Hwaduh... telat berat deh sampai ke sekolah. Hampir jam 10!!! Gara-gara insiden di jalan tol. Horror...
Hari Senin pagi yang lalu, seperti biasa aku berangkat pagi, dengan kalkulasi cukup waktu untuk ke sekolah. Tak disangka tak diduga, hanya sekitar 1,5 km dari gerbang tol Padalarang yang jadi tujuanku, mesin mobil tiba-tiba mati. HEY!!! Kukedipkan lampu sign kiri, menghadang sebuah sedan hitam yang hendak mendahuluiku. Alhamdulillah, dengan selamat aku menepi dan berhenti total. Kucoba menghidupkan mesin mobil, mesin cuma merengek-rengek saja, tidak mau hidup.
Kunyalakan lampu hazard, tik-tok tik-tok, menyala dengan baik. Berarti ACCU baik-baik saja kan? Kuingat, ini sudah saatnya untuk ganti oli, walaupun aku yakin, tak ada hubungan langsung antara oli dengan matinya mesin. Tapi aku berusaha juga. Kucoba membuka tutup oli, berkali-kali, tapi kok susah sekali. Tenagaku tidak cukup kuat. Beberapa kali mencoba, gagal terus. Menunggu patroli Jasa Marga lewat.
Tahu-tahu, seorang bapak penduduk sekitar menghampiriku dan menawarkan bantuan, yang tentu saja kusambut gembira. (Nggak boleh curiga, Dee.) Dia ketua RT setempat yang 'kebetulan' sedang off-duty, dan sibuk membersihkan mushala. Pak Dadang namanya. 'Kebetulan' juga, dia seorang sopir yang bekerja di sebuah perusahaan angkutan, jadi cukup familiar dengan urusan mesin.
Hari Senin pagi yang lalu, seperti biasa aku berangkat pagi, dengan kalkulasi cukup waktu untuk ke sekolah. Tak disangka tak diduga, hanya sekitar 1,5 km dari gerbang tol Padalarang yang jadi tujuanku, mesin mobil tiba-tiba mati. HEY!!! Kukedipkan lampu sign kiri, menghadang sebuah sedan hitam yang hendak mendahuluiku. Alhamdulillah, dengan selamat aku menepi dan berhenti total. Kucoba menghidupkan mesin mobil, mesin cuma merengek-rengek saja, tidak mau hidup.
Kunyalakan lampu hazard, tik-tok tik-tok, menyala dengan baik. Berarti ACCU baik-baik saja kan? Kuingat, ini sudah saatnya untuk ganti oli, walaupun aku yakin, tak ada hubungan langsung antara oli dengan matinya mesin. Tapi aku berusaha juga. Kucoba membuka tutup oli, berkali-kali, tapi kok susah sekali. Tenagaku tidak cukup kuat. Beberapa kali mencoba, gagal terus. Menunggu patroli Jasa Marga lewat.
Tahu-tahu, seorang bapak penduduk sekitar menghampiriku dan menawarkan bantuan, yang tentu saja kusambut gembira. (Nggak boleh curiga, Dee.) Dia ketua RT setempat yang 'kebetulan' sedang off-duty, dan sibuk membersihkan mushala. Pak Dadang namanya. 'Kebetulan' juga, dia seorang sopir yang bekerja di sebuah perusahaan angkutan, jadi cukup familiar dengan urusan mesin.
Segera dia mulai mengecek kondisi mesin mobilku, mengecek beberapa komponen, perkabelan, hingga air. Kelihatannya semua OK, tapi mesin tak juga hidup. Seorang petugas Jasa Marga berhenti di seberang jalan dan menghampiri untuk mengecek keadaanku juga. Dia -yang kutahu namanya dari name tag-nya, Pak Unang- dan pak Dadang rupanya sudah saling mengenal. Mereka mengecek sesuatu dan ketahuanlah masalahnya berasal dari komponen platina yang... patah! HAA??? Kok bisa? Patah begitu saja, di tengah-tengah perjalanan di jalan tol??? Whatever deh. Solusinya, tak ada jalan lain selain menggantinya dengan yang baru.
Pak Unang menawarkan untuk menderek mobilku hingga keluar tol dan menuju bengkel terdekat, sedangkan pak Dadang punya solusi yang menurutku lebih applicable. Walaupun kutahu dompetku lagi 'kurus' karena belum ambil gaji. Isi dompetku adalah 'sisa-sisa perjuangan' bulan Mei. Recehan. Pak Dadang menawarkan opsi untuk membelikan elemen platina ke bengkel terdekat. Dia bahkan menawarkan untuk membelikannya dengan memakai uangnya lebih dulu. Subhanallah... baik sekali. Pastinya akan termasuk 'paket' membongkar platina patah dan memasangkan platina baru nantinya. Aku jadi terharu. Kusetujui opsi itu.Ketika kubuka dompetku, rupanya masih ada Rp 50.000,- lebih di dalamnya, dalam bentuk pecahan Rp 1.000,- sampai 1 lembar 20.000-an. Kutitipkan uang pada Pak Dadang yang sigap berangkat ke bengkel terdekat, meninggalkanku menunggu di tepi jalan tol di sekitar km 123 itu.
Tak begitu lama, dia kembali dan kembali sigap mengganti spare part kecil itu, sementara aku hanya bisa memperhatikan. Setelah itu, mesin mobil menyala dengan 'benderang' seperti biasa. Kuserahkan seluruh sisa uang yang tak seberapa dalam dompetku untuk pak Dadang yang sudah sangat membantu. Dia menolak. Ketika akhirnya dia terima uang itu, dia katakan bahwa uang itu akan dipakainya untuk membeli cat untuk musahala. Subhanallah... Hanya Allah Yang Maha Kaya yang akan dapat membalas budi baik pak Dadang, dengan rezeki yang barakah, yang jauh lebih banyak dari itu. Sungguh, masih banyak orang baik di sekitar kita.
Blogged with the Flock Browser
No comments:
Post a Comment