Friday, October 21, 2022

Kisah Kopi

Kupandangi secangkir kopi hangat di depanku dengan sedikit perasaan bersalah. Sudah lama aku tak minum kopi apalagi yang instan begini. Dan sekarang aku kangen... kupikir, ini untuk mengobati rasa kangen saja. Rasa kangen pada kopi yang bukan kopi sebetulnya. Aku hanya mencari sensasi pada aroma kopi yang menguar dari secangkir kopi dengan sedikit krimer dan gula itu. Sensasi dari sebuah kenangan. Kubiarkan dia mendingin sedikit sambli aku merintang waktu menyisir berbagai aplikasi di ponselku. Biasanya ketika panasnya sudah cukup, kopi begini akan kurirup sekali duduk, tak akan menunggu waktu berlama-lama untuk menghabiskan minuman beraroma sedap itu.

Kopi tubruk klasik. Gambar diambil dari sini.

Perkenalanku dengan kopi dimulai ketika aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, entah kelas berapa tepatnya. Saat itu ada seorang tetangga belakang rumah yang biasa mengasuh kami yang masih kecil-kecil ketika ibu dan bapak berangkat kerja. Mbah, begitu beliau biasa kami sapa. Dia seorang perempuan yang setia dengan jarit dan kebaya dalam kesehariannya, setia juga dengan kopi yang selalu menemani setiap pagi dan sore. Kopi hitam dengan gula. Aromanya yang menguar sungguh membuatku tergoda. Kucicip... dan (mungkin karena manis), aku pun suka. Sejak itu, sesekali aku pun menyeduh kopi sendiri. Kopi tubruk yang entah merek apa, pokoknya apa yang ada di rumah saja. Ibu & bapak menyediakan kopj hanya untuk persediaan sekiranya ada tamu yang berkunjung. Ibu tidak minum kopi, bapak pun hanya sesekali saja. Sepanjang ingatanku, bahkan bapak nyaris tak pernah minum kopi. Aku pun jadinya yaa... sesekali saja.

Masa SMP dan SMA pun kesukaanku pada kopi ya biasa-biasa saja. Masih merasa mendadak bahagia saat menghirup aroma kopi yang wangi, tapi merasa tak perlu mencari-cari saat aroma dan rasa itu tiada. Sesekali aku masih minum kopi, yang sesekali pula beralih ke kopi instan yang lebih praktis tak menyisakan ampas yang mengganggu.

Nescafe Klasik, teman begadang yang asik. Gambar diambil dari sini

Saat kuliah, kopi instan jadi konsumsi sehari-hari, setidaknya 4 kali sepekan. Bukan karena suka luar biasa, tapi karena tuntutan keadaan yang membuatku merasa memerlukan keberadaannya. Untuk teman begadang mengerjakan tugas studio yang berkejaran di hari Sening hingga Kamis. Hari Jumat dan akhir pekan bisa libur ngopi dulu karena kuliah rata-rata 'hanya' kuliah MKDU yang seringkali tak ada tugas yang rutin disetorkan. Dan Minggu malam memulai kembali ritual minum kopi untuk teman begadang. Kali ini yang jadi pilihan adalah nescafe klasik tanpa krimer. Menghirup aromanya saja sudah separuh membuat mata terbuka. Menyesapnya secangkir saja, cukup untuk membuatku terjaga hingga lepas tengah malam. Jelang subuh aku tidur sebentar sebelum kembali beraktivitas seharian.
Kembali ke masa kini, kuteguk kopi hangat dalam cangkir yang sejatinya tak terlalu kunikmati... karena ada perasaan bersalah itulah... Kopi instan begini, kabarnya kandungan kopinya bahkan tidak ada separuhnya. Komposisinya kebanyakan bahan-bahan kimia yang disesuaikan cita rasanya dengan selera pasar. Ketika dokter menyarankan untuk tak terlalu banyak (bahkan sebaiknya menyetop saja) mengonsumsi produk makanan atau minuman instan yang kandungan pengawetnya banyak, ah... maafkan aku, dok. Sesekali sih bolehlah yaa... Buat obat kangen aja kok.
"Bu Diah...?" suara Kang Hary, Service Advisor di AstraBiz menyapa ramah. "Mobilnya sudah siap." ujarnya lagi. Dia menyempatkan duduk sebentar di kursi seberangku untuk menjelaskan beberapa hal terkait Ayla-ku yang menjalani service rutin. "Sekiranya ada keluhan, dalam waktu 15 hari masih bisa komplain dan ada garansi. Tapi jika tidak ada komplain... ya alhamdulillah." lanjutnya menutup pembicaraan sambil wajahnya tak lepas dari senyum ramah di balik masker yang dikenakannya. 
"Siaap, Kang Hary." balasku sambil berpikir... 'garansi 15 hari? minimal 15 hari ke depan aku tak boleh mengonsumsi kopi intan yang sarat pengawet, perasa dan pewarna itu. Oke, Dee? Kita coba disiplin lagi ya. Nggak minum kopi itu jadi sebuah tantangan buatku. Seperti blog posting ini yang dibuat untuk menjawab Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog. Setorr... (Ditulis jelang deadline seperti biasamya dan nggak pakai dopping kopi. Masih amaaan. 👌)

10 comments:

Winda Rianti said...

Semoga sukseeees teh menjalani tantangan 15 hari kedepan :D

Risna (Risna.info) said...

Kalau dalam 15 hari mobilnya baik-baik saja, nggak jadi minum kopi lagi dong? Hehehe... Gak apa kok minum kopi instan sesekali, kalau mau rutin lebih baik cari yang nggak instan tapi. Kopi yang asli dari biji, biar dapat rasa kopi yang utuh hehehe

maymay said...

hihi biar berasa spesial ya Teh, minumnya sesekali aja, lebih istimewa memang

Diah Utami said...

Maaf sudah mengecewakan semua (termasuk diri saya sendiri). Tantangan tak sukses ditaklukkan, walaupun si Ayla baik-baik saja di rentang masa garansi pasca servis 15 hari. Saya sudah ngopi kopi sachet-an di beberapa pagi. Ah... 'kopi' hangat di pagi hari itu memang ratjun yang sulit dihindari.
@Teh Risna: saya belum bisa (dan ... kok ya memang nggak tertarik) untuk minum kopi tidak instan. Hidup sudah rumit. Tak perlu diperrumit dengan menambahkan rutinitas baru menakar-menggiling-menyeduh kopi setiap pagi. Ihihii...

fsrinurilla said...

Ahahaha, susah ya Mba Diah menahan godaan sipping 'kopi'nya. :D.
Biar ga memperumit hidup yang sudah rumit ini, jangan bikin sendiri, Mba. Beli aja, langsung beres ahahaha.

***
Kocak deh Teh Diah ini. Ehehe.
Tapi ya sebenernya gapapa kalau sekali-kali ngopi kopi jadi-jadian. Asalkan jangan setiap hari saja, Teh. Ehehe.
***
Semoga Ayla-nya ke depannya selalu mulus dan ga rewel ya Mba. Salam cium buat Ayla ahahaha. :D

dewi said...

teh Diah ... 11/12 nih aku juga kenalan sama kopi pas SD.
eh seru juga ya ceritanya bisa nyambung ke situasi saat di bengkel.

Shanty Dewi Arifin said...

Luar biasa tulisan mepet deadline ini Diah. Hidup kopi instan!

Diah Utami said...

Yak ampuun... Teh Uril... idenya ngopi kopi jadi-jadian? Kesannya kayak kopi dari dunia lain gitu ya. Hmm... tapi memang iya sih yaa. Sekali-sekali sih bolehlah 'cheating'.

Diah Utami said...

@Teh Dewi: nunggu mobil menjalani servis rutin kan nggak sebentar yaa. Jadi sambil menyesap kopi gratisan, bisa sambil mikir ide tantangan. Minimal ngambil fotonya dulu deh. Blog posting sih seperti biasa, ditulis belakangan sambil mepet-mepet deadline. :p

Diah Utami said...

@Teh Shanty: Toss dulu, kan kopi instan kita samaan. Persis sampai ke varian rasanya. Kemarin baru habis dan berusaha untuk nggak restock dulu supaya nyetop dikit kebiasaan minum 'kopi' instan yang (yaa... saya tahu) nggak begitu sehat ini.

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka