Education is learning what you didn't even know you didn't know.
Daniel J. Boorstin
Monday, August 27, 2007
Ke Salman Lagi
Hari Sabtu lalu, aku ke Padalarang untuk menggarap soal tes tengah semester. Pusing juga mbikin soalnya. 2 hari nggak jadi-jadi. Masalahnya... keseluruhan soal harus pakai bahasa Inggris, sedangkan aku memikirkan muridku yang sangat tidak familiar dengan bahasa Inggris. Kata ‘place” aja dia nggak tahu. Masih bolak-balik nanyain,”Miss.. ini artinya apa sih..?” Wah, kalau begitu, aku mesti betul-betul hati-hati merancang soal dengan penggunaan kosa kata yang masih terbatas. Ini berarti, bolak-balik soal, masih pake kata yang sama juga kan? Lieur oge yeuh... Aku sampai beberapa kali tanya-tanya ke S’pore tentang hal ini, ke bu Zainab dan pak Amran. Kubikin soal, sambil chatting-an. Lebih lancar chatting-nya daripada mbikin soal. Haha...!
Jam 2-an, soal selesai. Ada janji yang harus kutunaikan. Janjian ketemu bu Tika dan pak Nino di Salman. Pak Nino mau pinjam terjemahan al-Quran bahasa Inggris, sedangkan janji dengan bu Tika, ah... karena kangen aja. Mau cerita-cerita lagi.
Berangkat jam 2 lewat dikit dari kota baru, ternyata makan waktu juga untuk sampe Salman. Banyak hambatan di jalan! Lepas gerbang tol, antrian panjang sudah menanti di persimpangan Pasteur. Lolos dari jalan layang pasupati, masih harus antri lagi di perempatan Simpang. Dapat 3 kali lampu merah, baru lolos. Masih ada ‘obstacle’ lain lagi. Ngantri lagi di U-turn menuju Tb.Ismail. Di Tb.Ismail Raya, masih ngantri lagi karena ada perbaikan jalan. Hh... What a long journey. Kalo gini, aku suka tuh sama ‘lengangnya’ jalan ke kota baru Parahyangan. Hehe... Nyampe Salman, sudah masuk waktu ashar. Shalat ashar dulu di masjid. Wah... kangennya dengan suasana masjid di komplek SD Salman itu. Kunikmati detik-detiknya. Setelah itu, kembali ke ruang guru dan ketemu bu Tia, pak Eko, pak Nino, dan bu Tika tentunya. Bincang-bincang dengan mereka. Lapar...! Aku memang belum sempat makan siang di Padalarang. Dipersilakan makan di Salman deh. Hehe... serasa kembali ke rumah. Padahal saat itu statusku adalah tamu ya? Ya udah, serasa dijamu oleh tuan rumah yang sudah kukenal dekat. Hehe... Kunikmati makan siangku, dengan ikan bumbu kuning, sayur asem Jakarta (kalo nggak salah), dan mendoan. Plus buah semangka dan perbincangan hangat. Wah... nikmat sekali. Alhamdulillah.
Usai makan, pak Nino sudah pulang. Aku dan bu Tika ngajak bu Tia ikut jalan-jalan, tapi rupanya dia punya tugas yang harus diselesaikan di sekolah. Persiapan acara Supercamp akhir pekan depan, ke Sumedang. Ya sudah, akhirnya aku dan bu Tika aja yang berangkat. Tujuan berikutnya? Potluck kafe, untuk browsing internet gratis dengan fasilitas hotspot di sana. Lama juga lho, dari jam 4 atau setengah 5-an, sampe jam 7-an. Cerita banya...k! Muas-muasin kangen. Kapan-kapan, ketemu lagi ya...!
Jam 2-an, soal selesai. Ada janji yang harus kutunaikan. Janjian ketemu bu Tika dan pak Nino di Salman. Pak Nino mau pinjam terjemahan al-Quran bahasa Inggris, sedangkan janji dengan bu Tika, ah... karena kangen aja. Mau cerita-cerita lagi.
