2010, tanpa bisa ditahan lajunya, datang menghampiri. Siapa saja tak lepas dari terjangan waktu. Dan siapa saja akan merugi bila tak mengambil kesempatan terbaik yang dilewati masa ini. Siapa saja harus bekerja lebih keras lagi di tahun ini, bekerja lebih cerdas lagi, termasuk aku tentunya. Yuk... manfaatkan potensi yang dianugerahkan kepada diri ini untuk berkarya sekemampuan kita. Semangati diri lagi.
Di awal tahun ini, kuisi tangki bahan bakar Katana-ku dengan premium di SPBU dekat rumah, full tank. Aku harus menunggu di antrian panjang sebelum tiba giliranku. Sabar... Dalam masa menunggu itu membuatku berpikir tentang pekerjaan mereka. Kulihat petugas SPBU sibuk sekali melayani semua orang. Selesai dengan kendaraan satu, kendaraan lain sudah menunggu, nggak ada berhentinya. Itu sungguh-sungguh kerja keras.
Kadang aku membandingkan dengan pekerjaanku sendiri. Sebagai guru, aku masih punya waktu untuk mengerjakan hal-hal lain di luar kerjaan sekolah, termasuk menulis blog (biasanya aku tulis di rumah, tapi ku-posting di sekolah). Di sela-sela kesibukan mempersiapkan bahan pelajaran, membuat contoh karya untuk ditunjukkan kepada murid, mengajarkannya, merapikan kembali ruang seni setelah dipakai anak-anak berkegiatan (menggunting, mewarnai, memahat dsb), membuat panduan penilaian, plus memeriksa dan menilai hasil karya mereka. Sesekali ikut meeting, sibuk di kepanitiaan atau menyiapkan anak-anak ikut lomba, atau 'hanya' memperhatikan murid-muridku di kelas. Mengisi buku komunikasi setiap hari, melerai yang bertengkar, mengobati luka jika ada yang jatuh. Giliran "istirahat" makan siang, kita "on" terus dong. Memastikan bahwa anak-anak makan dengan benar, kalau perlu sedikit dipaksa untuk mau makan sayur, setidaknya mencoba makan deh, sepotong sayur atau sesendok keciiil aja. Setelah itu dilanjut dengan mengawasi mereka wudhu dan shalat di mushala (walaupun aku... harus kuakui, agak jarang melakukannya gara-gara biasanya aku belum selesai makan. Soalnya aku selalu makan paling akhir, setelah semua anak menghadapi piring dengan menu makan siang mereka. Tapi bagaimanapun, kayaknya aku harus belajar untuk makan lebih cepat!). Kegiatan sore ditutup dengan memandu anak-anak shalat asar bersama, kali ini dilakukan di kelas masing-masing. Biasanya mereka menagih cerita sebelum shalat, yang membuatku harus aktif mencari info dan referensi cerita-cerita berhikmah yang menarik untuk mereka, yang harus kuceritakan dengan cara yang menarik pula. Maaf-maaf... biasanya aku pakai bahasa Indonesia (padahal sekolah kami memiliki kebijakan global, termasuk dalam penggunaan bahasa Internasional di lingkungan sekolah). Maaf, seringkali aku memang membuat permakluman, dengan alasan supaya waktu yang singkat sebelum bubaran sekolah itu termanfaatkan secara efektif, tanpa perlu mengulang dan menterjemahkan, setelah mulutku berbusa-busa bicara dalam bahasa Inggris, eh ujung-ujungnya mereka minta diterjemahkan juga.
Berbicara dalam bahasa Inggris pun perlu upaya keras, kuupayakan semampuku. Walau bagaimanapun, bahasa Inggris bukan bahasa ibu kita, sehingga untuk menggunakannya otakku kadang perlu berpikir dua langkah sebelum bicara. Tapi bagaimanapun, ini harus kuupayakan. Aku kerja keras mencari kata dan kalimat yang tepat untuk kukatakan, dan mereka pun harus bekerja keras untuk memahami dan mengingat apa yang kukatakan. Kerja keras, itulah energi kita. Kerja cerdas, itu yang lebih utama.
Kadang aku membandingkan dengan pekerjaanku sendiri. Sebagai guru, aku masih punya waktu untuk mengerjakan hal-hal lain di luar kerjaan sekolah, termasuk menulis blog (biasanya aku tulis di rumah, tapi ku-posting di sekolah). Di sela-sela kesibukan mempersiapkan bahan pelajaran, membuat contoh karya untuk ditunjukkan kepada murid, mengajarkannya, merapikan kembali ruang seni setelah dipakai anak-anak berkegiatan (menggunting, mewarnai, memahat dsb), membuat panduan penilaian, plus memeriksa dan menilai hasil karya mereka. Sesekali ikut meeting, sibuk di kepanitiaan atau menyiapkan anak-anak ikut lomba, atau 'hanya' memperhatikan murid-muridku di kelas. Mengisi buku komunikasi setiap hari, melerai yang bertengkar, mengobati luka jika ada yang jatuh. Giliran "istirahat" makan siang, kita "on" terus dong. Memastikan bahwa anak-anak makan dengan benar, kalau perlu sedikit dipaksa untuk mau makan sayur, setidaknya mencoba makan deh, sepotong sayur atau sesendok keciiil aja. Setelah itu dilanjut dengan mengawasi mereka wudhu dan shalat di mushala (walaupun aku... harus kuakui, agak jarang melakukannya gara-gara biasanya aku belum selesai makan. Soalnya aku selalu makan paling akhir, setelah semua anak menghadapi piring dengan menu makan siang mereka. Tapi bagaimanapun, kayaknya aku harus belajar untuk makan lebih cepat!). Kegiatan sore ditutup dengan memandu anak-anak shalat asar bersama, kali ini dilakukan di kelas masing-masing. Biasanya mereka menagih cerita sebelum shalat, yang membuatku harus aktif mencari info dan referensi cerita-cerita berhikmah yang menarik untuk mereka, yang harus kuceritakan dengan cara yang menarik pula. Maaf-maaf... biasanya aku pakai bahasa Indonesia (padahal sekolah kami memiliki kebijakan global, termasuk dalam penggunaan bahasa Internasional di lingkungan sekolah). Maaf, seringkali aku memang membuat permakluman, dengan alasan supaya waktu yang singkat sebelum bubaran sekolah itu termanfaatkan secara efektif, tanpa perlu mengulang dan menterjemahkan, setelah mulutku berbusa-busa bicara dalam bahasa Inggris, eh ujung-ujungnya mereka minta diterjemahkan juga.
Berbicara dalam bahasa Inggris pun perlu upaya keras, kuupayakan semampuku. Walau bagaimanapun, bahasa Inggris bukan bahasa ibu kita, sehingga untuk menggunakannya otakku kadang perlu berpikir dua langkah sebelum bicara. Tapi bagaimanapun, ini harus kuupayakan. Aku kerja keras mencari kata dan kalimat yang tepat untuk kukatakan, dan mereka pun harus bekerja keras untuk memahami dan mengingat apa yang kukatakan. Kerja keras, itulah energi kita. Kerja cerdas, itu yang lebih utama.
No comments:
Post a Comment