Sunday, September 12, 2010

9-11, Masa Lalu dan Masa Kini

11 September, 9 tahun lalu. Kulihat peristiwa runtuhnya gedung tertinggi di Amerika itu dari siaran berita televisi yang diulang-ulang, di stasiun televisi mana pun. Sebuah tragedi sedang terjadi. Runtuhnya gedung kembar yang jadi lambang kepongahan Amerika itu menjadi headline di mana-mana. Ribuan orang menjadi korban, tua-muda, laki-laki dan perempuan, dan coba bandingkan korban muslim dan yahudi. Jika Anda punya datanya, mungkin Anda pun akan tercengang karenanya. JIKA data itu terbongkar.
Tahun ini, 9 tahun setelah tragedi itu terjadi, rencana didirikannya sebuah masjid di ground zero di-counter oleh rencana pembakaran masal al-quran yang diusulkan oleh seorang pendeta di Amerika, pendeta Jones. Dia sangat menentang rencana pembangunan masjid di tempat runtuhnya gedung kembar itu. Menurut dia, hal itu akan menyakiti warga Amerika. Berita itu, tentu juga menyebar dan sampai ke belahan dunia mana pun. Sebagian orang menyambut "gembira" rencana itu dan bersiap melaksanakannya, sementara tentu saja umat Islam di seluruh dunia protes berat!!!
Presiden SBY mengirim nota khusus untuk presiden Amerika, Barrack Obama, agar dapat melakukan langkah-langkah 'penertiban' untuk meredam aksi yang dapat memicu kemarahan muslim di seluruh dunia. Beliau menindaklanjuti dengan cukup sigap, kukira, sehingga tampak olehku dalam berita di salah satu televisi swasta, pendeta Jones menyatakan untuk mengurungkan niatnya melakukan aksi pembakaran al-quran dalam rangka mengenang runtuhnya gedung kembar WTC 9 tahun lalu itu. Tapi sebagai imbalannya, dia meminta agar pembangunan masjid di ground zero dibatalkan. Dia dan imam masjid sudah berdialog dan keduanya telah mencapai kata sepakat. Rencana pembangunan masjid di Ground Zero dibatalkan, begitu pula aksi masal pembakaran al-quran yang diprakarsai oleh pendeta Jones.
Peristiwa 11 September 9 tahun yang lalu memang sebuah tragedi, tidak saja bagi bangsa Amerika, tapi juga bagi warga dunia. Aku bersimpati pada para korban, dan ikut mengutuk pelakunya. Hari ini merupakan peringatan bagi kita semua, mengingat tragedi besar yang terjadi di belahan dunia sana. Tapi kupikir, tak selayaknya peristiwa itu dikenang dengan cara-cara kekerasan. Apakah tidak mungkin seluruh penduduk bumi ini bersatu padu membangun perdamaian dunia, tanpa perlu memandang suku bangsa, ras, dan agama. Damainya...
Masa lalu menjadi tempat kita bercermin, sedangkan masa kini menjadi ladang amal kita untuk berkarya, dan masa depan adalah tujuan yang akan kita raih untuk mencapai sebaik-baik kualitas hidup. Bisakah kiranya...?

2 comments:

zuki said...

Jadi ingat lagu Imagine ... kurang realistis sayangnya itu lagu menurut saya ...

Mungkin yang terbaik adalah masing-masing dari kita menjadi contoh bagaimana membangun diri dan lingkungan kita lebih baik, dalam ukuran-ukuran yang ditetapkanNya ...

Apa kabar mbak? :) Taqabbalallaahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, selamat Idul Fitri 1431H ...

Diah Utami said...

Setuju, bang Zuki. Kita perbuat apa yang kita bisa ya. Sebar 'virus' positif semampu kita.
Alhamdulillah, kabar baik di sini. Semoga segenap keluarga pun sehat selalu. Salam untuk mbak Diana dan anak-anak :)

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka