Tuesday, June 26, 2007

Buang sampah di mana...?

Sebel banget deh, sudah beberapa hari ini aku ada di belakang mobil-mobil yang penumpang dan sopirnya buang sampah sembarangan!
Yang pertama, sebuah mobil kijang bernomor polisi Jakarta ketika kita sedang sama-sama menanti lampu hijau di persimpangan lepas gerbang tol Pasteur. Seorang pejalan kaki membagikan selebaran, mungkin info resto baru atau entah apa-lah. Ditambil oleh penumpang di kursi tengah. Tapi belum lagi berlalu, dibuangnya dengan semena-mena kertas itu ke jalan. HEY!!! Kalo nggak tertarik dengan info di selebaran itu, kembaliin aja, kenapa sih? Nggak cukup dengan itu, menyusul kemudian puntung rokok yang dibuang ke jalan. Sembarangan! Nggak punya keranjang sampah ya di dalam mobil? Kutekan klakson untuk mengingatkan. Iya... iya... Aku tahu lampu masih merah. Aku nggak minta jalan kok. Aku cuma mau ngingetin supaya jangan buang sampah sembarangan.
Yang berikutnya, sebuah kendaraan bernomor polisi "N", dari mana tuh? Lempar tissue dengan ringannya. Tambah lagi tadi pagi seorang penumpang motor membuang plastik sisa batagor ke pinggir jalan (Aku yakin, dari tampilannya, yang dia buang pasti bungkus batagor, sisa sarapannya, kali). Asli, ke pinggir jalan, bukan berusaha membuang ke tempat sampah di pinggir jalan dan meleset. Satu yang paling baru, tadi sore. Kali ini sebuah mobil bernomor "D" membuang gelas plastik bekas air mineral ke tengah jalan!!!. Eh..., orang Bandung ngotorin kotanya sendiri?? Sungguh teganya deh. Lagi-lagi, kubunyikan klakson di belakangnya. Yuk! kita budayakan membunyikan klakson (atau menyalakan lampu dim) di belakang kendaraan yang membuang sampah sembarangan. And let's keep our neighborhood clean...!

Tuesday, June 19, 2007

Kakak Iparku Berpulang

Sabtu, 16 Juni 2007. Sejak pagi menjelang siang, sampe malam menjelang, aku bareng bu Tika. Ke Salman dulu, menggarap lanjutan laporan naratif buat anak-anak kelas 1. 1A, selesai. 1B setengah jalan. Berlanjut bincang-bincang dengan beberapa guru di sekolah, aku nggak makan siang di sekolah (emangnya aku masih di-jatah-in?), akhirnya pergi makan bareng bu Tika dan bu Tia.
Sore, mampir dulu di masjid Salman, numpang shalat ashar, lalu ke Rabbani, nyari kerudung kaos. Aku beli satu, yang warna biru tua, setelah milih-milih cukup lama juga. Sementara bu Tika beli satu kerudung sifon putih. Shalat maghrib di mushala Rabbani, lalu kita berniat pulang.
Ketika kuambil tas di tempat penitipan tas, kulihat handphone-ku berisi 1 pesan baru dan 6 miscall dari ibu. Pesan dari mbak Yayu,"D, tlg doain. Sam dtk jantungnya ga kedeteksi sama aku" DEG!!! Kaget juga. Kutelfon ibu, tadinya mau minta beliau menelfon balik, karena pulsaku sudah di ambang kritis. Tahu-tahu ibu dengan suara tegasnya menyuruhku untuk segera pulang dan berkemas untuk pergi ke Depok karena mas Samuel meninggal dunia sore tadi. Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun. Tentu tak menunggu lama, walaupun sempat bengong sebentar, aku segera pulang. Telfon-telfonan sama mbak Rani yang kujemput di seputaran Uninus, juga A-Lulu yang bersedia mengantar kami ke Depok.
Sekitar jam 9 malam berangkat dari rumah, sampai Depok sedikit lewat tengah malam. Tasya sedang ngobrol di dekat rumah dengan teman-temannya. Belum mau pulang, katanya. Mungkin takut menangis lagi. Sementara Adam sudah tidur. Kecapekan, mungkin. Setelah menunggui ayah mereka, berjuang melawan sakitnya. Seperti meracau, padahal mungkin 'hanya' untuk mengalihkan perhatian dari sakitnya sakaratul maut, lalu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di depan anak-anaknya sendiri! Adam juga diminta memanggil dokter untuk memastikan status meninggalnya mas Samuel. Ke rumah sakit di depan kompleks mereka, Sendiri! Mbak Yayu bolak-balik menerima tamu yang datang takziah. Di depan rumah sudah dipasang tenda dan kursi-kursi yang diurus oleh tetangga sebelah menyebelah. Sementara jenazah terbaring kaku di ruang depan yang dikosongkan. Selamat jalan, mas Samuel. Semoga lapang jalanmu menghadap-Nya.
Umur betul-betul jadi rahasia Allah. Kakak iparku itu belum lagi 42 tahun. Sakit sih... berawal dari lupus (yang sebetulnya jarang banget diderita oleh laki-laki). Lalu setelah beberapa tahun berlanjut jadi komplikasi penurunan fungsi ginjal (atau malah sudah sampai tahap gagal ginjal?), lalu kena heparnya juga. Tapi ini memang sudah jadi takdir Allah. Apapun ikhtiar manusia, kalau sudah sampai ajalnya, tak ada yang bisa mengundurkan ataupun mengajukannya. Almarhum meninggalkan kakakku menjanda dengan 2 anak. Tasya baru didaftarkan ke SMA, sementara Adam baru mau naik kelas 6, dan Evaluasi Hasil Belajar alias ulangan umumnya dimulai hari Senin ini! Padahal, mas Samuel sudah berencana pergi haji tahun ini dan bahkan sudah melunasi ONH. Mbak Yayu nangis lagi ketika bilang bahwa harapannya untuk pergi haji bersama akhirnya pupus. Tak ada yang bisa menghibur selain dirinya sendiri. Dia pun tahu bahwa niat mas Samuel sudah dicatatkan, bahkan mungkin sudah mabrur jika niatnya tulus. Semoga Allah meridhoinya. Amiin.

Thursday, June 14, 2007

Surat Layla

Layla ingin tahu cara berkirim surat. Ponakanku itu betul-betul penasaran dan tak bisa menunggu lagi. Ibuku ditelfon, siapa tahu bisa ngantar Layla ke kantor pos. Sebetulnya ibu baru saja pulang dari bepergian, tapi kemudian segera bersiap untuk pergi lagi, dengan catatan: Layla harus sudah siap ketika dijemput eyang.
Betul saja. Dia sudah berganti baju, menyiapkan bekal makanan kecil dan minuman dalam botol. Kakak juga ingin ikut. Rupanya dia pun ingin tahu proses pengiriman sepucuk surat hingga sampai ke tangan penerima. Maka berangkatlah mereka bertiga ke kantor pos buah batu.
Di depan loket, terjadilah dialog.
"Ini ada anak kecil mau beli perangko, Pak. Berapa biayanya?"tanya ibuku.
"Ah, ini sih dekat... seribu saja." jawab petugas di balik loket.
"Mau dikirim ke mana?" tanyanya lagi.
"Ke rumah eyang." jawab Layla.
"Ya diberikan saja ke eyangnya," kata pak pos lagi.
"Justru itu, saya dari alamat yang tertera di amplop itu." sambung ibuku lagi.
"Tapi anak ini ingin tahu caranya berkirim surat."
Ah... ada-ada saja. Pak pos geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Layla menyerahkan kembali amplop yang sudah ditempelinya perangko kepada petugas pos di balik loket, lalu mereka bersiap pulang.
Keesokan harinya, surat itu sudah kuterima.
"tante diah, kalau neng ke rumah nyang lihat kolesi perangko nyah tante diah" ditandatangani, layla. Itu isi suratnya. Asli, tulisan Layla, tanpa campur tangan bunda atau kakaknya. Yang nempel perangko juga dia. Bunda hanya menuliskan alamat di sampul depan untuk menghindari salah alamat. Nah, Layla sudah tahu kan cara berkirim surat? Aku jadi teringat untuk menuliskan surat balasan untuknya. Dia pasti senang mendapatkannya.

Wednesday, June 13, 2007

Virus Attack!

Sejak awal mula kedatangan PC di kantor kita, sebetulnya sudah 'tercium' adanya serangan virus menyelinap diam-diam. Beberapa file menggandakan diri dengan sendirinya, flash-disc yang tak terdeteksi keberadaannya, juga kinerja PC yang jadi lambat (atau emang udah lemot dari sononya? Hehe...). Beberapa teman membawa laptop ataupun PC dari rumah untuk memperlancar pekerjaan. Kalau nggak begitu, antrian di depan komputer nggak akan berhenti-berhenti. Kerjaan kita nggak akan beres deh. Bu Shita bahkan membawa scanner-nya dari rumah untuk kita gunakan. How nice...
Hari ini sebetulnya dateline untuk menyelesaikan target kerjaan kita, tapi tahu-tahu... 3 file bu Reni lenyap seketika. Bu Rima juga kehilangan file. Mbak Indri bilang dia juga kehilangan data. Satu file-ku juga raib, sementara file-lainnya nge-hang melulu. Baru ngetik satu-dua kata saja, nge-save satu-dua kali, tahu-tahu "not responding". Wadduh...! Bikin frustrasi banget deh. Lalu yang katanya recovered file, bentuknya jadi berubah nggak karuan. Watau!!! Terpaksa bikin file baru dan mengulang tahapan kerja copy-paste berulang-ulang. Setiap tahap juga di-save supaya perubahannya terpantau selalu. Akhirnya targetku tak tercapai. Cuma 4 kelas yang akhirnya selesai. Maaf ya, bu Asri, pak Syaiful. Mudah-mudahan besok bisa menyelesaikan sisa kerjaanku. Insya Allah.

Monday, June 11, 2007

Sehari Bersama Bu Tika

Lewat jam 10, disamper bu Tika. Kita mau melewatkan hari bersama, ke banyak tempat. Tangan bu Tika agak bengkak, jadi aku yang mbawa motor. Nyantai aja, nggak seperti kalau bu Tika yang mbawa. Kulirik speedometer berkali-kali, jarumnya menunjuk kisaran angka 30-50 km per jam saja. Asli, nyantai. Hehe...
Pemberhentian pertama, nikahannya bu Reni di seputaran Cijerah. Bu Tika navigator yang baik. Walaupun kita sempat bertanya arah yang harus kita tuju beberapa kali, tapi kita nggak sampai nyasar. Ramai juga di sana. Ketemu beberapa rekan guru juga murid-murid Salman. Serasa reuni kecil.
Jam satu lewat, bu Tika mulai gelisah. Dia harus pergi, sudah ada janji lain. Baiklah... usai penantian menunggu pengantin berganti kostum, ternyata dilanjut dengan sesi foto di kamar pengantin. Tak ingin mengganggu, akhirnya kita pamitan tanpa sempat berfoto bersama pengantin.
Next stop, kita ke Ciburial. Jauh juga tuh, nanjak ke arah utara Bandung, di Dago atas. Aku ngedrop bu Tika di sana, lalu 'turun gunung' lagi untuk mampir ke warnet, dilanjut dengan berkunjung ke rumah mbak Indri. Nggak lama. Sekitar jam 7-an, bu Tika siap pulang. Kita ketemu di depan kantor polisi Cisitu (nggak elit banget deh..), lalu pulang bareng. Masih aku yang mbawa motor.
Tadinya mau makan malam bareng. Bu Tika kelaparan, soalnya di kondangan tadi dia nggak sempat menyelesaikan makan siangnya, keburu diambil petugas pembersih. Rajin banget deh, sebetulnya dia cuma nyimpan piringnya di kursi sebelah sementara dia nerima telefon. Padahal dia baru makan 2-3 suap saja! Makanya lapar. Niatnya mau makan sambil bincang-bincang, tapi akhirnya sudah terlalu malam. Jam 9 kurang dikit. Sudah cukup larut buat kita. Akhirnya kita berpisah dengan janji akan ketemu lagi segera. Insya Allah. Sehari bersama bu Tika, terulang kembali. (pekan-pekan ini kok jadi banyak 'napak tilas' ya? hehe...)

