Selasa, 16 Desember 2008 pukul 14:39:00
Kira-kira 40 tahun setelah Rasul Allah SAW wafat salah seorang penduduk Syam pergi ke Madinah al-Munawwarah untuk menziarahi makamnya. Di situ ia berjumpa dengan seorang penunggang kuda yang tampan dan berwibawa. Di sekitarnya berkumpul sahabat-sahabatnya, siap untuk melaksanakan segala perintahnya.
Ketika orang Syam itu diberitahu bahwa orang itu Hasan bin Ali bin Abi Thalib, bangkitlah amarahnya. Di mimbar-mimbar Jumat di Syam ia sudah sering mendengar para khatib menerangkan kejelekan keluarga Ali. ''Jadi inilah anak Abu Turab yang keluar dari Islam itu?'' kata orang Syam itu sambil menyusulnya dengan memaki Hasan, ayahnya, dan keluarganya.
Mendengar itu sahabat-sahabat Hasan menghunus pedang untuk membunuhnya. Tapi Hasan melarang mereka. Dengan ramah beliau menyapa orang Syam itu, ''Tampaknya Anda orang asing di sini, wahai Saudaraku orang Arab?''
Orang Syam menjawab, ''Benar, aku dari Syam. Aku pengikut Amirul Mukminin dan Pemimpin kaum Muslim, Muawiyyah bin Abi Sofyan.''
Hasan mendesaknya untuk menjadi tamu. Selama beberapa hari dijamunya dan dihormatinya orang Syam itu. Pada hari yang keempat orang Syam itu tampak menyesali perbuatannya. Ia merunduk dan menciumi jari-jemari Hasan. Ia memohon maaf atas apa yang dilakukannya sebelum itu.
Hasan melirik kepada sahabat-sahabatnya. ''Kemarin kalian bermaksud membunuhnya, padahal ia tak bersalah. Ia korban disinformasi. Sekiranya ia mengetahui kebenaran, ia tidak akan memusuhinya. Kebanyakan orang Islam di Syam seperti itu.''
Kemudian Hasan membaca firman Allah: ''Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.'' (Q. S. 41: 34)
Tidak jarang kita membenci sesama Muslim karena kita mendengar berita yang jelek mengenai dirinya. Jangan-jangan, pertengkaran di antara kita selama ini terjadi karena proses disinformasi. Marilah kita memaklumi orang yang membenci kita karena disinformasi. Balaslah makian mereka -- yang dilakukan karena ketidaktahuan -- dengan lapang dada dan keramahan. Mudah-mudahan Allah mengubah mereka menjadi sababat-sahabat kita yang setia.- ah
Ya Allah... sungguh sulit menjadi orang baik itu. Ketika orang (mungkin) benci kita karena kurangnya informasi tentang kita, ternyata memberikan informasi yang tepat juga tidak mudah, sehingga mereka pun sulit mengubah sikap mereka. Atau ketika kita kurang informasi tentang satu-dua orang, dan kita jadi benci padanya, sungguh sulit pula untuk mencari informasi yang benar tentang mereka. Berilah petunjuk agar selalu dapat menemukan informasi yang benar, dan agar dapat selalu mencinta atau membenci karena-Mu saja.
Ketika orang Syam itu diberitahu bahwa orang itu Hasan bin Ali bin Abi Thalib, bangkitlah amarahnya. Di mimbar-mimbar Jumat di Syam ia sudah sering mendengar para khatib menerangkan kejelekan keluarga Ali. ''Jadi inilah anak Abu Turab yang keluar dari Islam itu?'' kata orang Syam itu sambil menyusulnya dengan memaki Hasan, ayahnya, dan keluarganya.
Mendengar itu sahabat-sahabat Hasan menghunus pedang untuk membunuhnya. Tapi Hasan melarang mereka. Dengan ramah beliau menyapa orang Syam itu, ''Tampaknya Anda orang asing di sini, wahai Saudaraku orang Arab?''
Orang Syam menjawab, ''Benar, aku dari Syam. Aku pengikut Amirul Mukminin dan Pemimpin kaum Muslim, Muawiyyah bin Abi Sofyan.''
Hasan mendesaknya untuk menjadi tamu. Selama beberapa hari dijamunya dan dihormatinya orang Syam itu. Pada hari yang keempat orang Syam itu tampak menyesali perbuatannya. Ia merunduk dan menciumi jari-jemari Hasan. Ia memohon maaf atas apa yang dilakukannya sebelum itu.
Hasan melirik kepada sahabat-sahabatnya. ''Kemarin kalian bermaksud membunuhnya, padahal ia tak bersalah. Ia korban disinformasi. Sekiranya ia mengetahui kebenaran, ia tidak akan memusuhinya. Kebanyakan orang Islam di Syam seperti itu.''
Kemudian Hasan membaca firman Allah: ''Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.'' (Q. S. 41: 34)
Tidak jarang kita membenci sesama Muslim karena kita mendengar berita yang jelek mengenai dirinya. Jangan-jangan, pertengkaran di antara kita selama ini terjadi karena proses disinformasi. Marilah kita memaklumi orang yang membenci kita karena disinformasi. Balaslah makian mereka -- yang dilakukan karena ketidaktahuan -- dengan lapang dada dan keramahan. Mudah-mudahan Allah mengubah mereka menjadi sababat-sahabat kita yang setia.- ah
Ya Allah... sungguh sulit menjadi orang baik itu. Ketika orang (mungkin) benci kita karena kurangnya informasi tentang kita, ternyata memberikan informasi yang tepat juga tidak mudah, sehingga mereka pun sulit mengubah sikap mereka. Atau ketika kita kurang informasi tentang satu-dua orang, dan kita jadi benci padanya, sungguh sulit pula untuk mencari informasi yang benar tentang mereka. Berilah petunjuk agar selalu dapat menemukan informasi yang benar, dan agar dapat selalu mencinta atau membenci karena-Mu saja.
No comments:
Post a Comment