Berangkat jam 2 lewat dikit dari kota baru, ternyata makan waktu juga untuk sampe Salman. Banyak hambatan di jalan! Lepas gerbang tol, antrian panjang sudah menanti di persimpangan Pasteur. Lolos dari jalan layang pasupati, masih harus antri lagi di perempatan Simpang. Dapat 3 kali lampu merah, baru lolos. Masih ada ‘obstacle’ lain lagi. Ngantri lagi di U-turn menuju Tb.Ismail. Di Tb.Ismail Raya, masih ngantri lagi karena ada perbaikan jalan. Hh... What a long journey. Kalo gini, aku suka tuh sama ‘lengangnya’ jalan ke kota baru Parahyangan. Hehe... Nyampe Salman, sudah masuk waktu ashar. Shalat ashar dulu di masjid. Wah... kangennya dengan suasana masjid di komplek SD Salman itu. Kunikmati detik-detiknya. Setelah itu, kembali ke ruang guru dan ketemu bu Tia, pak Eko, pak Nino, dan bu Tika tentunya. Bincang-bincang dengan mereka. Lapar...! Aku memang belum sempat makan siang di Padalarang. Dipersilakan makan di Salman deh. Hehe... serasa kembali ke rumah. Padahal saat itu statusku adalah tamu ya? Ya udah, serasa dijamu oleh tuan rumah yang sudah kukenal dekat. Hehe... Kunikmati makan siangku, dengan ikan bumbu kuning, sayur asem Jakarta (kalo nggak salah), dan mendoan. Plus buah semangka dan perbincangan hangat. Wah... nikmat sekali. Alhamdulillah.
Usai makan, pak Nino sudah pulang. Aku dan bu Tika ngajak bu Tia ikut jalan-jalan, tapi rupanya dia punya tugas yang harus diselesaikan di sekolah. Persiapan acara Supercamp akhir pekan depan, ke Sumedang. Ya sudah, akhirnya aku dan bu Tika aja yang berangkat. Tujuan berikutnya? Potluck kafe, untuk browsing internet gratis dengan fasilitas hotspot di sana. Lama juga lho, dari jam 4 atau setengah 5-an, sampe jam 7-an. Cerita banya...k! Muas-muasin kangen. Kapan-kapan, ketemu lagi ya...!
Friday, August 24, 2007
Thursday, August 23, 2007
Kualitas pemimpin sejati
Kutip abis dari tulisan di blog tetangga, "lamunan-sejenak.blogspot.com". Bagus! Semoga semua yang merasa jadi pemimpin bisa mbaca dan menerapkan konsep ini. ;)
17. Kemapanan: Kompetensi takkan pernah dapat mengkompensasikan ketidakmapanan
Seperti apa sih ciri pemimpin yang tidak mapan?
1. Mereka tidak memberikan kemapanan kepada orang lain
Semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk kepada para pemimpin yang mapan. Amiin.
Tulisan ini berdasarkan buku karangan John C. Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of a Leader. Tiada maksud untuk menulis ulang buku ini (takut kena urusan copyright hehehe ...), tapi lebih berupa ringkasan berdasarkan pemahaman saya .. :-O
17. Kemapanan: Kompetensi takkan pernah dapat mengkompensasikan ketidakmapanan
Tak seorangpun dapat menjadi pemimpin besar jika ingin melakukan segalanya sendirian atau memonopoli kredit atas keberhasilan timnya - Andrew Carnegie
Menurut Maxwell, Margaret Thatcher adalah salah satu contoh seorang pemimpin yang kuat dan mapan. Sepanjang hidupnya, mulai sejak masa kuliah, memasuki dunia politik, memegang berbagai jabatan pemerintahan hingga menjadi perdana menteri untuk 3 periode berturut-turut, Thatcher selalu ingat akan nasihat ayahnya, "Tidak usah ikut arus; ambil saja keputusan sendiri." Ia, tidak pernah ragu sama sekali terhadap diri sendiri atau keyakinannya.
Seperti apa sih ciri pemimpin yang tidak mapan?
1. Mereka tidak memberikan kemapanan kepada orang lain
Seperti kata pepatah lama, "Anda tak mungkin memberikan sesuatu yang anda tidak miliki." Seperti orang yang tidak terampil, ia tak dapat memberikan ketrampilannya kepada orang lain. Begitu juga orang yang tidak mapan, ia takkan dapat membuat orang lain merasa mapan.
2. Mereka mengambil lebih banyak dari memberiOrang yang tidak mapan selalu sibuk mencari validasi, pengakuan, serta kasih. Fokus mereka adalah menemukan kemapanan, bukan menanamkannya pada orang lain.
3. Mereka terus membatasi orang-orangnya yang terbaik.Pemimpin yang mapanlah yang dapat memberikan kekuatan kepada orang lain. Sebaliknya, pemimpin yang tidak mapan menimbun kekuasaan.
4. Mereka terus membatasi organisasinya.Jika para pengikut diremehkan dan tidak dihargai, mereka menjadi kecil hati dan akhirnya tidak lagi berprestasi maksimal. Jika ini terjadi, seluruh organisasi akan menderita. Para pemimpin yang mapan mampu percaya kepada orang lain karena mereka percaya pada diri sendiri. Mereka tidak sombong; mereka tahu kekuatan dan kelemahan diri dan menghargai diri sendiri.
Semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk kepada para pemimpin yang mapan. Amiin.
Wednesday, August 22, 2007
Monday, August 20, 2007
Mbak Indri melahirkan
Sejak Sabtu kemarin, mbak Indri masuk Rumah Sakit. Kabarnya bleeding. Nova yg ngasih tahu via SMS, bahkan sempat ngajakkin nengok ke Borromeus. Tapi adduuh... maaf ya, badanku pegal-pegal akibat tarik tambang kemarin. Maklum... nggak biasa olahraga, sekalinya ‘mengerahkan tenaga’, abis-abisan pula, pegal-pegallah jadinya. Hehe... Kutelfon dulu dia, sebagai pengganti kehadiranku.
Di telfon, ngomongin kerjaan pula. Dia rupanya nggak mengalokasikan siapapun sebagai asisten di kelas yang diajarnya sebagai antisipasi pengganti kalau dia harus pergi-pergi, apalagi setelah kejadian sekarang ini. (Padahal selama ini, dia yang ngutak-atik jadwal. Mbok ya ‘diakalin’ gitu...) Aku sendiri, punya feeling kalau mbak Indri akan melahirkan sekarang-sekarang ini. Dia bilang, dengan anak kedua juga ‘kasusnya’ serupa. Bleeding di bulan ke-7, istirahat sebentar di RS, pulang lagi, dan si bayi ‘nunggu’ sampe 9 bulan baru dilahirkan. Dia berharap, si bayi kali ini juga ‘ikut jejak kakaknya’, malah dia udah berencana mau ‘kabur’ dari RS supaya bisa ngusahain masuk kerja lagi di hari Selasa. Tapi... apa daya...?
Hari Senin, dia dijadwalkan untuk menjalani operasi caesar. Masalahnya, placenta-nya menghalangi jalan lahir. Entah bagaimana prosesnya, pokoknya dokter memutuskan harus sectio, segera! Jadilah Senin pagi itu mbak Indri menjalani pembedahan. Senin sore, aku dan Pury nengokkin, bergantian dengan mbak Shita, Tri dan suaminya, bu Neneng & pak Joko siang harinya, lalu bu Irma & pak Syaiful juga ikut bezoek. Aku nunggu dan ngobrol ini-itu di sana sampe agak malam, karena keluarganya nggak ada yang jaga. Jam 8 kurang seperempat, dua orang kawan mbak Indri lainnya datang, dan moment ini kumanfaatkan untuk sekalian pamit pulang. Pada intinya, selamat datang adik kecil. Semoga jadi anak yang shalih dan bisa memuliakan ibu dan agamamu. Amiin. Oya, siapa namanya? Mbak Indri cuma bilang, “Nazhif”, belum tahu lagi mau ditambahin apa di depan atau belakang nama itu. Hm... Ada yang mau nyumbang nama? Kubilang, “Gimana kalo Nazhif Ali?” Hehe... dia protes berat. Ogah, katanya kayak penyanyi dangdut. Ehh???
Di telfon, ngomongin kerjaan pula. Dia rupanya nggak mengalokasikan siapapun sebagai asisten di kelas yang diajarnya sebagai antisipasi pengganti kalau dia harus pergi-pergi, apalagi setelah kejadian sekarang ini. (Padahal selama ini, dia yang ngutak-atik jadwal. Mbok ya ‘diakalin’ gitu...) Aku sendiri, punya feeling kalau mbak Indri akan melahirkan sekarang-sekarang ini. Dia bilang, dengan anak kedua juga ‘kasusnya’ serupa. Bleeding di bulan ke-7, istirahat sebentar di RS, pulang lagi, dan si bayi ‘nunggu’ sampe 9 bulan baru dilahirkan. Dia berharap, si bayi kali ini juga ‘ikut jejak kakaknya’, malah dia udah berencana mau ‘kabur’ dari RS supaya bisa ngusahain masuk kerja lagi di hari Selasa. Tapi... apa daya...?
Hari Senin, dia dijadwalkan untuk menjalani operasi caesar. Masalahnya, placenta-nya menghalangi jalan lahir. Entah bagaimana prosesnya, pokoknya dokter memutuskan harus sectio, segera! Jadilah Senin pagi itu mbak Indri menjalani pembedahan. Senin sore, aku dan Pury nengokkin, bergantian dengan mbak Shita, Tri dan suaminya, bu Neneng & pak Joko siang harinya, lalu bu Irma & pak Syaiful juga ikut bezoek. Aku nunggu dan ngobrol ini-itu di sana sampe agak malam, karena keluarganya nggak ada yang jaga. Jam 8 kurang seperempat, dua orang kawan mbak Indri lainnya datang, dan moment ini kumanfaatkan untuk sekalian pamit pulang. Pada intinya, selamat datang adik kecil. Semoga jadi anak yang shalih dan bisa memuliakan ibu dan agamamu. Amiin. Oya, siapa namanya? Mbak Indri cuma bilang, “Nazhif”, belum tahu lagi mau ditambahin apa di depan atau belakang nama itu. Hm... Ada yang mau nyumbang nama? Kubilang, “Gimana kalo Nazhif Ali?” Hehe... dia protes berat. Ogah, katanya kayak penyanyi dangdut. Ehh???
Friday, August 17, 2007
17 Agustus-an
Pagi 17 Agustus, upacara bendera dijadwalkan akan dimulai pukul 7. Jalanan relatif lengang, aku bisa memacu mobilku dengan kecepatan di atas rata-rata dan sampai ke sekolah sesaat sebelum jam 7. Upacara belum mulai. Anak-anak pre-school ikut berbaris di lapangan. 7 orang saja anak K1 yang hadir dan mengikuti upacara pagi itu. Mereka bisa cukup tertib sepanjang upacara penaikan bendera. Ada sedikit gangguan teknis berkait dengan CD lagu Indonesia Raya, nggak mulai-mulai. Akhirnya guru-guru mulai menyanyikan lagu kebangsaan itu dan diikuti oleh semua murid. Secara umum, upacara berlangsung tertib dan lancar. Alhamdulillah.
And here comes the fun (and hard work)! Kegiatan lomba bersama siswa dan keluarga. Tidak banyak cabang lomba yang diselenggarakan. Guru-guru ikut turun tangan juga nih akhirnya. Kulihat bu Reni ikut lomba balap bakiak tandem. Aku sendiri juga ikut bantu Sylvia (anak Nursery) dan mamanya. Sempat menang di babak pertama, tapi kalah di babak penentuan. Haha... Just having fun. Di lomba balap karung, aku hanya ikut menyemangati dan seru-seruan saja. Di ajang lomba tarik tambang, aku gabung dengan 4 orang ibu lainnya, membela kelompok “Mekkah”. Babak pertama, menang...! Langsung ditandingkan lagi dengan berganti tempat. Perjuangan yang cukup berat, sampai jatuh-bangun aku jadinya. Kali itu kalah, membuat kedudukan jadi seri. Wah, langsung pusing nih. Beneran! Sempat berkunang-kunang, mencari tempat duduk dan minum. Ahh...
Setelah pertandingan itu, kita sempat bertanding lagi melawan kelompok lainnya. Urutannya, aku tak ingat lagi. Yang jelas, kita beberapa kali menuai kemenangan sampai akhirnya dinobatkan jadi juara lomba tarik tambang putri. Hihi... Rupanya, kecil-kecil, kita ‘berotot’ juga nih. Aku, bu Hera, mama Kayla, mama Diepa, dan mamanya Iqbal jadi tim juara. Yatta...!
Setelah pertandingan itu, aku jadi supporter saja untuk kelompok Mekkah. Bapak-bapak kelompok Mekkah juga juara tuh. Tapi mereka memang besar-besar. Sedangkan giliran anak-anak, mereka sempat bersaing ketat dalam pertarungan seimbang sebelum akhirnya harus menyerah. Aku lupa kelompok mana yang jadi lawan saat itu, tapi seru aja. Suaraku sampai ‘pol’ rasanya teriak-teriak menyemangati mereka.
Jam 10.30, seluruh rangkaian pertandingan usai, sesuai dengan waktu yang direncanakan. Aku nggak langsung pulang. Makan bakso dulu di sekolah bareng Reni, Nova dan bu Asri. Reni pulang, aku menemani Nova dulu, melihat-lihat foto-foto hasil jepretan pak Insan. Daya juang Yusuf (P1) saat mengikuti lomba balap karung, seru! Ekspresinya lucu, dan moment pemotretannya, pas! Yo, sampai ketemu lagi di event lainnya.
And here comes the fun (and hard work)! Kegiatan lomba bersama siswa dan keluarga. Tidak banyak cabang lomba yang diselenggarakan. Guru-guru ikut turun tangan juga nih akhirnya. Kulihat bu Reni ikut lomba balap bakiak tandem. Aku sendiri juga ikut bantu Sylvia (anak Nursery) dan mamanya. Sempat menang di babak pertama, tapi kalah di babak penentuan. Haha... Just having fun. Di lomba balap karung, aku hanya ikut menyemangati dan seru-seruan saja. Di ajang lomba tarik tambang, aku gabung dengan 4 orang ibu lainnya, membela kelompok “Mekkah”. Babak pertama, menang...! Langsung ditandingkan lagi dengan berganti tempat. Perjuangan yang cukup berat, sampai jatuh-bangun aku jadinya. Kali itu kalah, membuat kedudukan jadi seri. Wah, langsung pusing nih. Beneran! Sempat berkunang-kunang, mencari tempat duduk dan minum. Ahh...
Setelah pertandingan itu, kita sempat bertanding lagi melawan kelompok lainnya. Urutannya, aku tak ingat lagi. Yang jelas, kita beberapa kali menuai kemenangan sampai akhirnya dinobatkan jadi juara lomba tarik tambang putri. Hihi... Rupanya, kecil-kecil, kita ‘berotot’ juga nih. Aku, bu Hera, mama Kayla, mama Diepa, dan mamanya Iqbal jadi tim juara. Yatta...!
Setelah pertandingan itu, aku jadi supporter saja untuk kelompok Mekkah. Bapak-bapak kelompok Mekkah juga juara tuh. Tapi mereka memang besar-besar. Sedangkan giliran anak-anak, mereka sempat bersaing ketat dalam pertarungan seimbang sebelum akhirnya harus menyerah. Aku lupa kelompok mana yang jadi lawan saat itu, tapi seru aja. Suaraku sampai ‘pol’ rasanya teriak-teriak menyemangati mereka.
Jam 10.30, seluruh rangkaian pertandingan usai, sesuai dengan waktu yang direncanakan. Aku nggak langsung pulang. Makan bakso dulu di sekolah bareng Reni, Nova dan bu Asri. Reni pulang, aku menemani Nova dulu, melihat-lihat foto-foto hasil jepretan pak Insan. Daya juang Yusuf (P1) saat mengikuti lomba balap karung, seru! Ekspresinya lucu, dan moment pemotretannya, pas! Yo, sampai ketemu lagi di event lainnya.
Thursday, August 16, 2007
Hari Terakhir di K1
Pekan ini adalah pekan terakhirku ‘berdinas’ di K1. Re-deployment menempatkan aku di staff room saja, supaya bisa berkonsentrasi mengajar di Primary. 7 kelas Seni, 2 periode IQRO, plus 1 kelas bahasa Inggris (jangan salah, 9 periode lho!).
Hari terakhirku di K1, nyaris tanpa intervensi bu Neneng. Dia sibuk mengurusi persiapan lomba 17 Agustus-an besok, meninggalkanku di kelas bersama 9 anak (Shasya dan Nadya tak masuk sekolah hari itu). Setelah bertanding bersama di Assembly Court, final round, kegiatan dilanjutkan di kelas dengan lomba mewarnai gambar bendera. Mungkin karena terlalu asyik dengan kegiatannya, seorang anak lelaki sudah pipis di celana sebelum sempat pergi ke toilet. Hehe... jadi urusanku deh mengganti celananya. Ketika akan kutinggal sebentar untuk mencari lap pel, anak-anak merengek ogah ditinggal. Alvin malah berkeras ingin ikut. Untungnya tidak jauh dari pintu kelas, seorang school assistant bisa dimintai bantuan untuk membawakan lap pel. Satu masalah tertangani.
Ketika anak-anak sedang berbaris sebelum berdoa masuk ke kamar mandi, bu Asri datang membawakan worksheet baru. Angka 4 untuk diwarnai. Put it aside, safe it for later. Setelah mencuci tangan, anak-anak makan snack dengan tertib-lah. Farhan makan bekalnya, juga sempat bertukar dengan Alvin. Deninta agak kolokan hari itu. Kalau tak disuapi ‘sate roti’ -bekal yang dibawanya dari rumah- , dia nyaris tak makan sama sekali. Yasmin, seperti biasa, makan dengan rapi. Diva juga menghabiskan bekalnya, walaupun jadi yang terakhir menyelesaikan acara makannya. Nadhif, Alby, Alvin dan Zhifa, makan bekalnya masing-masing sesuai kebiasaan. Diingatkan beberapa kali, tapi rasanya mereka penurut juga hari ini. Ara sih masih susah untuk konsentrasi ke bekal yang dibawanya. Masih asyik melihat-lihat punya teman dan ‘ekspansi’ ke mana-mana, sampai harus diingatkan berkali-kali. Tapi secara umum, acara makan snack berlangsung relatif aman terkendali.
Usai makan snack, berdoa sesudah makan, lalu kulanjutkan dengan menyiapkan anak-anak untuk melanjutkan kegiatan selanjutnya di kelas. Berlatih mengucap angka 4 dan menuliskannya. Worksheet yang tersedia berupa angka 4 besar dengan tulisan “Four”, besar-besar juga. Tugasnya, warnai! Yang sudah selesai, tentu saja boleh main di playground. Farhan, seperti biasa, jadi yang pertama, dan segera keluar untuk bermain. Deninta pun sigap menyelesaikan tugasnya. Yasmin segera menyusul setelah berpindah tempat duduk ke sebelah Diva karena Alby dan Nadhif sibuk ngomong melulu. Diva, selesai juga lho. Yang lain masih harus disemangati untuk mengisi bidang kosong dengan warna yang mereka sukai. Tahu-tahu, seorang anak perempuan meminta perhatianku. Dia sempat bilang sih ingin pipis... tapi sebelum selesai memakai sandai untuk ke kamar mandi, dia sudah mulai pipis di celana. Cepat kuangkat dia ke toilet. Untungnya ada di dalam kelas. Haha...! Kejadian kedua nih di hari yang sama. Ganti baju besar-besaran deh. Untungnya, dia juga punya baju ganti di sekolah, walaupun sempat dicari-cari karena nyasar ke locker temannya. Pulanglah dia dengan membawa baju basah di tas punggungnya. “Berat...!” katanya ketika menaiki tangga ke atas. Hehe... Resiko ditanggung sendiri ya. ;)
Pekan-pekan mendatang, siapa ya yang bakal kebagian ‘jatah’ nanganin anak-anak itu? Hihi. Repot-repot juga, aku bakalan merindukan moment-moment bersama mereka.
Hari terakhirku di K1, nyaris tanpa intervensi bu Neneng. Dia sibuk mengurusi persiapan lomba 17 Agustus-an besok, meninggalkanku di kelas bersama 9 anak (Shasya dan Nadya tak masuk sekolah hari itu). Setelah bertanding bersama di Assembly Court, final round, kegiatan dilanjutkan di kelas dengan lomba mewarnai gambar bendera. Mungkin karena terlalu asyik dengan kegiatannya, seorang anak lelaki sudah pipis di celana sebelum sempat pergi ke toilet. Hehe... jadi urusanku deh mengganti celananya. Ketika akan kutinggal sebentar untuk mencari lap pel, anak-anak merengek ogah ditinggal. Alvin malah berkeras ingin ikut. Untungnya tidak jauh dari pintu kelas, seorang school assistant bisa dimintai bantuan untuk membawakan lap pel. Satu masalah tertangani.
