Monday, August 11, 2008

Bunga Wijayakusuma

Malam tadi, aku nggak mau ketinggalan lagi. Kuingatkan diriku sendiri untuk mengambil foto dari setangkai bunga cantik yang hanya mekar di malam hari ini. Wijayakusuma.
Bunga ini merupakan varian mini dari bunga Wijayakusuma yang sudah dimiliki ibuku sebelumnya. Ukuran, tentu saja berbeda. Waktu mekarnya juga tak terduga. Jika Wijayakusuma besar mekar ketika kuncup bunganya sudah menggembung, maka Wijayakusuma mini tak mau menunggu sampai kuncupnya terlihat besar. Aku sudah 'kecolongan' di kesempatan lalu. Tahu-tahu menemukan bunga itu sudah mulai 'redup' di pagi hari ketika aku siap berangkat sekolah. Maka kali ini, aku tak mau ketinggalan lagi.
Jam 10 malam, aku mengecek halaman depan, dan kutemukan bunga ini sudah merekah indah. Belum mencapai puncaknya, namun sudah terlihat kecantikannya. Keharuman samar tercium ketika kudekatkan hidung ke rekahan bunga putih itu. Subhanallah...
Satu lagi keagungan Tuhan yang dapat kunikmati. Bunga pemalu ini seolah melambangkan kerendahan hati. Tak sombong karena rupa, dan hanya menunjukkan diri pada orang-orang yang menunjukkan ketertarikan padanya -tentu karena tahu apa yang dicari-. Belajarlah rendah hati dari bunga ini.

Teringat satu lagu lama yang dulu kerap kunyanyikan. Entah karya siapa. Tidak begitu familiar, memang, tapi kusukai lagunya karena kutahu ibuku punya sepohon bunga itu di halaman rumah.
Tumbuhmu, di pojok halaman
Seolah kau tak diperhatikan
Mekarmu di keheningan malam
Selalu dinantikan
Mekar mekar bungaku mekar
Bunga Wijayakusuma-ku

No comments:

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka