di hampir semua lapisannya. Di lapisan terbawah ada chocolate biscuit (sebetulnya ini semacam sponge cake) sebagai base, dilapisi chocolate cream sebelum ditumpuk dengan pannacotta cream yang ditumpuk kembali dengan selapis chocolate biscuit sebelum ditutup dengan chocolate cream. Diamkan dulu semalaman dalam <i>freezer </i>agar seluruh lapisannya set dan punya bentuk yang kokoh sebelum dark chocolate glaze dikucurkan di atasnya sebagai pelapis akhir. Sebagai sentuhan akhir, boleh ditambahkan dekorasi berupa potongan coklat putih dengan aksen taburan bubuk coklat. Manisnya maksimal. Tampilan cake cantik (asal pinter motongnya 😅), sesuai dengan sensasi unik saat menyantapnya. Lapisan pannacotta dan chocolate glaze jadi paduan sempurna di setiap gigitannya.</div></div><div style="text-align: justify;">Kali ini, aku hanya akan share resep glaze yang membuatku terpesona. Rahasia lapisan glazing berkilau sebagai selimut cake ini ternyata begini toh... Yuk kita siapkan bahan-bahannya.</div><b><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;"><b>Dark Chocolate Glaze</b></div></b><div style="text-align: justify;">Bahan-bahan:</div><div style="text-align: justify;">90 g air</div><div style="text-align: justify;">90 g gula pasir</div><div style="text-align: justify;">225 g <a href="https://tokopedia.link/lHfAdCqktrb" target="_blank">glucosa</a></div><div style="text-align: justify;">75 g <a href="https://tokopedia.link/Lzo710yktrb" target="_blank">bubuk coklat</a></div><div style="text-align: justify;">125 g <a href="https://tokopedia.link/ZUcWtVsjtrb" target="_blank"><i>cooking cream</i></a></div><div style="text-align: justify;">15 g <a href="https://tokopedia.link/zSa7SGvjtrb" target="_blank">gelatin kering</a> ---> 90 g gelatin basah</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><b><div style="text-align: justify;"><b>Cara Membuat</b></div></b><div style="text-align: justify;">Step 1</div><div style="text-align: justify;">Masak air, gula dan glukosa dengan api kecil. Jangan tunggu sampai mendidih, cukup sampai seluruh gula pasir larut dan glucosa tercampur rata. Biarkan meletup kecil di tepian panci. Aduk perlahan.</div><div style="text-align: justify;">Step 2</div><div style="text-align: justify;">Tambahkan bubuk coklat yang sudah diayak dan <i>cooking cream</i> (whip cream yang tidak perlu dikocok). Panaskan dengan api kecil sampai sedikit menggelembung. Aduk dengan spatula, hindari munculnya gelembung udara. Biarkan meletup-letup di tepian panci selama lebih-kurang 5 menit, setelah itu matikan api dan angkat panci. Dinginkan sejenak.</div><div style="text-align: justify;">Step 3</div><div style="text-align: justify;">Tambahkan gelatin yang sudah direndam dalam air es hingga mengembang 9 kali lipat. Gunakan timbangan untuk akurasi ukuran. Jika gelatin ternyata lebih dari 90 gram, peras sedikit hingga beratnya berkurang. Sebaliknya, jika beratnya kurang dari 90 gram, tambahkan sedikit air untuk menggenapkan hingga 90 gram. Perbedaan berat ini nanti bisa berpengaruh ke kondisi glaze yang kita buat.</div><div style="text-align: justify;">Aduk perlahan hingga semua bahan tercampur rata. Tunggu hingga glaze bersuhu lebih-kurang 35-40 derajat celcius sebelum dituang ke atas mue yang sudah dikeluarkan dari freezer. Ratakan dengan offset spatula, sat-set kalau perlu satu kali sapuan saja supaya permukaannya mulus. Sementara itu biarkan kelebihan glazingnya meleleh ke tepian cake hingga menutupi seluruh permukaan cake. Setelah itu bisa dihias dengan kepingan cokelat putih yang sudah diberi taburan cokelat bubuk sebelumnya. Sesuai selera saja sih sebetulnya, suka-suka kita. </div><div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_CCflbUCfbLTOF6eaa6dan-Rtm3QkAIBgj-7Y0h_IT5F_n2lXfsMPXA2G2ZY0HCH5NOVZa83a_LVlBChrQsWTvSkSGj7d6DZ9pMYLz7Cffn72eqAFomTCOt_ge8ppvR0523nNpGo_3_LVlsPeCtYHArdvhcWeuM1SLm-6olaZgpB1wHOPRA/s1339/Tiny%20Memory%20Cake.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1339" data-original-width="1339" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_CCflbUCfbLTOF6eaa6dan-Rtm3QkAIBgj-7Y0h_IT5F_n2lXfsMPXA2G2ZY0HCH5NOVZa83a_LVlBChrQsWTvSkSGj7d6DZ9pMYLz7Cffn72eqAFomTCOt_ge8ppvR0523nNpGo_3_LVlsPeCtYHArdvhcWeuM1SLm-6olaZgpB1wHOPRA/w200-h200/Tiny%20Memory%20Cake.jpeg" width="200" /></a></div>Seusai <i>workshop baking</i>, beberapa bahan masih tersisa yang tentu saja tak bisa dibiarkan terlalu lama -di dalam kulkas sekalipun- maka aku manfaatkan lagi untuk membuat <i>Memory Cake</i> <i>batch </i>selanjutnya. Kali ini kubuat dalam ukuran mini untuk hantaran kepada seorang teman dan satu lagi versi <i>tiny </i>untuk lucu-lucuan sebagai <i>snack</i> untuk kumakan sendiri. Lapisan glazing-nya tidak menutup sempurna. Masih ada satu-dua gelembung kecil di sana-sini. Tepiannya yang tidak rata bisa ditutupi dengan potongan cokelat putih yang jadi dekorasi tak berkonsep (yang penting bocel-bocel glazing yang tidak rata bisa tertutupi/tersamarkan lah... :p). Dan mari kita nikmati Tiny Memory Cake ini dalam rangka untuk ikut memperingati hari cokelat sedunia. 🍫</div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-8938594852130657162022-07-07T14:28:00.001+07:002022-07-12T14:27:53.128+07:00Kacapi Yang Ingin Kupelajari<p style="text-align: justify;"><b>Di Masa Itu</b></p><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: justify;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmljeH9-r3unR2jgcQAAu2iX8S2h5uOjIyO7EMRQfkWunEi-0OdcI-vByPFGRfEQfsVzpzHBGWs_iY20Lpp1H-Hx6u6bUofc9qXJrPZJSYBdkdwdUUOw7fBn3RysXp0C-ZceV4/s1193/Homestay-Bersama+okaasan.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="807" data-original-width="1193" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmljeH9-r3unR2jgcQAAu2iX8S2h5uOjIyO7EMRQfkWunEi-0OdcI-vByPFGRfEQfsVzpzHBGWs_iY20Lpp1H-Hx6u6bUofc9qXJrPZJSYBdkdwdUUOw7fBn3RysXp0C-ZceV4/s320/Homestay-Bersama+okaasan.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bersama mama angkat di kebun tomat.</td></tr></tbody></table><p></p><div style="text-align: justify;">Bertahun lalu, ketika aku dapat kesempatan tinggal di Jepang selama 1,5 tahun, kusempatkan mengisi 2 pekan di dalamnya dengan ikut berpartisipasi dalam program homestay ke Pulau Kyushu, bersama Yayasan Karaimo yang sudah rutin menggelar program itu selama bertahun-tahun. Berkumpul bersama mahasiswa asing lainnya dari berbagai tempat di Jepang, lalu disebar ke rumah-rumah keluarga Jepang untuk beraktivitas rutin di sana selama 2 pekan, jadi pengalaman yang sungguh berharga. Aku sendiri ditempatkan di Takanabe, bersama 3 orang mahasiswa asing lainnya dan secara spesifik aku tinggal bersama keluarga petani yang ramah.</div><p></p><p style="text-align: justify;"><br />Di akhir masa 2 pekan, setiap perwakilan area diminta untuk unjuk kebolehan, baik bersama keluarga angkat maupun secara individual. Saat itu kami menyanyikan lagu <a href="https://www.youtube.com/watch?v=2rTZ9UndNeI" target="_blank">'It's A Small World'</a> dalam 3 bahasa yang dinyanyikan secara bersahut-sahutan. Latihannya dilakukan dalam bus yang melaju menuju lokasi. Mudah eksekusinya, apalagi mamak-mamak angkat kita bersuara merdu dan sangat paham nada. Paduan suara yang kami tampilkan terasa sangat padu dan harmonis, megah juga saat seluruh audiens dipersilakan ikut bernyanyi dalam bahasa mereka masing-masing. Lagu ini juga sangat universal, tersedia dalam berbagai bahasa, hingga semua orang di dalam aula saat itu bisa ikut menyanyi dalam bahasanya masing-masing. Meriah. </p><p style="text-align: justify;">Dalam sesi performance itu, tentu saja banyak tampilan lain yang unik dan menarik. Ada yang menampilkan tarian Jepang, namun ada pula yang menampilkan tarian tradisional negara tempat peserta homestay berasal. Ada yang tampil solo bermain biola, namun ada juga yang peserta negara asing yang dengan percaya diri tampil solo memainkan alat musik Jepang. Di saat itu, aku terpikir betapa inginnya aku menampilkan salah satu kekayaan budaya Indonesia di kancah internasional semacam itu.</p><p style="text-align: justify;"></p><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4d/Kacapi-tuners.jpg/1280px-Kacapi-tuners.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="534" data-original-width="800" height="214" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4d/Kacapi-tuners.jpg/1280px-Kacapi-tuners.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Alat musik kecapi. Sumber: wikipedia.</td></tr></tbody></table>Coba kita list satu persatu. Untuk tampilan degung komplit tentu tak mungkin ditampilkan secara solo, mengingat alat yang dimainkan sangat beragam, punya dimensi dan berat yang tak main-main. Selain itu, biasanya setiap <a href="https://kbbi.lektur.id/nayaga" target="_blank">nayaga </a>bertanggung jawab dan mempunyai peran masing-masing atas instrumennya. Angklung tentu akan jadi tampilan yang unik dan punya nilai budaya khas Jawa Barat. Satu set angklung bisa saja dimainkan secara solo, tapi instrumen bambu itu juga perlu penanganan khusus yang tidak sederhana saat dibawa bepergian. Terpikir olehku untuk menguasai salah satu instrumen musik Sunda, apakah suling, rebab atau kecapi. Nnahh... tampak unik bukan, kecapi? Sangat bisa dimainkan sendiri dan bisa jadi pengiring lagu dalam beragam kesempatan.<p></p><p style="text-align: justify;"><b>Di Masa Kini</b></p><p style="text-align: justify;">Sepulang dari Jepang aku baru mulai mencari kesempatan untuk belajar memainkan kecapi. Terus terang saja, instrumennya pun belum aku miliki. Gitar sih aku punya, dan bisa memainkannya secara otodidak dengan chord dasar. Kupikir, memainkan kecapi tak akan jauh dari itu lah. Tapi engkau salah duga, Marbela...! </p><p style="text-align: justify;">Beberapa waktu (tepatnya beberapa tahun) kemudian, kutemukan seorang guru yang bisa mengajarkan cara memainkan kecapi. Guru privat, datang ke rumah, dengan imbalan fee yang masih murah meriah. Saat itu bersama dengan salah satu keponakanku, kami bergantian belajar kecapi di rumah. Suatu kebetulan bahwa keluarga kakak iparku punya sebuah kecapi yang bisa kita pakai. Niatnya siiih, buat latihan di rumah, memperlancar keterampilan bermain kecapi. Tapi niat tinggallah niat.</p><p style="text-align: justify;">Ternyata memainkan kecapi tak semudah yang kukira. Perlu koordinasi jari kanan dan kiri yang padu. Jari kanan memainkannya dengan cara dipetik ke arah depan, sedangkan jari yang kiri justru memetik senar ke arah yang berlawanan. Dan itu harus dilakukan bersamaan. Dalam beberapa pertemuan saja, aku sudah ketinggalan dari keponakan yang belajar lebih cepat (hadeuww... ini tantenya yang sudah mulai 'karatan' nih. Belajar keterampilan baru tak lagi secepat dulu). Selain itu, kuku juga harus dipelihara cukup panjang supaya bisa memetik senar kecapi dengan nada yang jernih. Sementara aku malah nggak betahan dengan kuku panjang, selain gampang rusak pula, <a href="https://batikmania.blogspot.com/2022/05/solusi-sehat.html" target="_blank">makanya perlu suplemen</a>. </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWPQ8KdUVfpdGkX8b6DHE0UaO7Ecqo8H24r9eGQmaQdfJuFPdy83LfWsUy_RJfJ5DnIoU7OaxvF-aqxj_FuFqAnkXBsqtFmx7KtjpXGcaLomQlPX-JkSdaOMyAR1HziYfqpnyWkYydhPhoCE9Sw6c2n56tqmYiGS2EsPK2eV3DutQQz76cLA/s1000/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1000" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWPQ8KdUVfpdGkX8b6DHE0UaO7Ecqo8H24r9eGQmaQdfJuFPdy83LfWsUy_RJfJ5DnIoU7OaxvF-aqxj_FuFqAnkXBsqtFmx7KtjpXGcaLomQlPX-JkSdaOMyAR1HziYfqpnyWkYydhPhoCE9Sw6c2n56tqmYiGS2EsPK2eV3DutQQz76cLA/s320/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Setelah lanjut berpikir, motivasi pun mulai goyah. Niat awal untuk menguasai alat musik kecapi adalah agar bisa perform solo sambil mengenalkan budaya Indonesia di kalangan internasional. Sementara sekarang, kesempatan itu cenderung menyempit. Budget bulanan juga agak diirit-irit, jadilah aku ngibrit. Nggak jadi deh pengen mastering kecapi. Shifting aja ke keterampilan yang lain. Apa dong...? Ada yang mau kasih ide? Mengingat ini adalah <a href="#">Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog</a> bulan ini yang mengusung tema tentang hal-hal yang ingin dipelajari. Hmm... untuk saat ini tampaknya aku harus fokus dulu ke keterampilan memanage waktu dengan baik. Nah, setelah ini mudah-mudahan bisa upgrade skill baru ya, biarpun nggak akan bisa dipakai untuk perform solo di panggung, tapi manfaatnya terasa buat diri sendiri yaa.</div><p></p>Unknownnoreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-55312119209114716042022-07-01T00:01:00.004+07:002022-07-01T17:21:33.392+07:00#Day1, Disaster<div style="text-align: justify;">Beberapa waktu lalu, karena cukup berani (malu) untuk posting <a href="https://www.instagram.com/p/Cc2NKcehRtY/" target="_blank">foto dan cerita kegagalan saat <i>baking</i></a>, aku terpilih menjadi salah satu pemenang yang mendapat paket hadiah dari #TulipChocolate berupa kursus <i>baking </i>yang dipandu oleh dua orang Chef yang sudah tahunan malang-melintang di dunia percoklatan. Selain kursus <i>baking </i>berkelas internasional (yang kalau berbayar tentulah tak murah), kami 5 orang pemenang dari Indonesia beserta 5 orang lainnya dari Filipina pun dibekali dengan peralatan <i>baking </i>yang kualitasnya juga standar internasional dong. <i>Mindset</i>-ku langsung di-set untuk siap <i>upgrade baking skill</i> dari amatir menjadi... apa ya? Ya pokoknya harus naik kelas lah. Siap? Bismillah... bisa yuk bisa...</div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDWCGQgapTdYWoTstQdRxwA7wZxeQqcKS7QQ2Q4gC1r0gvNb-w0qj5PDOHs5nHqooUSyA3LxUqXhupufMTBLiS2yfBMrvn-YBbIV_3zteEa75VZonJVD18ndjESRWNMNxuBtmCUbG7soKSxLK-Xt5R2jnf6B0456RDNkZoGlT7LmOFrapf6g/s1600/Tulip-Hadiah.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="604" data-original-width="1600" height="170" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDWCGQgapTdYWoTstQdRxwA7wZxeQqcKS7QQ2Q4gC1r0gvNb-w0qj5PDOHs5nHqooUSyA3LxUqXhupufMTBLiS2yfBMrvn-YBbIV_3zteEa75VZonJVD18ndjESRWNMNxuBtmCUbG7soKSxLK-Xt5R2jnf6B0456RDNkZoGlT7LmOFrapf6g/w448-h170/Tulip-Hadiah.jpeg" width="448" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Paket hadiah dari Tulip Chocolate. </td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Untuk keperluan kursus <i>baking </i>ini, selama beberapa hari aku menginap di rumah kakak untuk meminjam dapur dengan akses ke segala peralatannya. Yeay! Selain memang rumah yang aku tempati sebelumnya (punya kakak juga) memang dijadwalkan untuk renovasi besar. Jadilah aku angkut perlengkapan standar menginap beberapa hari. </div><div style="text-align: justify;">Niat awalnya, kakak maulah jadi asistenku sekalian curi dengar ilmu <i>baking. Checklist </i>segala kelengkapan alat dan bahan, termasuk belanja sendiri bahan-bahan premium, sudah dilakukan (rasanya) sebelum hari-H. Maka sok 'siap tempur', di Senin pagi pukul 9 kurang aku sudah duduk manis di depan laptop di dalam kamar dengan catatan di tangan, siap menyimak penjelasan Chef Jean-Marc Bernelin melalui aplikasi zoom.</div><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5bfymES7NlBS_syPEInFs03NQnSDx4Hmyoq4Z2jEo219T23m3JGZPpJxFqG6qvGshKdSfDhSYgnkUsvL8RGkP0nF89jDZ93fQLsOIKJIjI_CZ076k1-MKiOIgAqvKyMCmAeSS9R00BLgbSJku4uqMceBjwcxxZ3j20h2tNTNMcL8fYYqc3w/s1280/ZTHB-Chef%20Jean%20Marc.jpeg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1028" data-original-width="1280" height="257" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5bfymES7NlBS_syPEInFs03NQnSDx4Hmyoq4Z2jEo219T23m3JGZPpJxFqG6qvGshKdSfDhSYgnkUsvL8RGkP0nF89jDZ93fQLsOIKJIjI_CZ076k1-MKiOIgAqvKyMCmAeSS9R00BLgbSJku4uqMceBjwcxxZ3j20h2tNTNMcL8fYYqc3w/s320/ZTHB-Chef%20Jean%20Marc.jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Chef Jean-Marc in action.</td></tr></tbody></table>Mungkin aku yang terlalu santai, atau kurang menyimak di saat <i>briefing</i>, dan yang jelas sih tidak mengecek kembali <i>guide book</i> yang sudah disampaikan panitia, aku salah jadwal lah di hari pertama ini. Yang kupahami... Chef akan mendemonstrasikan resep di sesi pagi untuk kami praktikkan di siang harinya. Kupikir aku akan punya cukup waktu untuk mempersiapkan alat dan bahan pada saat istirahat siang untuk kemudian praktik di siang jelang sore harinya. Eh ternyata tidak dong. Setelah Chef Jean-Marc demo memasak 1 resep, kami harus langsung mempraktikkannya segera setelah itu. O-ow... Aku gagap gempita dong. Tidak siap. Segeralah aku bersicepat menyiapkan beragam alat dan bahan. Owh... aku bingung sendiri di dapur yang tidak terlalu familiar buatku ini. Di mana spatula? Di mana whisk? Mana wadah-wadah untuk putih telur, wadah untuk menyiapkan gula, tepung, atau bahan lainnya untuk diolah? Bagaimana pula mengoperasikan oven listrik? Aku merasa tersesat di dapur ini. Kakak dan anak-anaknya sedang sibuk dengan berbagai aktivitas lain, jadi aku dipersilakan 'menjarah-rayah' dapurnya sendiri saja. Tapi aku tidak cukup mengenali medan dan alat dapur canggih yang membuatku gamang untuk menggunakannya. Ah... sudah salah langkah sejak sesi pertama nih. 😳😳😳</div><div><div style="text-align: justify;">Lanjut resep kedua, kita perlu <i>plastic wrap</i>, yang ternyata tak tersedia di rumah kakak. Di saat bristirahat sholat dan makan, aku sibuk survey <i>market place </i>termurah dan terdekat untuk membeli <i>cling wrap </i>supaya bisa segera dikirim ke lokasiku berada saat ini untuk dipakai hari ini juga! Selepas makan siang, pesanan datang. Ternyata kakakku pun menyempatkan untuk mampir ke supermarket dan belanja <i>cling wrap </i>serupa. Hahayy... salah pengertian, kita. Tak apalah punya stok lebihan. Daripada kurang kan ya...?</div><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU-sqGYsbr4PWB_vMn2kcPuRxZmytZcVOrBn1L4_XTC-8dA5ZXdg7hamk9zqHmctp6QjAazTib2ybvuSn8B6q9KXVrKQ772uuy9Dlu3PazjLXU60UAFdC44S5Yj6Rml5aDcl_AdehMLJYZ7DhVdf7YsrhGXH4M0mFDL5Rvz_yrqs4dNVGaQQ/s1279/ZTHB-Day%201.jpeg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1279" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU-sqGYsbr4PWB_vMn2kcPuRxZmytZcVOrBn1L4_XTC-8dA5ZXdg7hamk9zqHmctp6QjAazTib2ybvuSn8B6q9KXVrKQ772uuy9Dlu3PazjLXU60UAFdC44S5Yj6Rml5aDcl_AdehMLJYZ7DhVdf7YsrhGXH4M0mFDL5Rvz_yrqs4dNVGaQQ/s320/ZTHB-Day%201.jpeg" width="270" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kompilasi hari pertama</td></tr></tbody></table>Maka resep 2-ku kupending untuk digarap setelah sesi kursus berakhir. Aku lanjut dulu menyimak dan praktik resep ke-3 dan ke-4. Bagaimana nasib resep 2? Siap-siap begadang jangan begadang deh untuk proses eksekusinya. Sementara resep 1 yang adalah <i>Choco Biscuit </i>(semacam <i>sponge cake</i>), akhirnya berhasil juga kupanggang dengan loyang seadanya. Oven yang cenderung kecil membuatku harus membagi adonan menjadi dua kali naik panggangan. Sebelum menuangkannya ke dalam loyang, kakakku sempat bertanya, "Ini ada gula putih (dalam wadah terbuka), apa mau dipakai juga?" Astaghfirullah... aku lupa menambahkan sisa gula ke dalam adonan kocokan putih telur. Seharusnya gula ditambahkan sedikit demi sedikit pada saat membuat <i>meringue</i>. Jadi bagaimana ini? Maksa, aku tambahkan saja sisa gula putih itu ke dalam adonan. Nggak tahu deh hasilnya bakal bagaimana. Masih <a href="https://www.instagram.com/explore/tags/gagalbaking/">#GagalBaking</a> dong kalau begini caranya. Betul-betul <i>Day1 Disaster </i>nih. Bismillah... semoga di hari ke-2 besok bisa lebih baik.</div><div style="text-align: justify;">Ke-hectic-an hari pertama kursus baking bersama Tulip Chocolate ini kurangkum untuk setoran <a href="https://mamahgajahngeblog.com/nulis-kompakan-juni-2022-rutinitas-harian-mamah/" target="_blank">Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog</a> yang bertema Rutinitas harian mamah. Ah... tentu saja aktivitas kursus <i>baking </i>ini bukan rutinitas harianku. Aku hanya ingin bercerita, satu hari <i>hectic </i>dalam hidupku sebagai <i>baker </i>amatir. Hari ke-2 hingga ke-4 akan lanjut di postingan mendatang yaa. InsyaaAllah. </div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-29785567127969687402022-05-31T23:59:00.002+07:002022-06-01T00:12:35.488+07:00Solusi Sehat Body Sampai Kuku<div style="text-align: justify;">Kesehatan itu jadi modal banget untuk menjalani kegiatan keseharian. Orang-orang rela mengupayakan banyak hal agar kondisi kesehatan selalu prima. Berbagai suplemen bermunculan dengan segala janji untuk meningkatkan imun tubuh lah, untuk menjaga kesehatan kulit lah, untuk memelihara kesehatan jantung lah, untuk mencegah penyakit ini lah itulah, tinggal pilih saja mana yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Dari segala suplemen yang beredar, satu yang klasik abadi menurutku itu adalah madu. Kemudian madu pun muncul dengan segala variannya. </div><div style="text-align: justify;">Aku sendiri rutin mengonsumsi madu. Tiap hari. Madu kuning juga madu putih. Sempat juga mengonsumsi madu hitam yang rasanya pahit dengan khasiat yang katanya begini dan begini. Tapi sudahlah... hidup sudah pahit, mengapa harus dibuat lebih pahit dengan konsumsi madu pahit? :p Maka aku mencukupkan diri dengan selalu menyiapkan dua jenis madu di rumah. Madu kuning untuk dicampur dengan air perasan lemon, yang kubawa untuk bekal minum sehari-hari. Sedangkan madu putih kupakai untuk campuran jamu supaya rasanya tidak segetir kehidupan ini.</div><div style="text-align: justify;">Madu yang kupunya biasanya dikemas dalam botol plastik atau kaca (yang ada emboss merek sirop ternama) dengan tutup plastik dobel berupa ulir dan sumbat untuk menjaga agar madu tetap dalam kondisi terbaiknya. Nah... ketika membuka sumbat yang menutup mulut botol dengan begitu rapat, tentu perlu usaha ekstra dan kadang alat ekstra. Sesekali aku pakai pisau, tapi tak jarang aku pakai ujung kuku untuk membuka plastik sumbat botol yang bentuknya seperti <a href="https://www.galerikonveksi51.com/blog/jenis-jenis-topi/" target="_blank">topi boater atau bowler</a> itu. Nah, dalam upaya membuka tutup botol sumbat itu, kukuku menjadi rusak karenanya. Apalagi dipakai buka-tutup sumbat botol madu tiap hari lebih dari sekali. Aku nih punya masalah kuku yang rapuh, tak seperti hatiku yang kukuh. Jiaahhh...</div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDsvgj7Dx_AViw4yw2SI8tBA8gzazfdEWs6_YLE4qW_ysDC3i3A5MCSPIXBJzx91I6aYRknk9nZmFcz44o9izm_6VcEOO4z2UgXKMDWAw1WbyJbUsS2zPSj_-5XqDGpMdsoUkfwEiLFI_ZbkR9Pqa_z_cLr_QkdL83c8Fk5XJRmui1NHN-4g/s1600/Honey%20dispenser.jpeg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDsvgj7Dx_AViw4yw2SI8tBA8gzazfdEWs6_YLE4qW_ysDC3i3A5MCSPIXBJzx91I6aYRknk9nZmFcz44o9izm_6VcEOO4z2UgXKMDWAw1WbyJbUsS2zPSj_-5XqDGpMdsoUkfwEiLFI_ZbkR9Pqa_z_cLr_QkdL83c8Fk5XJRmui1NHN-4g/s320/Honey%20dispenser.jpeg" width="240" /></a></div>Belakangan, aku menemukan produk <i><a href="https://tokopedia.link/ScUV3cM0tqb" target="_blank">honey dispenser</a></i> ini. Bentuknya lucu, seperti sarang lebah dengan motif pola <i>honeycomb </i>di bagian luarnya. Terbuat dari plastik bening dengan tutup bertangkai yang dilengkapi dengan kenop untuk membuka dan menutup aliran madu di bagian bawah. Bagian bawahnya yang berbentuk seperti dudukan telur dipakai untuk menaruh dispenser ketika sedang tidak digunakan dan menampung tetesan madu sekiranya masih ada yang menetes. Setidaknya, dia menetes di dalam wadah, bukan berceceran di meja. Satu set <i>honey dispenser</i> ini dilengkapi juga dengan sumbat untuk menahan madu agar tidak tumpah saat wadah sedang diisi. </div><div><div style="text-align: justify;"><i>Honey dispenser</i> ini bisa didapat dengan mudah di <i><a href="https://tokopedia.link/ScUV3cM0tqb" target="_blank">market place</a></i> dengan rentang harga yang beragam. Dasar si aku nggak mau rugi, tentu aku cari yang harganya paling murah. Dan dengan konsep nggak mau rugi pula, aku sengaja beli 2 buah untuk kedua jenis maduku. Kebetulan harganya tidak sampai 50 ribu rupiah untuk sebuah dispenser, maka aku beli 2 sekaligus supaya bisa dapat <i>benefit</i> bebas ongkir (kalau belanja di bawah 50K nggak dapat promo bebas ongkir).</div></div><div style="text-align: justify;">Cara pakainya mudah dan praktis. Untuk mengisinya kita pasang dulu sumbat di lubang bagian bawah, lalu tuangkan madu dari bagian atas setelah membuka tutup ulirnya yang bertangkai. Setelah wadah terisi, pasang kembali penutupnya lalu sumbat bisa dibuka. Setelah itu tempatkan dispenser ini di dudukannya sebelum digunakan. Ketika tiba saatnya untuk mengonsumsi madu, tinggal angkat dispenser mungil ini sambil memegang <i>handle</i>-nya, lalu tekan tuas di bagian pegangan, maka madu pun akan mengalir lancar dari lubang kecil di bagian bawah. Isi ulang madu ke dispenser ini cukup satu hingga dua minggu sekali, jadi kuku rapuhku punya kesempatan untuk pulih sebelum kembali dipakai untuk membuka sumbat botol madu.</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://tokopedia.link/bESz216dmqb?fbclid=IwAR0xOd7oOyxJmaZthHqUVCVgNHgXVxBhA9Ys5uCpbkQHJe6Zp7P5Oiwja_I"></a></div><div style="text-align: justify;">Satu kekurangan dari dispenser ini, masih ada sedikit lubang/celah di bagian penutupnya yang membuat aromanya menguar dan mengundang semut untuk datang. Beberapa kali, kudapati semut terjebak di bagian dalam dispenser ini. Tapi masalah kecil begini tentu bisa diatasi dengan mengoleskan sedikit minyak di area luar agar semut tidak bisa masuk. Atau lain kali, memang skunya saja yang mestinya beli madu asli supaya tidak disemutin. Madu yang kubeli mungkin agak-agak KW, yang banyak campuran gulanya sampai disamperin semut begini. Baiklah... lain kali aku beli madu asli lah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-2h0K7vdlUh1yehd1GscSSbN5G-mynryZwAVXWnG3LbAhZU__y_Z1KHZggmOzpJtYwB9-3fmodbbooFRXsWNU29aWjmfDIkqfdq8ZHigyDyalLMD8gjZPFd1zkZzOHkNbUxhwSMpfRwzYR5_1YDjMlw2yFhjWLWjx6dIK6DHFm_LEyedAcA/s1000/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1000" height="140" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-2h0K7vdlUh1yehd1GscSSbN5G-mynryZwAVXWnG3LbAhZU__y_Z1KHZggmOzpJtYwB9-3fmodbbooFRXsWNU29aWjmfDIkqfdq8ZHigyDyalLMD8gjZPFd1zkZzOHkNbUxhwSMpfRwzYR5_1YDjMlw2yFhjWLWjx6dIK6DHFm_LEyedAcA/w200-h140/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" width="200" /></a></div>Lain kali juga, aku bikin <i>review </i>tentang madu putih vs madu kuning atau madu hitam juga deh. Atau review produk lainnya. Tapi belum janji yaa. Kali ini sih janji buat setor blog post di event <a href="https://mamahgajahngeblog.com/nulis-kompakan-mei-2022-review-produk/" target="_blank">Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog</a> bulan Mei ini. Terima kasih ya sudah mampir di sini.</div>Unknownnoreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-21775367482921382822022-05-07T12:52:00.000+07:002022-05-07T12:52:57.752+07:00Ketupat Ketan Untuk Lebaran<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsA0xaSSY_P0oSCCrvpkUvcJAVX6vHe1ssLj12spXNRHcTkUu5aDX4POXUY931BeTE39eKO8821iMtJT9LRr9PZXcr400o2ZvLsCv5-CKNvBhBUnsuRFddNC7Zo6DLJOOIAr0DR2OYaYkQwOZoLTEJr9nwu-sWYGyNmlMnhgMpHdENU0ATnA/s1000/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1000" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsA0xaSSY_P0oSCCrvpkUvcJAVX6vHe1ssLj12spXNRHcTkUu5aDX4POXUY931BeTE39eKO8821iMtJT9LRr9PZXcr400o2ZvLsCv5-CKNvBhBUnsuRFddNC7Zo6DLJOOIAr0DR2OYaYkQwOZoLTEJr9nwu-sWYGyNmlMnhgMpHdENU0ATnA/s320/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" width="320" /></a></div>Tema <a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-mgn-mei-2022-makanan-khas-kota-mamah/">Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Mei</a> ini adalah "Makanan Khas Kota Mamah". Duh... apa ya yang khas dari sini? Sebagai orang yang numpang hidup di Bandung hampir seumur hidup, aku nggak terlalu familier juga dengan kuliner Bandung. Lahir dari pasangan Jawa dan Tondano, selera di keluarga cukup beragam. Aku sendiri cenderung lebih suka gudeg dan makanan yang manis-manis, seperti seleranya bapak dan nggak ngikut seleranya ibu yang lebih suka ikan serta segala rica yang pedas-pedas. Lama tinggal di Bandung ternyata membuat ibu agak menurunkan standar kecintaannya pada masakan berbahan dasar ikan. Kenapakah? Katanya ikan di Bandung rata-rata tidak segar, akibat 'sudah mati 7 kali'. 🤣</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mengingat ini masih suasana lebaran, aku tuliskan serba sedikit memori tentang makanan khas Idul Fitri (dan Idul Adha) yang selalu ada di meja makan kami setiap tahun. Ketupat ketan, yang dimasak dengan santan. Lauknya bisa apa saja, sesuai usulan kami. Bisa rendang, opor ayam, gulai, kare, apapun lah, suka-suka saja.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_h-ZY8Y41wCTKfzP_E2aKtPJ9nS0Qk0bfWIGmn5likd0Xh48JRg3NdrbcbMGUp3g7HbIuYiZAIDRum9DiXPiPfi-W3lST090Li7kMPilI9RvINOP73_DpW0BCD6E8cnshazcI9Z8CLVPUi0w5uYRmTWf2BM8PABOIEyxkLtU7ierVbU_PSA/s1600/Ketupat%20ketan.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="604" data-original-width="1600" height="151" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_h-ZY8Y41wCTKfzP_E2aKtPJ9nS0Qk0bfWIGmn5likd0Xh48JRg3NdrbcbMGUp3g7HbIuYiZAIDRum9DiXPiPfi-W3lST090Li7kMPilI9RvINOP73_DpW0BCD6E8cnshazcI9Z8CLVPUi0w5uYRmTWf2BM8PABOIEyxkLtU7ierVbU_PSA/w400-h151/Ketupat%20ketan.jpeg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ketupat ketan dan lauknya. Bisa apa saja.</td></tr></tbody></table>Ketika ibu masih ada, beliaulah yang selalu mengolah ketupat ketan ini. Kami anak-anaknya hanya membantu mengisi kulit ketupat dengan beras ketan yang sudah dicuci, dicampur sedikit santan dan ditaburi garam. Mengisi kulit ketupat harus di batas tiga perempat alias hampir penuh. Ibu selalu mengecek lagi hasil pekerjaan kami sebelum merebusnya dalam wajan atau panci besar berisi santan yang digarami lagi. Merebus ketupat ketan dalam santan tentu tak bisa ditinggal begitu saja seperti merebut ketupat beras. Rebusan harus terus dijaga, diaduk sesekali supaya santan tidak pecah. Itu pekerjaan yang dilakukan berjam-jam. Melelahkan tentunya. Setelah kenal dengan panci presto, ibu pun beralih menggunakannya untuk merebus ketupat. Cukup setengah jam saja setelah api dikecilkan dan hasilnya nggak jauh beda dengan ketupat yang dimasak dengan cara tradisional.</div><p><span style="background-color: #ffffe5; color: #333333; font-family: Georgia, Utopia, "Palatino Linotype", Palatino, serif; font-size: 14.49px; text-align: justify;"></span></p><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: transparent; text-align: left;">Ketupat ketan selalu jadi favoritku setiap tahun, dinanti-nanti keberadaannya karena rasanya yang gurih, beraroma sedap santan dengan tekstur yang kenyal. Apapun padanan lauknya, aku tak terlalu ambil pusing. Ketupatnya sendiri sudah enak kok. Mengingat kami adalah keluarga campuran dari dua suku yang berbeda, tak nampak dominasi suku tertentu di meja makan. Saling toleransi sajalah. Bapak juga nggak rewel kok soal makanan. Makan apapun, dibawa asik aja. Hal ini terbawa ke kami, anak-anaknya. Hayu, mau makan ketupat ketan pakai lauk apa? Setelah 1-2 hari lebaran, bosan dengan rendang atau opor ayam, ketupat ketan dimakan dengan abon saja pun jadilah.</span></div><p></p><p><span style="background-color: #ffffe5; color: #333333; font-family: Georgia, Utopia, "Palatino Linotype", Palatino, serif; font-size: 14.49px; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha181hBZQb4xR11-8RSdfTg8AGWffGcPRIE1hN3jVp17tZOagj7jrNBPJ-R-55sX_HWvm3ibGYDWD0YgOP5o177MDghFYP1Y1npEO1LXmXUYYFEvaVq15wbJBM1Eobj31yIiEkCmjlnL1Zx2wasCmefB0M6h4OfYV0Qn0KX-hlqyYkQITSig/s2048/ketupat%20ketan%20hitam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1256" data-original-width="2048" height="196" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha181hBZQb4xR11-8RSdfTg8AGWffGcPRIE1hN3jVp17tZOagj7jrNBPJ-R-55sX_HWvm3ibGYDWD0YgOP5o177MDghFYP1Y1npEO1LXmXUYYFEvaVq15wbJBM1Eobj31yIiEkCmjlnL1Zx2wasCmefB0M6h4OfYV0Qn0KX-hlqyYkQITSig/s320/ketupat%20ketan%20hitam.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Perdana memasak ketupat ketan hitam.</td></tr></tbody></table></span></p><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: transparent;">Setelah ibu meninggal dunia, tradisi memasak ketupat ketan dilanjutkan oleh kakak sulungku. Pernah di sebuah momen lebaran, kakakku ingin memasak ketupat memakai beras ketan hitam. Hmm...? Tidak biasa tapi ya kita turuti saja. Mengenai rasa, tak jauh berbeda dengan ketupat beras ketan putih. Cuma warnanya saja tampak eksotis.</span></div><p></p><div style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKNAt0oaSaqk0tFm8LelmZgi5okUC1p5e6ssSDsOuaUOkXUB_xrUG7kYyLY5TVwdFpUzyab5yVAhJzFbYdR7oYWs0snSSh8Bywx0sZ7xzLcFry7R-ne_kBkduW20KFDmOIQXSHbk-gL--TP1o_oept-1u9AuZgS2XkKpwdaVbkdujJaqQPlQ/s1500/masak%20ketupat%202%20batch.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1500" data-original-width="1500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKNAt0oaSaqk0tFm8LelmZgi5okUC1p5e6ssSDsOuaUOkXUB_xrUG7kYyLY5TVwdFpUzyab5yVAhJzFbYdR7oYWs0snSSh8Bywx0sZ7xzLcFry7R-ne_kBkduW20KFDmOIQXSHbk-gL--TP1o_oept-1u9AuZgS2XkKpwdaVbkdujJaqQPlQ/s320/masak%20ketupat%202%20batch.jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ketupat rice cooker vs presto.</td></tr></tbody></table>Tradisi memasak ketupat ketan di setiap lebaran kulanjutkan setelah kakak sulungku berpulang. Aku tidak masak banyak-banyak karena aku tinggal sendiri saja. Kadang aku hanya memasak setengah kilo atau paling pol sekilo beras ketan (bisa jadi 12-14 buah ketupat berukuran sedang cenderung kecil) yang kubagi bersama kakak yang tinggal di komplek sebelah, atau dicicip teman yang berkunjung ke rumah. Tahun ini aku masak sekilo yang ternyata tidak muat di dalam panci presto imutku. Yuk bagi dua deh, sebagian kumasak di panci presto, sebagian lagi di <i>rice cooker</i> dengan mode memasak beras merah (sekitar 55 menit). Hasilnya? kurang lebih sama-lah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk mengabadikan tradisi hidangan lebaran ini, kubagikan langkah-langkah pembuatan ketupat ini di salah satu <a href="https://cookpad.com/id/resep/5173222-ketupat-ketan?ref=you_tab_my_recipes" target="_blank">aplikasi memasak</a>. Ternyata eh ternyata, ada web yang mengambil gambarku dan menyalin tulisan dari aplikasi memasak itu tanpa menyebut sumber. Untuk kali ini, aku tak akan mempermasalahkan deh... berprasangka baik saja karena ini adalah masalah tradisi, jadi dirasa <a href="https://kreasimasakan.com/menu-ramadhan/5173222-ketupat-ketan.html" target="_blank">pantas untuk dibagikan kembali</a>. Kumaafkan lahir dan batin, semoga bermanfaat dan selamat menikmati ketupat ketan.</div>Unknownnoreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-25124383704846690982022-04-20T12:17:00.002+07:002022-04-20T12:29:37.477+07:00Hobi? Hummm.... Apa Ya?<div style="text-align: justify;">Terus terang saja, membuat tulisan tentang aktivitas favorit yang biasa disebut hobi, sesuai dengan <a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-mgn-april-2022-aktivitas-favorit-mamah/" target="_blank">Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog</a> bulan ini, membuat aku jadi agak merenung. Apa ya hobiku sekarang ini? Rebahan, palingan. Hahaa...</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDzKrC6BKWbyCVIi-AlumhimyrQkIh7irHWGHH6FruP7A9adFyEoT36oBH4srN7cIPwHZ5P8J-Dwk0CBeiDwoox-0gjdQexZ8JnkpEU08opJz_f1WnZPkwHcwC9S4txIau1WLaFTC3I3QQOlb8_89OSBzfVNmcDr7-1W_joXqTBHteyfQ8Xw/s1000/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1000" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDzKrC6BKWbyCVIi-AlumhimyrQkIh7irHWGHH6FruP7A9adFyEoT36oBH4srN7cIPwHZ5P8J-Dwk0CBeiDwoox-0gjdQexZ8JnkpEU08opJz_f1WnZPkwHcwC9S4txIau1WLaFTC3I3QQOlb8_89OSBzfVNmcDr7-1W_joXqTBHteyfQ8Xw/s320/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Ketika kecil dulu, di masa buku kenangan bergiliran diisi oleh teman-teman, aku biasanya menulis aktivitas menggambar dan menyanyi di kolom hobi, Bertambah dengan kegemaran mengoleksi perangko yang beriringan dengan korespondensi. Di masa itu, saling berkirim surat dengan sahabat pena masih sangat lazim dan aku sungguh-sungguh menyenangi pengalaman itu. Saling berkirim surat sedikit banyak membantuku mengasah keterampilan menulis dan merangkai kata dalam bahasa yang baik dan terstruktur. Belajar sabar juga untuk menerima surat balasan yang kutunggu-tunggu di rentang waktu beberapa hari hingga hitungan minggu. Sangat berbeda dengan aktivitas berkirim pesan yang terjadi sekarang ini, di mana pesan instan tak perlu waktu lama untuk terkirim dan berbalas.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari aktivitas korespondensi itu, selain manfaat berupa kematangan psikologis dan kekuatan mental (menulis surat panjang dengan tulisan yang konsisten rapi perlu perjuangan lho), pastinya ada dong manfaat yang didapat secara fisik yang bisa jadi artefak sejarah. Selain mendapat beragam cerita seru tentang aktivitas teman-teman sebaya di tempat lain, beberapa kali juga aku menerima souvenir dari mereka. Saling bertukar lah kita. Souvenir yang khas dari daerah kita, tapi berukuran cukup kecil untuk bisa masuk amplop? Mikir lho itu untuk mencari benda yang pas. Bisa gantungan kunci, batas buku, sapu tangan, atau foto diri kita juga bisa. Ragam perangko yang tertempel di amplop juga jadi benda koleksi yang tak kalah menarik. Aku pun mengaku-aku sebagai philatelis. 🖃</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJNFBJv3aSCiKqKpTYjTv-Yg4hHO7Em5ATGOQZ6xl9-YIJlAbN02rcwo7aU8RBFGWYpANq0AnSItVgGN1GwlHQ7KlFns5FoI1Tm20dbSyX9llhsxsXH8UIS0QgkhToMIlT4tuxWz-TAIbi-9QdMUGTT7YygZCKEEQ6l5AChlLZSVOzoBnfxA/s2228/1986-shp-jambore-nasional.jpg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1176" data-original-width="2228" height="169" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJNFBJv3aSCiKqKpTYjTv-Yg4hHO7Em5ATGOQZ6xl9-YIJlAbN02rcwo7aU8RBFGWYpANq0AnSItVgGN1GwlHQ7KlFns5FoI1Tm20dbSyX9llhsxsXH8UIS0QgkhToMIlT4tuxWz-TAIbi-9QdMUGTT7YygZCKEEQ6l5AChlLZSVOzoBnfxA/s320/1986-shp-jambore-nasional.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sampul Hari Pertama Jamnas 86.<br />Kubeli ketika mengikuti Jamnas di Cibubur.</td></tr></tbody></table>Sebagai philatelis, aku merawat perangko-perangko yang kudapat dari teman-teman sahabat penaku. Kadang aku beli juga perangko bekas untuk menambah koleksiku, tapi rasanya kok tidak original ya. Ingin beli koleksi khusus semacam sampul hari pertama peringatan hari istimewa atau koleksi khusus PT Pos, kok rasanya sayang ya, buang uang untuk perangko. Mau dipakai untuk berkirim surat, sayang karena perangkonya edisi terbatas. Kalau dikirim ke orang lain, perangko edisi khusus itu tak akan kumiliki lagi dong, malah jadi milik orang lain. Tapi mau disimpan dan disayang-sayang juga kok ya terlihat ‘tak berguna’ dan buang uang ya. Ahahaa... akhirnya hobi koleksi perangko tinggal memori saja. Album perangko milikku juga sudah hilang. Sayang? Nggak sayang-sayang amat siih, toh koleksi yang kumiliki juga biasa-biasa aja, nggak istimewa. Jadi ya shifting saja ke kegiatan menyenangkan lain. Mariii...!</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sudah kubilang kan bahwa aku suka menyanyi? Dulu itu suka sekali menyanyi segala macam lagu. Ketika acara ‘Ayo Menyanyi’ atau 'Lagu Pilihanku’ ada di tv, aku biasa mengikuti acara tersebut sampai tuntas dan dari sana tak jarang aku belajar lagu baru untuk kunyanyikan dengan gembira di depan kelas ketika guru meminta muridnya untuk bergiliran menyanyi satu persatu dalam pelajaran kesenian. Biasanya teman-teman jadi anteng menyimak, menunggu-nunggu, aku akan menyanyi lagu apa kali ini? Sementara teman yang lain setia dengan lagu <i>Pelangi</i>, <i>Lihat Kebunku </i>atau <i>Mendaki Gunung</i>, aku biasanya membawakan lagu yang baru pertama kali mereka dengar, lengkap dengan gerak dan ekspresi. Sok artis banget ya? 😜 Aku pun mulai menggubah lagu padahal tidak punya keterampilan memainkan alat musik apapun di masa itu. Beberapa laguku yang lain sempat kuunggah di kanal <a href="https://www.youtube.com/watch?v=8ehZvaex-P4" target="_blank">Youtube</a>, dengan iringan gitar dan suara ala kadarnya. Silakan diapresiasi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekarang ini, aku sudah jarang menyanyi. Hobi menggambar pun luntur justru ketika aku mulai kuliah di FSRD ITB. Ketika SD, SMP hingga SMA aku merasa <i>skill </i>menggambarku cukup mumpuni, pas masuk kuliah auto minder ketika melihat goresan tangan teman-teman kok luar biasa sekali. Rata-rata mereka menggambar dengan santai, goresan cepat srat sret, tahu-tahu jadi aja gambar yang bagus. Sementara aku perlu usaha ekstra keras untuk membuat gambar yang bahkan hanya dibilang lumayan ‘benar’. Kuliah di DKV yang katanya salah satu jurusan favorit ternyata tidak membuatku bahagia. Aku sempat ingin pindah jurusan ke studio tekstil. Menggambar sosok dengan gaya fashion adalah salah satu hal yang membuatku bahagia, terlebih lagi ketika kukirimkan sketsa desain itu ke salah satu majalah, tayang, dan dapat uang. Bahagia nggak siih...? Aku sempat jadi kontributor rubrik Sketsa di majalah Ummi selama setahun lebih, sampai diundang jadi juri bersama Mbak Anne Rufaidah ketika majalah tersebut menggelar lomba sketsa busana muslim.</div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT7YN_xYeZ11zhzGxDbCyRr6WBk7GHLnVQrOjzjkXeqdNLYoKHAryS1aIFMzKMeCn4U4afcbPr2esrqDg9iBcKtjGs6iaLkDZj-OAwOFvMlzVARtwd38l11BAWPXkUVad9uxlNNbYvwg9M9QXhVmaNwt0B5RPWOEr9OkQsVF3jpMP-B6mFbQ/s614/Sketsamania-header-60%25.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="317" data-original-width="614" height="207" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT7YN_xYeZ11zhzGxDbCyRr6WBk7GHLnVQrOjzjkXeqdNLYoKHAryS1aIFMzKMeCn4U4afcbPr2esrqDg9iBcKtjGs6iaLkDZj-OAwOFvMlzVARtwd38l11BAWPXkUVad9uxlNNbYvwg9M9QXhVmaNwt0B5RPWOEr9OkQsVF3jpMP-B6mFbQ/w400-h207/Sketsamania-header-60%25.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Beberapa sketsa busana yang sempat tayang di majalah Ummi.</td></tr></tbody></table><div style="text-align: justify;">Urusan kesenangan menggambar sketsa fashion ini ada irisannya dengan kesenangan pada dunia jahit menjahit. Ibu yang dulu adalah guru di sekolah keterampilan putri jadi inspirasiku. Selain membawa karya murid-muridnya ke rumah (untuk dinilai), ibu juga seringkali menjahit sendiri baju-baju untuk keempat putrinya, terutama saat Idul Fitri. Dulu ibu punya mesin jahit yang diengkol pakai tangan, lalu dilengkapi dengan dinamo dan digerakkan listrik. Sesekali, aku coba menjahit dan ternyata suka. Ibu lalu membeli mesin jahit baru yang memiliki fitur pola jahitan yang variatif. Menjahit dengan mesin jahit baru itu, tentu jauh lebih menyenangkan. Aku pun terkadang menjahit baju sendiri, termasuk seragam SMA yang kelimannya kujahit dengan pola jahitan yang tersedia di mesinnya. Selain praktis karena tak perlu mengelim dengan tangan, pola jahitan cantik juga jadi penghias seragam SMAku.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtVEuxq6YVIyNAgXNVn52qp8TP8BMe5GaG4co9FnuxHhFPn4ELpBBY9IAHTRvjU6ty0KnboXJGxP14RTpXCCClHfVrqvk5o1Aqe0frfRGpyw7r-W9xdUr96qlhbqW4Lv7al-Jv_k24PXloscm_lak8yHwufrenmnA4Og0wHtvL1gW7_lI5Jw/s1440/Celemek%20batik%20bolak-balik.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1440" data-original-width="1440" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtVEuxq6YVIyNAgXNVn52qp8TP8BMe5GaG4co9FnuxHhFPn4ELpBBY9IAHTRvjU6ty0KnboXJGxP14RTpXCCClHfVrqvk5o1Aqe0frfRGpyw7r-W9xdUr96qlhbqW4Lv7al-Jv_k24PXloscm_lak8yHwufrenmnA4Og0wHtvL1gW7_lI5Jw/s320/Celemek%20batik%20bolak-balik.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Celemek batik bolak-balik. Upcycle dari baju lama.</td></tr></tbody></table>Kesukaan jahit menjahit, seiring dengan kecintaanku pada kain-kain tradisional. Inginnya sih seiring juga dengan kesenangan untuk mengoleksinya, terutama pada kain batik yang variannya luas sekali. Mengenali dan mengoleksi serba sedikit kain batik, sudah membuatku mengaku-aku sebagai batikmania. Makanya blog ini kunamai demikian. Tapi seperti koleksi perangko, koleksi batik ini sayang-sayang uang juga ya. Kalau hanya dikoleksi saja, untuk apa juga? Toh lama-lama lapuk digerus masa. Kalau digunting dan dijadikan baju, sayang... motif batiknya harus ‘berkorban’, sesuai dengan model baju yang diinginkan. Selain itu, sudah rahasia umum juga bahwa batik yang asli biasanya menggunakan pewarna alami yang mudah pudar setelah dicuci beberapa kali. Tapi aku tetap senang sih mengoleksi batik, biarpun tidak mau (atau tepatnya tidak mampu) merogoh kocek terlalu dalam untuk memperjuangkan sehelai kain batik bagus untuk dikoleksi. Saat ini kain-kain batikku masih banyak yang teronggok, menunggu untuk dimanfaatkan. Iya siaap. Tunggu nanti kalau aku dapat hidayah. Toh mesin jahit juga setia menanti. Apakah akan cukup waktu untuk membuat baju lebaranku sendiri? Kita lihat saja nanti ya.</div>Unknownnoreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-24194334954463227892022-03-20T23:52:00.008+07:002022-03-21T16:01:08.609+07:00Kucing Garong<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi75T8TH-pzZnrSf7iEcu4O3F_GhYVbeaYuWJ1wepWSrLAcMLdr92rUU6fSHh0aZkIwRj3AmvyinTdsOBQlMvpVzFNyrjpk2EZ5gLAnEiTxFBitFs5QIOUdiM-1coWY4aMEmN7VjFznUVXVK9SA5h3jcfSACEoltXk5Yfxu9kLK8M8JVkyVNA/s1599/Kucing%20Garong.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1178" data-original-width="1599" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi75T8TH-pzZnrSf7iEcu4O3F_GhYVbeaYuWJ1wepWSrLAcMLdr92rUU6fSHh0aZkIwRj3AmvyinTdsOBQlMvpVzFNyrjpk2EZ5gLAnEiTxFBitFs5QIOUdiM-1coWY4aMEmN7VjFznUVXVK9SA5h3jcfSACEoltXk5Yfxu9kLK8M8JVkyVNA/s320/Kucing%20Garong.jpeg" width="320" /></a></div><br />“Dasar kucing garong! Kuletakkan gagang telefon di tempatnya sambil memaki si penelefon di luar jangkauan pendengarannya.</div><div style="text-align: justify;">Untuk ketiga kalinya, dia mengajakku makan bersama. Kali ini buka puasa bersama ceritanya, tapi dia hanya ingin berdua saja. Huh! Setelah gagal dengan usahanya mengajakku makan bersama di restoran miliknya, dia masih belum putus asa rupanya.</div><div style="text-align: justify;">Bukan cuma sebal, aku jadi sedih. Hingga saat ini, hanya dia yang berani mengajakku 'kencan', sementara orang yang kuharapkan akan membawaku pergi ternyata malah mengajak menikah… gadis lain. </div><div style="text-align: justify;">Setelah bubaran dengan tunanganku awal tahun, aku tidak putus harapan. Aku yakin, masih ada laki-laki baik yang potensial untuk kujadikan pasangan hidup. Tidak semua laki-laki brengsek lah... Tapi yang datang kok dia? Laki-laki beristri itu, yang bahkan anaknya ada di kelasku!!!</div><div style="text-align: justify;">Mantan tunanganku <i>was bad enough</i>. Dia mengaku sudah bercerai dari istri yang memisahkannya dengan dua putrinya. Tapi ketika kami sudah mulai mempersiapkan pernikahan dan menentukan tanggal, eh… dia bilang,”<i>Maybe we have to delay our marriage. I haven’t really divorced from my wife.</i>” Hari itu juga aku deklarasikan perpisahan dengannya. Sayangnya, aku tak bisa bertemu muka dan menampar wajahnya <i>personally</i>. Kami terpisah samudera.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Undangan acara buka bersama dari karibku semasa SMA rasanya bisa jadi pengalih perhatian nih. Sofi jadi tuan rumah. Yanti yang berdinas di Purwakarta kebetulan sedang di Bandung. Aku sendiri, setelah lulus kuliah dan mengajar di sebuah sekolah swasta, bisalah mampir ke rumah Sofi dengan acara bertajuk reuni ini. Tak kusangka hadir juga cowok-cowok se-gang ketika Paskibra dulu. Fadil datang bersama istrinya, sedangkan Teddy yang sekarang bekerja di Jakarta, datang dengan <i>style</i>. Betul-betul reuni kecil yang meriah.</div><div style="text-align: justify;">“Dengar-dengar, ada kabar baik nih, Ted? Kok undangannya belum sampai ke sini?” Sofi membuat muka Teddy memerah dengan pertanyaannya. Yang tidak dia tahu, mataku pun membulat mendengar pertanyaan itu. Teddy mau menikah?? Dan dia tidak mengajakku untuk menjadi pengantinnya? Krkkk.. krak!! Aku patah hati lagi.</div><div style="text-align: justify;">“Iya. Insya Allah setelah lebaran.”</div><div style="text-align: justify;">“Eh… kirain bakalan sama Desi.” Celetuk Yanti, ringan saja. Kali ini aku yang gelagapan.</div><div style="text-align: justify;">“Dari dulu udah dijodoh-jodohin, eh gagal.” Yanti memang paling rajin ngeledekin aku dengan Teddy sejak dulu. Sejak kami sama-sama aktif di Paskibra.</div><div style="text-align: justify;">“Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik…” ujarku menyitir sebuah hadits nabi.</div><div style="text-align: justify;">“Teddy terlalu baik lah buatku….” Ujarku. Rasanya aku berhasil menyembunyikan rasa hati yang sesungguhnya.</div><div style="text-align: justify;">“Bukan sebaliknya, Des?” timpal Teddy tersenyum. Masih menawan seperti dulu.</div><div style="text-align: justify;">“Ya… mungkin juga.” Ujarku. Komentar garing! Tiba-tiba aku kehilangan <i>sense of humor</i>. Kusembunyikan kecewaku di balik tegukan besar es kelapa muda segar. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sejak Yanti semangat sekali menjodoh-jodohkan kami berdua, tepatnya meledek kebersamaan kami, aku memang jadi lebih memperhatikan dia. Kepribadiannya yang tenang, dikombinasikan dengan otak encer, plus tampang dan hati yang cenderung di atas rata-rata, cukup membuat diariku padat dengan cerita tentang dia.</div><div style="text-align: justify;">Dari 5 orang bersahabat di Paskibra, selepas SMA kami saling berpisah. Aku dan Teddy bertemu lagi di kampus yang sama walaupun berbeda jurusan. Aku di Biologi, sementara Teddy mengambil Teknik Informatika.</div><div style="text-align: justify;">Di kampus Ganesha, kurasakan jatuh cinta yang sesungguhnya pada dia. Betapa berdebarnya ketika lewat di depan gedung fakultasnya. Hanya melihat mobilnya parkir di tepi jalan Tamansari saja sudah membuatku tersenyum-senyum sepanjang hari. Sekilas melihat sosoknya di gedung Oktagon saat kuliah umum pun sudah cukup membuat kupu-kupu di perutku berdansa. Bertemu dan disapanya dalam perjalanan ke perpustakaan, membuatku merasa berbunga-bunga. Gila! Tanpa disadarinya, dia jadi penyemangatku, dan memacuku untuk lulus cepat, sementara dia kelihatannya betah dengan suasana kampus.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ponselku bergetar. Kulirik layarnya untuk melihat identitas si penelepon. Si kucing garong! Ah… tidak cukup menderitakah hariku saat ini?</div><div style="text-align: justify;">“Maaf… saya tidak bisa bicara saat ini, Pak.” Ujarku formil, dan langsung menutup telefon.</div><div style="text-align: justify;">“Judes amat sih, Des!” celetuk Yanti.</div><div style="text-align: justify;">“Biarin ah.” Ujarku tak acuh.</div><div style="text-align: justify;">Kubiarkan handphone-ku bergetar hingga berhenti sendiri.</div><div style="text-align: justify;">Reuni kali itu tidak lagi meriah. Perpisahan di halaman rumah Sofi saat itu jadi perpisahan sungguhan. Selamat menempuh hidup baru, Teddy. Hiks.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;">* * *</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ponselku bergetar. Kulirik layar depan ponselku, nama Teddy terbaca di sana. Kutarik nafas panjang.</div><div style="text-align: justify;">“Hallo! Mau nganterin undangan ya? Kapan?” rentetan pertanyaanku sebelum dia bahkan sempat menyapa. Jeda sesaat. Kurasakan dia tersenyum di seberang.</div><div style="text-align: justify;">“Akhir minggu ini aku ke Bandung. Bisa ketemu?”</div><div style="text-align: justify;">“Bisa. Di Warung Pasta aja ya.”</div><div style="text-align: justify;">“Oke. Kalau kamu nggak datang, undangannya aku kirim.”</div><div style="text-align: justify;">“Iya…iya… aku datang.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;">* * *</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku datang lebih dulu. Kupilih satu tempat di area depan taman dan membuka ponselku sambil menunggu. Tak berapa lama, dia mengetuk meja di hadapanku. Kami bertukar senyum lalu dia duduk berseberangan. Kami saling berdiam diri sampai pesanan kami datang.</div><div style="text-align: justify;">“Maafkan aku…” katanya. Aku mengangkat alis. Bertanya.</div><div style="text-align: justify;">“Lama tidak bertemu. Aku memang sengaja menghindarimu.”</div><div style="text-align: justify;">“Oh… nggak apa-apa. Aku sudah duluan (menghindarimu).” kupuntir spaghettti di piringku lalu kusuapkan sekaligus untuk kemudian kukunyah dengan geram.</div><div style="text-align: justify;">“Sebenarnya… aku sangat menyukaimu,” ujarnya, dengan suaranya yang terdengar berat dan susah keluar. Kunyahanku berhenti. Ini anak… pada detik-detik penyerahan kartu undangan pernikahannya, tega-teganya dia bilang begitu???</div><div style="text-align: justify;">“Aku ingin namamu yang tercetak di undangan ini, bersanding dengan namaku. Tapi sekaligus juga tidak ingin. Kita terlanjur sahabatan.”</div><div style="text-align: justify;">Entahlah, aku harus tersanjung, marah, kecewa, atau malu dengan hal itu. Tak ayal, aku ingin tahu juga apa alasannya.</div><div style="text-align: justify;">“Sebagai sahabat, aku ingin memberi yang terbaik buat kamu. Nasihat, cukup baik nggak?” tanyanya sambil mempermainkan sendok di tangannya.</div><div style="text-align: justify;">“Bolehlah.”</div><div style="text-align: justify;">“…” kulihat mukanya yang tepat di depanku. Gila! Dia masih setampan dulu, bahkan auranya makin menyala! Kupalingkan pandanganku ke piring di hadapanku.</div><div style="text-align: justify;">“Tetaplah seperti kamu sekarang ini.” Ujarnya kemudian.</div><div style="text-align: justify;">“Ha???” Itu saja nasihatnya?” dia mengangguk.</div><div style="text-align: justify;">“Itu sih nggak perlu dikasih tahu lagi…”</div><div style="text-align: justify;">“Supaya aku nggak menyesal kalau menikah nanti.”</div><div style="text-align: justify;">“Ya jangan dong!”</div><div style="text-align: justify;">“Kalau kamu jadi feminin, manja, dan tidak mandiri, aku akan menyesal tidak menikahimu.”</div><div style="text-align: justify;">“Kamu jahat ih! Tega ngomong begitu.” Dia diam.</div><div style="text-align: justify;">“Memangnya, calon istrimu, karakternya gimana sih?”</div><div style="text-align: justify;">“Prita? Dia feminin, manja, <i>dependent</i>. Dengan begitu, aku merasa dibutuhkan.” Aku mengangguk-angguk.</div><div style="text-align: justify;">“Baguslah.”</div><div style="text-align: justify;">“Tapi selera humormu, aku suka.” Sambungnya kemudian.</div><div style="text-align: justify;">“Nggak perlu aku. Kamu bisa sewa badut Ancol. Lebih dekat.”</div><div style="text-align: justify;">“Kamu cerdas, aku respek karena itu.”</div><div style="text-align: justify;">“Makasih yaa.” Sebuah reaksi garing lagi.</div><div style="text-align: justify;">“Kamu mandiri, tegar, sabar, pintar …”</div><div style="text-align: justify;">“Bundar,” sambungku asal saja. Dia tersenyum kecil.</div><div style="text-align: justify;">“<i>Strong sense of humor</i>. Satu sisi dirimu, aku suka.” Makin lama dia bicara, sebetulnya hatiku makin teriris.</div><div style="text-align: justify;">“Tapi aku ingin merasa dibutuhkan, tidak hanya untuk teman diskusi. <i>I want a friend, a wife, a mother for my kids, a sister, and a lover in one person</i>.”</div><div style="text-align: justify;">“<i>And you found all of them in your future wife. I see. Congratulations</i>.” Aku tersedak. Aku belum mengunyah spaghetti sialan itu dengan baik.</div><div style="text-align: justify;">“Tidak semua, memang. <i>But nobody’s perfect</i>. Sebagiannya ada padamu.”</div><div style="text-align: justify;">“Aku nggak keberatan jadi istri kedua.” Ujarku. Mudah-mudahan dia tidak mendengar keseriusan dalam nada suaraku. Lagi-lagi, dia cuma tersenyum.</div><div style="text-align: justify;">“Maafkan aku, Tam. Kuharap kamu mendapat pendamping terbaik.” Eh, dia memanggilku “Tam”? Nama kecilku. </div><div style="text-align: justify;">“Aku berpikir lebih baik menjaga jarak kita supaya tidak ada yang kecewa. Mungkin akulah yang akan paling kecewa karena dari dulu, sejak teman-teman meledek menjodoh-jodohkan kita di SMA dulu, aku mulai memperhatikan kamu, dan ternyata aku suka. Entahlah dengan kamu, aku rasa kamu sangat baik sebagai sahabat. Tapi kamu terlalu mandiri, tak memerlukan apa-apa dari orang lain. Aku merasa tidak berharga di sisimu, tidak pantas. Daripada berharap muluk-muluk, aku sudah merasa puas dengan persahabatan kita. Meskipun sering menghilang dan menjaga jarak, sebenarnya aku tetap nggak mampu melupakan kamu.”</div><div style="text-align: justify;">‘Lalu mengapa kamu muncul lagi sekarang, <i>with shocking news like this</i>?’ satu kalimat dalam benakku menginginkan jawaban.</div><div style="text-align: justify;">“Prita biasa memintaku untuk menemaninya ke sana-sini, dan itu membuatku merasa dibutuhkan.”</div><div style="text-align: justify;">“<i>Good for you. She’ll be a good wife, your lover, your friend, your sister, mother for your kids, she’ll be just perfect!</i>” Aku biasa bicara dalam bahasa Inggris kalau sedang kalut. Bukannya sok gaya, tapi justru untuk menutupi perasaanku yang sebenarnya. Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu akan terkait erat dengan perasaanku saat aku bicara. Dan saat ini aku sedang sakittt, dan aku tak ingin dia tahu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Padahal, akhir-akhir ini, entah dirasuki setan apa, aku mulai sedang-hampir-akan mempertimbangkan usul Fasya, teman kantor yang terkenal dengan ide-ide brilyan (baca: edan) untuk melamar dia saja, daripada nunggu dilamar dan dia memang ternyata tak datang-datang. Lebih baik didului saja, begitu katanya. Hampir saja ide gila itu kulaksanakan. Untung saja tidak jadi. Atau malah rugi? Ah… Entahlah. Aku tak tahu lagi. Yang kutahu, sekarang ini aku ingin segera pergi dari hadapan pria perampok hatiku ini, yang tak juga dikembalikannya hingga kini. Yah… bawa pergi sana sebagian hatiku! Aku tak kuasa merebutnya kembali dari kucing garong yang satu ini. Kuhabiskan spaghetti di piringku, lalu kuteguk juga jus lemon dalam gelas tinggi di hadapanku. Kecut…! Biarlah kecut ini terasa sampai ke hati. Ih!! Sentimentil banget sih Tam? Kutegakkan mukaku, menatap langsung ke bulat matanya.</div><div style="text-align: justify;">“Selamat ya…!”</div><div style="text-align: justify;">“Kamu akan datang di pernikahan kami?”</div><div style="text-align: justify;">“Mungkin.”</div><div style="text-align: justify;">“…” dia tidak berkata-kata lagi. Lalu kami berpisah. Kubawa kartu undangan cantik darinya dengan tangan yang dingin.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku pulang dengan sebuah kehancuran jiwa yang baru. Apa yang salah dengan takdirku? Kenapa aku (pernah) jatuh cinta pada dia? Dia yang telah mencuri hatiku dan membawanya pergi. Hatiku tak kan pulih dalam waktu dekat. Jadi… kayaknya untuk saat ini aku akan terima nasihat Teddy sepenuh hati. Tetaplah seperti kamu sekarang ini. <i>I am what I am</i>. Biarpun nanti malam bantalku akan basah dengan air mata hasil nangis Bombay, tapi aku akan tetap jadi gadisnya, seperti yang dia mau. Gadis yang tegar, pintar, sabar, dan… bundar? Hah!!! Yang terakhir nggak-lah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: center;">* * *</div>Tayang perdana di Majalah Chic edisi Juli 2007. Tayang ulang dengan edit pangkas habis untuk <a href="https://mamahgajahngeblog.com/tantangan-mgn-maret-2022-cerita-fiksi-itb/" target="_blank">‘Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog’</a> edisi Maret: <b>Cerita Fiksi (Dengan Unsur) ITB</b></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgc5nL2XpFNQhi52qhLO_tJO4wsL5kKIqalhayRwVi8A8JDE95sy175GWkx8x_VussxnsDcs_UsEMCl6K6fRyCYG97Ys7l_bEwLaPtRXa1YXY6C1HUUO-Rgm-KTV7bOMm7DCu9r9cM5v-lofxCkEYJcOKbV9Wd8MZA7IXhDA622m3CXojxgPA/s1000/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1000" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgc5nL2XpFNQhi52qhLO_tJO4wsL5kKIqalhayRwVi8A8JDE95sy175GWkx8x_VussxnsDcs_UsEMCl6K6fRyCYG97Ys7l_bEwLaPtRXa1YXY6C1HUUO-Rgm-KTV7bOMm7DCu9r9cM5v-lofxCkEYJcOKbV9Wd8MZA7IXhDA622m3CXojxgPA/s320/banner%20Tantangan%20MGN%202022.png" width="320" /></a></div></div>Unknownnoreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-55539921890545115332018-11-20T22:39:00.001+07:002018-11-20T22:57:17.576+07:00Kenapa Mesti Ngeblog (Lagi)?<div style="text-align: justify;">
Kali ini blog ini mati suri... Motivasi menulis memudar, walaupun inspirasi selalu ada. Sudah lama aku tak lagi berjuang sampai begadang-begadang untuk menuliskan kisah dan cerita baru, walaupun masih menyimpan foto-foto di folder 'Pelengkap Postingan', siapa tahu suatu saat berguna juga. Dan akhirnya, setelah berbulan-bulan tak tersentuh, mungkin saat inilah waktunya untuk bangun dari 'tidur panjang'. </div>
<div style="text-align: justify;">
Ada masanya, aku bisa menulis panjang dan rasanya tak bisa berhenti, sementara tak jarang juga aku merasa terengah saat merangkai tulisan pendek sekalipun. Ada kalanya aku menulis dengan riang, membuat senang dan hati tenang, tapi terkadang 'seret' menulis dengan mata mau menangis (biasanya karena kejar deadline sementara adaaa aja kendalanya, mulai dari koneksi internet yang tak bersahabat, ataupun badan yang sudah penat minta istirahat). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9_q8K8YI6qIsDXa-ysHm_pkx-pzu_BeVv11eG3E270HNcBrhw_SjtkarirGPWoVyr2A4caLrwjlpeDrz87RGRsimFjFUXiOO7VdgP7jvgR1k5L-MtbnOIjY2XgPsca5EcRbsx/s1600/Why+Blog.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="464" data-original-width="975" height="151" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9_q8K8YI6qIsDXa-ysHm_pkx-pzu_BeVv11eG3E270HNcBrhw_SjtkarirGPWoVyr2A4caLrwjlpeDrz87RGRsimFjFUXiOO7VdgP7jvgR1k5L-MtbnOIjY2XgPsca5EcRbsx/s320/Why+Blog.png" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 12.8px;">image taken from <a href="https://redlink.com/how-does-blogging-impact-scholarly-publishing-part-2/" target="_blank">here</a></td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika ngeblog bukan sekedar ajang curhatan, tapi pendokumentasian suatu peristiwa, maka rasanya blog ini masih punya kesempatan hidup. Ketika ngeblog jadi sarana katarsis, untuk melepaskan (sebagian) isi hati dan isi kepala, maka blog ini masih bisa sekalian jadi ajang narsis. Ketika ngeblog jadi sarana untuk cari peluang mendapatkan sesuatu yang 'lebih' -biarpun masih lebih sering 'zonk'-, dalam waktu yang bersamaan bisa jadi sarana untuk belajar menulis dengan lebih baik. Jadi, ayolah Dee, bangun dari tidur panjang sekarang.</div>
Dan yang bisa membangunkan tidur panjangku rupanya bukan pangeran berkuda putih yang melakukan aksi heroik membebaskanku dari kutukan nenek sihir, tapi komunitas Blogger Perempuan yang menantangku untuk menulis lagi dalam event #BPN30DayChallenge2018 ini. Jadi... hoahm, setelah bangun, ayo cepat cuci muka dan gosok gigi supaya seger, dan siap ngeblog lagi. Mariii...</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-7553959422210102772018-05-05T23:18:00.000+07:002018-05-08T05:16:32.930+07:00Skippy Brownies Lava Cake Ala-ala<div style="text-align: justify;">
<i>Week end</i> itu saatnya bersibuk beberes rumah dan 'serius' turun ke dapur. Sabtu ini aku mau coba bikin brownies. Eitts... jangan-coba-coba bikin brownies. Mari lakukan dengan serius. Gimana juga sih bikin brownies yang serius itu?</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbekal resep dari majalah edisi lama, dengan modivikasi sesuai bahan yang tersedia di rumah, kubuat brownies klasik dengan cetakan bulat. Kusiapkan bahan-bahan yang diperlukan. Ganti-ganti <i>ingredients</i> sedikit, kupikir tak akan terlalu mengubah rasa maupun tampilan. Oke. Sebagian <i>dark</i> <i>cooking chocolate</i> kuganti dengan <i>milk chocolate </i>dan cokelat oleh-oleh dari Arab. Kupilih yang tidak ada isian kurma atau kacang. Sedangkan kacang almond atau kismis ku-<i>skip</i> saja. Eh... ngomong-ngomong skip, jadi teringat <i><a href="https://www.facebook.com/SKIPPYIndonesia/" target="_blank">Skippy peanut butter</a></i> yang baru kubeli, Kalau kutambahkan sebagai isian, tampaknya 'lucu' juga kali yaa...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQWLgLPvPXJUd2MVlTE94wMpvRsand7LnIrbpdVKTP1r67ZL1haMpkZyBJieRxm4_rU8NXkmqcn-82T_UzSaOnMNITrH0EZd-5mdv79xhkbA95xEJ0KHr_tz-y2Jt5Sp1yhFUb/s1600/skippy+brownies.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="525" data-original-width="620" height="337" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQWLgLPvPXJUd2MVlTE94wMpvRsand7LnIrbpdVKTP1r67ZL1haMpkZyBJieRxm4_rU8NXkmqcn-82T_UzSaOnMNITrH0EZd-5mdv79xhkbA95xEJ0KHr_tz-y2Jt5Sp1yhFUb/s400/skippy+brownies.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kuikuti langkah demi langkah cara pembuatan brownies hingga memanggangnya di oven. Ah...! Browniesku masih belum secantik yang kuharapkan. Tapi soal rasa, tak ada kata gagal untuk brownies. Semua enakkk. Mudah-mudahan di kesempatan berikutnya, dalam sesi remedial, aku bisa bikin brownies yang lebih cantik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Resepnya? Sesimpel tampilannya. Boleh ikuti sesuai instruksi, atau modivikasi lagi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b><span style="color: #ffe599;">Bahan:</span></b></div>
<div>
<ul>
<li style="text-align: justify;">250 gram <i>dark cooking chocolate</i> (kupakai sekitar 220 gram <i>dark cooking chocolate</i>, sisanya cokelat lain)</li>
<li style="text-align: justify;">100 gram margarin</li>
<li style="text-align: justify;">50 ml air</li>
<li style="text-align: justify;">3 butir telur</li>
<li style="text-align: justify;">225 gram gula pasir</li>
<li style="text-align: justify;">100 gram tepung terigu protein sedang</li>
<li style="text-align: justify;">30 gram coklat bubuk</li>
<li style="text-align: justify;">Skippy peanut butter, sekitar 3 sendok makan</li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
note: coklat bubuk di rumah tinggal sisa sekitar 20 gram saja, jadilah tambah terigu sedikit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #ffe599;">Cara membuat:</span></b></div>
<div>
<ol>
<li style="text-align: justify;">Panaskan air dan margarin. Tambahkan cokelat yang sudah dipotong-potong. </li>
<li style="text-align: justify;">Kocok telur dan gula pasir selama 3 menit asal rata. Tambahkan campuran cokelat. Aduk rata.</li>
<li style="text-align: justify;">Tambahkan tepung terigu dan cokelat bubuk sambil diayak dan diaduk perlahan hingga rata.</li>
<li style="text-align: justify;">Siapkan cetakan bulat (aku pakai cetakan muffin kecil). Alasi dengan kertas yang biasa dipakai untuk membuat cupcake.</li>
<li style="text-align: justify;">Tuang sesendok adonan ke dalam cetakan. Taruh setengah sendok teh Skippy peanut butter ke tengah cetakan. Tuangkan lagi sesendok adonan hingga selai kacang tertutup dan adonan mencapai tiga perempat tinggi cetakan.</li>
<li>Panggang dalam oven selama kurang lebih 40 menit dengan api sedang.</li>
</ol>
<div style="text-align: center;">
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan dan Praxis sebagai perwakilan SKIPPY® Peanut Butter Indonesia.</div>
<ol>
</ol>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-91284812299063411792018-05-05T19:56:00.001+07:002022-03-06T18:05:41.864+07:00Skippy Yippee... Teman Makan Kapan Saja<div style="text-align: justify;">
Setiap masuk dapur, aku selalu teringat ibu. Biasanya beliau yang paling sibuk dengan segala urusan dapur, termasuk urusan menu makanan tentunya. Ketika beliau sudah tiada dan aku mengurus rumah sendiri saja, segala urusan mesti kutangani sendiri tentunya. Tetap dengan konsep nggak mau ribet, untuk urusan menu aku cari yang praktis-praktis saja deh. Hmm... sebetulnya ibu pun dulu begitu siih... </div>
<div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOfZqnCtWTZC7_d89euOzyKj8FKghc_3PhqLE1pgkdAlM6d35B9vbiEWugP8ZrCUMMdM9_7RS86mZ8dtpzpKhUxNRxsrAgb2fx8pjR81r4mm0ulKAKvaSiViWj0d-FZFZ435X3/s1600/Selada+Singapura.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1295" data-original-width="1107" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOfZqnCtWTZC7_d89euOzyKj8FKghc_3PhqLE1pgkdAlM6d35B9vbiEWugP8ZrCUMMdM9_7RS86mZ8dtpzpKhUxNRxsrAgb2fx8pjR81r4mm0ulKAKvaSiViWj0d-FZFZ435X3/s320/Selada+Singapura.jpg" width="273" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini salah satu menu paling praktis yang cukup sering disiapkan ibu ketika aku masih kecil dulu. Termasuk favoritku. Kata ibu, namanya Selada Singapur. Ya kita sebut saja begitu. Sedikit <i>googling</i>, info tentang salad singapur ini beda-beda banget ya. Jadi kita bebas sajalah menerjemahkan resep selada ini suka-suka kita. Menu ini, bisa dihidangkan kapan saja, walaupun rasanya paling pas untuk makan siang karena dihidangkan dingin lebih sedap rasanya. Menyiapkannya cepat dan praktis. Asli gampang banget karena bahan-bahannya tidak perlu dimasak, cukup ambil dari kulkas dan langsung eksekusi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<span>Siapkan sayuran mentah. Biasanya sih ibu menyiapkan irisan sawi putih, ketimun, tomat, atau apapun sesuai selera, tambahkan irisan telur rebus. Salad <i>dressing</i>nya dibuat dari campuran selai kacang, kuning telur, dan cuka atau perasan air jeruk nipis. Tidak pakai takaran, cukup dengan kira-kira, dengan kekentalan sesuai selera. Aku sih suka yang agak encer. Disiram ke atas sayuran dingin, wah... kebayang segernya nggak siih... :D</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlJlYekScVsEfWJnPQ7OkNJVjIiZBpfKQ78CcYPKNB0qyPItuf5NKHUXPwkpFtgL5idPqyhqnw1vY9NjCkGpXoZTHC0pdFzfQFNq1UHE5vZBZx8byc5izCvpd1XYxLIcD_uQ4G/s1600/Victory+Skippy.jpeg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1038" data-original-width="898" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlJlYekScVsEfWJnPQ7OkNJVjIiZBpfKQ78CcYPKNB0qyPItuf5NKHUXPwkpFtgL5idPqyhqnw1vY9NjCkGpXoZTHC0pdFzfQFNq1UHE5vZBZx8byc5izCvpd1XYxLIcD_uQ4G/s320/Victory+Skippy.jpeg" width="276" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dulu sih ibu sering beli selai kacang kiloan di pasar, yang rasanya yaa... gitu deh. Tapi sekarang, aku percayakan selai kacang untuk salad <i>dressing </i>ini pada <a href="http://fb.me/skippyindonesia" target="_blank">Skippy</a>. Dengan varian <i>creamy </i>atau <i>crunchy</i>, wah... bikin aku galau mau pilih yang mana. Dua-duanya enak siih... Tapi kusiapkan satu untuk stok selalu. Persediaan selai kacang begini nih bikin hati happy, soalnya berasa ada jaminan makanan yang pasti enak. Buat olesan roti atau donat, sudah pasti. Buat olesan cemilan pisang crispy pun jadi. Belum lagi buat campuran kue atau brownie. Ah, tapi itu cerita lain lagi. Jadi semangat untuk masak lagi nih. Yippee...!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan dan Praxis sebagai perwakilan SKIPPY® Peanut Butter Indonesia.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9869984.post-50591513631269538952018-04-30T21:26:00.000+07:002018-05-07T08:24:57.333+07:00Situs Paripurna Produk Handmade Indonesia<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTLP3NBGSlMSGDCbmfGh3gyFXFwDFoMEstNTOp2jRTUdPUEkLfqNBwBixBFgpw7PtWUD2X5lEpW4j11M04OYUmQi2BopfeCG1PxNQG0j5Jxu3SkPCIYvoJnGYVu8dWjhJGepXi/s1600/Souvenir+Mancanegara-watermarked.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="340" data-original-width="568" height="191" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTLP3NBGSlMSGDCbmfGh3gyFXFwDFoMEstNTOp2jRTUdPUEkLfqNBwBixBFgpw7PtWUD2X5lEpW4j11M04OYUmQi2BopfeCG1PxNQG0j5Jxu3SkPCIYvoJnGYVu8dWjhJGepXi/s320/Souvenir+Mancanegara-watermarked.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">koleksi souvenir mancanegara</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: right;">
</div>
Sesi beres-beres rumah di akhir pekan kali ini, menyisakan sebuah pemikiran panjang. Ketika aku mengusap debu di piring hias souvenir dari Australia, mengelap noda yang menempel di boneka <i>kokeshi</i> dari Jepang, menata kembali lonceng dari Inggris dan Singapur, membersihkan satu persatu souvenir dari luar negeri pemberian kawan dan kerabat yang pulang dari mancanegara, hal itu membuatku berpikir. Apa ya, souvenir khas Indonesia yang akan diingat oleh orang-orang yang membawanya pulang ke negara asal mereka? Apa kiranya mercandise unik khas Indonesia yang sekali lihat akan membuat orang teringat pada Nusantara?<br />
Kukenang masa bertahun berselang. Saat aku berkunjung dan tinggal di Jepang selama beberapa waktu sebagai partisipan program <i>teacher training</i>. Tentunya banyak hal yang harus dipersiapkan, mulai dari dokumen penting, pakaian khusus, hingga pernak-pernik unik menarik khas Indonesia yang akan kuhadiahkan kepada teman dan kolega termasuk dosen pembimbingku di sana.<br />
Sebuah kebiasaan masyarakat Jepang adalah saling bertukar <i>omiyage </i>sebagai tanda mata bagi teman atau orang-orang yang berjasa bagi kita. Rasanya tidak banyak opsi yang bisa kupikirkan saat itu. Bukan semata karena sedikitnya pilihan yang tersedia, tapi mungkin karena kesibukan mempersiapkan berbagai keperluan sehingga tidak cukup serius mencari souvenir terbaik untuk kubawa.<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxKi6fPBQlG6FKhczOq8JZrEE7V3pMAFYWYm_DhaY8hyphenhyphenrHwCyCenWWhtzzw8wz6a5lG4ysFCl-79B7JNAhFRXCuZEkQwRU2-hhEWPgSz1mZ_LhnAPHYU1hdg4okbVmepMvkumG/s1600/peta-indonesia-batik.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="309" data-original-width="522" height="189" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxKi6fPBQlG6FKhczOq8JZrEE7V3pMAFYWYm_DhaY8hyphenhyphenrHwCyCenWWhtzzw8wz6a5lG4ysFCl-79B7JNAhFRXCuZEkQwRU2-hhEWPgSz1mZ_LhnAPHYU1hdg4okbVmepMvkumG/s320/peta-indonesia-batik.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Peta Batik Indonesia</td></tr>
</tbody></table>
Aku ingin menyiapkan souvenir khas Indonesia yang cukup ringan dan ringkas untuk dibawa namun berkesan sebagai sebuah tanda mata. Sebagai pecinta produk lokal yang males ribet, saat itu aku membawa sepaket tas tangan dan <i>cosmetic pouch</i> dari kain tradisional untuk kuberikan kepada dosen pembimbing, kain batik untuk <i>host family</i>, juga cukup banyak bros angklung mini untuk teman dan sahabat. Cukup meng-Indonesia-kah? Hmm... agak kupertanyakan ya, karena semuanya masih relatif kedaerahan, tidak sungguh-sungguh mewakili Indonesia secara utuh. </div>
<div style="text-align: justify;">
Indonesia yang luas terdiri atas beragam suku bangsa dengan keunikannya masing-masing. Rasanya teramat banyak icon Indonesia mengingat begitu luasnya Zamrud Khatulistiwa tercinta kita ini. Monumen Nasional yang terdapat di Ibukota tentu akan mudah dikenal turis mancanegara. Tapi Borodudur sebagai bangunan candi Budha terbesar bahkan di dunia tentu tak mudah pula dilupa. Monumen Khatulistiwa di Pontianak pun jadi ciri khusus Indonesia yang terletak tepat di tengah bola dunia. Walaupun demikian, akan menarik juga ya memikirkan beberapa alternatif souvenir khas yang bisa jadi sarana untuk makin mengenalkan Indonesia di mata dunia. Pencarian dengan kata kunci "Produk handmade Indonesia" atau "Produk handmade unik" langsung diarahkan ke situs <a href="http://qlapa.com/">qlapa.com</a>. Dan berkelana di satu situs belanja saja sudah cukup sebagai referensi.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMDv9lCa4h91HbJ7YEGj0xxmzodllmaUaS_05e_mnFtp8MDdSvel8tQqcGvZZWWIea30UHN0IagRxy7Ejd_dCxcT3l1VxDxw-z7bpYyHzGpCQnthO9wPeByHB1zMbmhKF5hJEx/s1600/qlapa+dot+com.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="348" data-original-width="730" height="190" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMDv9lCa4h91HbJ7YEGj0xxmzodllmaUaS_05e_mnFtp8MDdSvel8tQqcGvZZWWIea30UHN0IagRxy7Ejd_dCxcT3l1VxDxw-z7bpYyHzGpCQnthO9wPeByHB1zMbmhKF5hJEx/s400/qlapa+dot+com.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">pic. courtesy of qlapa.com</td></tr>
</tbody></table>
Menjelajah sebentar di web yang <i>user-friendly</i> ini membuatku merasa puas. Web ini tampak lengkap dan paripurna sebagai pusat produk handmade berkualitas dengan ragam keunikannya masing-masing yang mencerminkan aspek keIndonesiaan. Bisa dikata, ini adalah <i>mall online</i> untuk produk lokal berkualitas. Bekerjasama dengan pengrajin lokal, <a href="http://qlapa.com/">qlapa.com</a> menjadi jembatan penghubung antara produsen dan konsumen. Di satu sisi, pengrajin lokal diberdayakan untuk menghasilkan produk dengan standar kualitas yang terkurasi. Hal ini membuat pengrajin lokal akan terus meningkatkan kualitas produknya agar bisa bersaing di pasar dunia maya yang sangat mungkin menembus batas wilayah bahkan hingga mancanegara. Sementara pembeli yang tertarik dengan produk lokal pun tak perlu menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan produk yang diinginkan. Cukup dengan sentuhan jari di tetikus saja, produk berkualitas bisa didapat dan langsung diantar ke depan pintu. Dengan demikian, harga pun menjadi lebih ekonomis tentunya. Selain harga yang terjangkau, ketika kita bisa membeli langsung dari pembuatnya, ini memberi kemudahan bagi kita untuk mengatur dan memodifikasi produk sesuai keinginan kita.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiptvJWdPV8mMm2-H6XFHyUIvrB9DJ-zhxB35MPxjWfWdq7W-AxcChUEByXm8vB-EUcbGAqunZmqQnc9ox6kCdnWd1CGYW1Jf_Z-st-9pxtGwdzbIFrsDpmrZjKtoM3227d0OJf/s1600/qlapa-rekomendasi+produk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="447" data-original-width="1143" height="156" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiptvJWdPV8mMm2-H6XFHyUIvrB9DJ-zhxB35MPxjWfWdq7W-AxcChUEByXm8vB-EUcbGAqunZmqQnc9ox6kCdnWd1CGYW1Jf_Z-st-9pxtGwdzbIFrsDpmrZjKtoM3227d0OJf/s400/qlapa-rekomendasi+produk.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rekomendasi untuk DIah Utami</td></tr>
</tbody></table>
Rasanya tidak berlebihan jika kukatakan bahwa <a href="http://qlapa.com/">qlapa.com</a> sudah cukup paripurna sebagai penyedia produk handmade khas Indonesia. Ketik saja kata kunci yang diingini, maka berderet pilihan akan muncul, menanti untuk dimasukkan ke dalam keranjang belanja virtual hingga siap dikirim ke rumah. Dengan adanya rekomendari produk yang ditujukan khusus untukku, wah... aku merasa jadi kastemer paling istimewa. Produk yang direkomendasikan adalah produk yang memang menarik dan sesuai dengan yang kuminati. <a href="http://qlapa.com/" target="_blank">qlapa</a> tahu saja apa yang kumau. Jadi pengen belanja kan...<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdDZ5mDpKM9ahXo6BMjHw9OfE_mji4YN4lh5gylA8_n32W-uNwBq0WdnuIi0mfF326TyuBndUDeedaZXTTTa1gGcEYKoj0sgMl5wqIpV5w0n9pAp7_n4j53GgNXqVVfCCql8we/s1600/qlapa-inspirasi+kado.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="477" data-original-width="1153" height="165" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdDZ5mDpKM9ahXo6BMjHw9OfE_mji4YN4lh5gylA8_n32W-uNwBq0WdnuIi0mfF326TyuBndUDeedaZXTTTa1gGcEYKoj0sgMl5wqIpV5w0n9pAp7_n4j53GgNXqVVfCCql8we/s400/qlapa-inspirasi+kado.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">inspirasi kado dari qlapa.com</td></tr>
</tbody></table>
Tak ayal aku pun jadi kalap mata saat mencermati deretan produk berkualitas yang tersedia di sana. Sebagai penyuka produk etnik, aku bisa menemukan banyak item di web ini, yang membuatku tergoda untuk mengaktifkan token e-banking, bersiap menjemput barang yang kumau. Untuk koleksi barang unik, banyak tersedia di sini. Mencari hadiah untuk rekan dan kerabat dengan gaya dan keunikannya masing-masing, atau mencari produk pelengkap gaya hidup pun tak sulit ditemukan di satu web saja, cukup di <a href="http://qlapa.com/" target="_blank">qlapa</a>. Selain itu, catat lagi nih... barang yang kita inginkan bisa kita minta <i>customise</i>, dibuat atau dimodifikasi sesuai permintaan dan keperluan kita.<br />
<div style="text-align: right;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAB2B_zhXgoCK-KtWqcSB-RFPRr5v-EVd8Q4-USjvTcpw_xk0CL0kftaG9vDTjckTZGR-3FoLsCs57KKoZpswcPrdhXkEYMX5bhP-PSSU8P64leab7G2peaycfQSD1phOxPR9e/s1600/qlapa-limited+produk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="397" data-original-width="1185" height="134" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAB2B_zhXgoCK-KtWqcSB-RFPRr5v-EVd8Q4-USjvTcpw_xk0CL0kftaG9vDTjckTZGR-3FoLsCs57KKoZpswcPrdhXkEYMX5bhP-PSSU8P64leab7G2peaycfQSD1phOxPR9e/s400/qlapa-limited+produk.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">produk limited edition</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: right;">
</div>
Aku dibuat terpesona dengan luasnya <i>range </i>produk yang tersedia di <a href="http://qlapa.com/" target="_blank">qlapa</a>. Dengan standar kualitas tinggi, jumlah barang yang tersedia cukup terbatas, tapi kesannya jadi eksklusif. Sebagai orang yang belajar desain dan seni, aku sangat mengapresiasi karya buatan tangan. Aku tahu bagaimana sulitnya membuat sebuah produk orisinil tapi terlalu malas untuk membuatnya sendiri. Dengan begitu aku harus siap dengan konsekuensi untuk membayar lebih untuk sebuah produk berkualitas.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj9a2K-2o51vwiqi9gmDktE0vdARgR7tiFZgachaDKfpC429EnzETDdqgMNmd1gUzTzU464BAXpzsyZ2Ax74KXyp3zUhE4R5R-LPb3-g2VCQY4lLb6Xtj7kTqpcSe3FEy8iEs-/s1600/Celemek+bolak-balik-batikmania.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="373" data-original-width="407" height="293" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj9a2K-2o51vwiqi9gmDktE0vdARgR7tiFZgachaDKfpC429EnzETDdqgMNmd1gUzTzU464BAXpzsyZ2Ax74KXyp3zUhE4R5R-LPb3-g2VCQY4lLb6Xtj7kTqpcSe3FEy8iEs-/s320/Celemek+bolak-balik-batikmania.jpg" width="320" /></a></div>
Eh dipikir-pikir lagi, aku kok jadi tergoda untuk ikut meramaikan ranah bisnis ini ya. Kulirik mesin jahit di kamar sebelah, rasanya masih sangat bisa diberdayakan. Kain-kain tradisional yang selama ini jadi penghuni lemari bisa kumanfaatkan untuk membuat produk handmade unik yang layak jual Siap mendapatkan produk etnik cantik buatanku? Celemek bolak-balik ini salah satu contohnya. Kuhadiahkan kepada ibu angkat host family-ku ketika di Jepang dulu. Dia senang mendapatkan produk yang memang dia ingin dan perlukan. Rasanya bisa kubuat beberapa lagi untuk ikut kupajang melalui qlapa.com. Tapi untuk detilnya sih... kita 'ketemu' di <a href="http://qlapa.com/">qlapa.com</a> saja yaa. ;)</div>
Unknownnoreply@blogger.com9