Ketika anak-anak sedang berbaris sebelum berdoa masuk ke kamar mandi, bu Asri datang membawakan worksheet baru. Angka 4 untuk diwarnai. Put it aside, safe it for later. Setelah mencuci tangan, anak-anak makan snack dengan tertib-lah. Farhan makan bekalnya, juga sempat bertukar dengan Alvin. Deninta agak kolokan hari itu. Kalau tak disuapi ‘sate roti’ -bekal yang dibawanya dari rumah- , dia nyaris tak makan sama sekali. Yasmin, seperti biasa, makan dengan rapi. Diva juga menghabiskan bekalnya, walaupun jadi yang terakhir menyelesaikan acara makannya. Nadhif, Alby, Alvin dan Zhifa, makan bekalnya masing-masing sesuai kebiasaan. Diingatkan beberapa kali, tapi rasanya mereka penurut juga hari ini. Ara sih masih susah untuk konsentrasi ke bekal yang dibawanya. Masih asyik melihat-lihat punya teman dan ‘ekspansi’ ke mana-mana, sampai harus diingatkan berkali-kali. Tapi secara umum, acara makan snack berlangsung relatif aman terkendali.
Usai makan snack, berdoa sesudah makan, lalu kulanjutkan dengan menyiapkan anak-anak untuk melanjutkan kegiatan selanjutnya di kelas. Berlatih mengucap angka 4 dan menuliskannya. Worksheet yang tersedia berupa angka 4 besar dengan tulisan “Four”, besar-besar juga. Tugasnya, warnai! Yang sudah selesai, tentu saja boleh main di playground. Farhan, seperti biasa, jadi yang pertama, dan segera keluar untuk bermain. Deninta pun sigap menyelesaikan tugasnya. Yasmin segera menyusul setelah berpindah tempat duduk ke sebelah Diva karena Alby dan Nadhif sibuk ngomong melulu. Diva, selesai juga lho. Yang lain masih harus disemangati untuk mengisi bidang kosong dengan warna yang mereka sukai. Tahu-tahu, seorang anak perempuan meminta perhatianku. Dia sempat bilang sih ingin pipis... tapi sebelum selesai memakai sandai untuk ke kamar mandi, dia sudah mulai pipis di celana. Cepat kuangkat dia ke toilet. Untungnya ada di dalam kelas. Haha...! Kejadian kedua nih di hari yang sama. Ganti baju besar-besaran deh. Untungnya, dia juga punya baju ganti di sekolah, walaupun sempat dicari-cari karena nyasar ke locker temannya. Pulanglah dia dengan membawa baju basah di tas punggungnya. “Berat...!” katanya ketika menaiki tangga ke atas. Hehe... Resiko ditanggung sendiri ya. ;)
Pekan-pekan mendatang, siapa ya yang bakal kebagian ‘jatah’ nanganin anak-anak itu? Hihi. Repot-repot juga, aku bakalan merindukan moment-moment bersama mereka.
Saturday, August 11, 2007
Perpisahan itu...
Pagi hari Sabtu ini, berfoto di depan mess Wangsaputri (tapi ditempati bapak-bapak) sesaat sebelum Pak Amran dan Bu Zainab berangkat ke Jakarta dan melanjutkan perjalanannya ke Singapore, entah untuk berapa lama kali ini. Akan kehilangan, tentu. Aku dan Reni ikut menginap selama beberapa waktu di mess, dan aku jadi 'sopir pribadi'. Hehe... Senang-senang aja kok. Kita sudah berinteraksi sejak beberapa waktu, di sekolah dan di luar sekolah. Diskusi, bercanda, guiding, dsb. Menyenangkan. Mohon maaf bila ada salah-salah kata selama ini. Semoga Allah SWT mempertemukan kita kembali di kesempatan lain dan memetik hikmah yang lebih banyak dari silaturahim itu. Amiin.
Friday, August 03, 2007
Miss Universe is Coming to Town
Oh really?? That's the first reaction from (almost) everybody when a scribble in red marker showed on the noticeboard. It's been several days there. "Miss Universe come to Padalarang. " What's so important about that?
Kupikir, apa hubungannya dengan kita? Miss Universe datang, so what gitu lho??? Eh, ternyata konon dia dijadwalkan akan berkunjung juga ke Kotabaru Parahyangan dan Al Irsyad. Eh... ngapain??? Begitu banyak pertanyaan. Tapi kita bikin panitia kecil juga untuk penyambutan yang jadwalnya masih tentatif, entah jadi atau nggak. Bulan Mei, tepatnya. Mei-bi yes, mei-bi no. :P
Ketika membahas hal itu di rapat mingguan, sempat ada yang nyeletuk,
"Apa? Miss universe? mau datang?" Wah... pertanyaan itu udah ketinggalan jaman banget deh.
"Iya... miss Universe. Bukan Aming (yang menyamar jadi miss Universe. :p)."
"Ke mana aja, pak? Kita sudah berkomentar jauh-jauh hari nih, ente kok baru sekarang."
Sementara itu, ada juga seorang kolega yang bergaya anggun dan 'memperkenalkan diri' sebagai miss Universe. Semua jadi bertingkah deh. Hehe... Sementara si bapak yang bertanya masih terbengong keheranan. Masih belum percaya.
Aku cek situs resmi Miss Universe 2007. Dia memang dijadwalkan datang ke Indonesia di awal bulan Agustus ini, sampai tanggal 11-an, dengan event utama (?) menghadiri prosesi pemilihan Putri Indonesia 2007. Selain itu, dia pun dijadwalkan akan berkunjung ke Jakarta, Bogor, Bali, Medan, Surabaya, dan Bandung. Nah, itu dia. Di situs resmi press release-nya tidak menyebutkan kunjungan ke Kota baru Parahyangan, tapi memang salah satu tempat yang akan dikunjunginya adalah pabrik pengolahan susu di Padalarang. Mungkin jadwal kunjungan ke kota baru Parahyangan (termasuk Al Irsyad) bisa disisipkan di sela-sela padatnya jadwal sang miss Universe. Jangan sampai miss-understand and miss-appointed aja kalo ternyata kunjungan ke AIS batal. Hehe...
Ketika membahas hal itu di rapat mingguan, sempat ada yang nyeletuk,
"Apa? Miss universe? mau datang?" Wah... pertanyaan itu udah ketinggalan jaman banget deh.
"Iya... miss Universe. Bukan Aming (yang menyamar jadi miss Universe. :p)."
"Ke mana aja, pak? Kita sudah berkomentar jauh-jauh hari nih, ente kok baru sekarang."
Sementara itu, ada juga seorang kolega yang bergaya anggun dan 'memperkenalkan diri' sebagai miss Universe. Semua jadi bertingkah deh. Hehe... Sementara si bapak yang bertanya masih terbengong keheranan. Masih belum percaya.
Aku cek situs resmi Miss Universe 2007. Dia memang dijadwalkan datang ke Indonesia di awal bulan Agustus ini, sampai tanggal 11-an, dengan event utama (?) menghadiri prosesi pemilihan Putri Indonesia 2007. Selain itu, dia pun dijadwalkan akan berkunjung ke Jakarta, Bogor, Bali, Medan, Surabaya, dan Bandung. Nah, itu dia. Di situs resmi press release-nya tidak menyebutkan kunjungan ke Kota baru Parahyangan, tapi memang salah satu tempat yang akan dikunjunginya adalah pabrik pengolahan susu di Padalarang. Mungkin jadwal kunjungan ke kota baru Parahyangan (termasuk Al Irsyad) bisa disisipkan di sela-sela padatnya jadwal sang miss Universe. Jangan sampai miss-understand and miss-appointed aja kalo ternyata kunjungan ke AIS batal. Hehe...
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
Hari Minggu pagi, pukul 3 dini hari, telefon berdering. Kupikir, pasti bukan kabar yang terlalu baik. Emergency, pasti. Pada intinya, kesimp...
-
Suatu siang di Kota Baru Parahyangan. Aku berada di kawasan niaga di tatar Ratnasasih. Kuparkir mobilku menghadap jalanan supaya memu...
-
Berawal dari keingintahunan tentang kisah dan cerita di balik benda koleksi orang-orang, kuusung tema koleksi ini untuk menjadi salah satu t...