Sunday, June 10, 2007

Silaturahim

Santi-nya Sjamsoel nelfon, ngabarin bahwa mereka sedang ada di Bandung. "Kalau berkesempatan, mampirlah", undangnya. Sore itu aku baru pulang dari 'piket jaga warung' di Ruko Ratnaniaga, dan ada hal yang harus aku kerjakan di warnet. Maka kubilang, "Selesai dari warnet deh, insya Allah kita bisa ketemu."
Kupenuhi janjiku. Kutemui mereka di tempat nginapnya, bertemu dengan seluruh anggota keluarga. Sjamsoel, Santi, teh Nisa si sulung, kakang dan Didan. Maaf, aku nggak bawa oleh-oleh apapun buat anak-anak yang sekarang sudah mulai tumbuh besar itu. Kita 'sekedar' ngobrol aja sih, betul-betul 'sekedar' silaturahmi. Maksudnya, kita ketemu bukan untuk membicarakan bisnis apapun. Mungkin inilah yang dimaksud dengan menyambungkan tali silaturahmi, memanjangkan umur dan barakah. Insya Allah.

Friday, June 08, 2007

Napak Tilas

Kemarin malam janjian ketemu sama Ita dan bu Umi lagi. Tanpa (terlalu) sengaja, akhirnya kita seolah melakukan napak tilas dari pertemuan kita sebelumnya (tanggal 5 April lalu, kalo nggak salah).
Ketemu di pelataran parkir masjid Salman, Ita datang kemudian. Nggak berapa lama setelah itu, bu Umi bergabung lalu membahas tujuan kita. Aku, nggak mau makan di tempat yang menguras isi kantong, soalnya salary-ku bulan ini belum penuh, sementara pengeluaranku untuk transport saja sudah menguras banyak sekali isi dompetku. Makanya, nggak bisa pergi ke tempat mahal. Harus mengencangkan ikat pinggang! Kebetulan, kali ini bu Umi nggak bisa makan segala produk tepung-tepungan, jadi opsi PizzaHut dilewat begitu saja. Akhirnya ke Hoka Bentou (lagi). Makan dan ngobrol macem-macem sampe sekitar maghrib, lalu nyeberang ke BIP untuk numpang shalat di sana. Sementara aku mampir ke Point, dan akhirnya malah beli cat untuk gelas (glass-deco gitu deh). Padahal mahal kan? Kupikir ya... jadi modal aja. Kalo beli di kesempatan lain, harganya mungkin bisa melambung lebih mahal lagi. (Hhh, alasan doang!)
Keluar dari Point, kita masih barengan, dan masih pengen ngobrol. Akhirnya ke PizzaHut juga, cuma buat beli minum dan nerusin ngobrol. Persis seperti kejadian beberapa waktu lalu! Nyaris nggak berhenti kita ketawa-ketiwi. Tapi tentu saja di sela ketawa-ketiwi kita masih berbagi mimpi, yang juga saling mendoakan agar terwujud suatu hari nanti. Insya Allah.

Monday, June 04, 2007

Ke Istana Negara!!!

Hari Sabtu tanggal 2 Juni lalu aku dan hampir 150 orang guru dari Bandung, plus 350-an guru lainnya dari Jakarta 'jebolan' pelatihan guru program CSR Telkom & Republika diundang ke Jakarta. Acaranya reuni akbar I, setelah acara pelatihan tersebut digelar sebanyak 10 angkatan di dua kota, Bandung dan Jakarta. 3 angkatan di Bandung dan 7 angkatan di Jakarta. Aku sendiri termasuk kelompok angkatan ke-4, tapi ke-1 di Bandung. Reuni itu juga sekalian silaturahim dengan beberapa petinggi negara, menteri pendidikan nasional dan ketemu langsung dengan presiden.
Ya, SBY himself! Awalnya nggak percaya. Beberapa kali ditelfon pak Yanyan (people in charge dari perwakilan Republika Bandung (?)), dia emang bilang bahwa kita dijadwalkan akan ketemu presiden, padahal kupikir acara reuni itu akan jadi acara intern kita aja. Tapi ternyata kita (bersepuluh bus!!) berangkat ke istana negara untuk bertemu dengan beliau. Setiap kita juga diberi kesempatan bersalaman langsung dengan beliau. Sebetulnya bukan sesuatu yang terlalu istimewa. Seperti yang beliau katakan, beliau adalah manusia biasa, yang sedang berupaya menunaikan amanah yang diembankan ke pundaknya. Sebagai manusia biasa, mengapa harus merasa istimewa bersalaman dengannya? Tapi tentu saja ini kesempatan langka, jadi tak apa kan kalau fotonya kupajang di sini... Hehe... ;)
Kita sempat disuguhi penganan kecil di istana, setelah itu bertolak ke taman wisata Mekarsari. Makan siang di sana, shalat, lalu jalan-jalan keliling kebun buah plus menikmati presentasi menarik tentang kekayaan ragam buahan di Nusantara. Sebuah pengalaman lain yang betul-betul memperkaya. Terima kasih banyak ya, Telkom, Republika, TW Mekarsari, juga staf istana negara. Ucapan syukur tertinggi tentunya hanya untuk Allah SWT. Karena Dia-lah perjalanan hidup membawaku hingga saat ini. Bila tidak jadi guru seperti yang ditakdirkan-Nya, belum tentu aku akan bisa menjalani semua ini. Fabiayyi aala-i Robbikumaa tukadzdibaan.

2 Weeks Training

Dua minggu di tempat kerja baru. Dimulai dengan training guru baru yang semuanya berjumlah 22. Trainers langsung didatangkan dari Al Irsyad Singapur. Dua orang di antaranya adalah yang kutemui saat interview lalu, mewawancara. Salah satunya, pak Amran Noordin, yang sesi Invitational Education-nya betul-betul mbikin aku merasa banyak dosa sama anak-anak yang lalu. Banyak untintentional disinviting moments yang kulakukan. Untuk ke depannya, mesti lebih sadar diri dong untuk melakukan intentional inviting actions to the students. So does listening, speaking, reading and writing in English. He kept telling us to practice our English to improve it. It's one way to do so. Practice, practice, practice! Practice might make perfectly right, or in contrary, practice makes perfectly wrong. So be careful, 'coz actually practice makes permanent. Other two are mentors, Al Irsyad's teacher, Ms.Nadiyawati and Ms.Zainab. Both are kind and patient. They answered all our questions kindly, whether it's about Al Irsyad and their personal life as well. For several days, pak Amran let me use his personal notebook to work on my Action Plan and Scheme of Work. What a privilege. He said "It's ok, it's 'only' a notebook." Well... for him, it's 'only' a laptop, for me... laptop is special thing, so I really feel honored to be able to use his.
At the end of the training session, we took pictures, the 22 teachers of Al Irsyad Satya's, 2 mentors and 2 trainers from Al Irsyad Singapore. Here we are...! I took the picture using stool as the tripod (what a 'primitive' way to take picture. Haha...!)

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka