Hari pertama Idul fitri. Ritual tahunan, nyaris tak ada bedanya, kecuali dengan kedatangan sepupuku dari Jakarta yang tidak biasa. Kunjungan yang menghadirkan tanda tanya besar karena kali ini tanpa disertai keluarganya.
Hari kedua Idul fitri. Sementara anak-anak (baca: ponakan-ponakanku) ‘diungsikan’ ke rumah kakak, kami empat orang dewasa di rumah memanfaatkan ketiadaan mereka dengan beres-beres pasca-lebaran. Nyuci piring dan peralatan masak, nyuci baju, beres-beres rumah. Segar semua deh.
Hari ketiga Idul fitri, Selasa, 22 September 2009, rencana jalan-jalan keluarga telah disusun. Target: Area wisata Gunung Puntang, Banjaran. Catatan: lokasi ini sering jadi sasaran penggemblengan kami ketika masih jadi pramuka jaman SMP dan SMA. Aku dan kakak-kakak ipar sih serasa nostalgia aja ;)
Sekitar jam 9, kami bertolak. Konvoi 4 mobil, siap menuju kawasan Puntang. Aku menumpang mobil kakakku, sedan Honda City, bersama ibu dan satu kakak lainnya. Mobil kakak yang lain (Toyota Avanza) dikemudikan oleh kakak ipar, membawa istri, ketiga anaknya, dan 4 keponakan. Fully-loaded. Yang berikutnya, Suzuki Karimun hitam, dibawa oleh kakak ipar kakakku, sekeluarga, 4 orang, plus segala persediaan pangan ;) Yang terakhir, Mitsubishi carry merah yang relatif kosong, hanya diisi oleh suami-istri adik ipar kakakku. Dua anak mereka kan sudah menumpang di mobil kakakku. Cari serunya tuh.
Perjalanan tidak jauh. Tidak sampai satu jam, kami sudah sampai di lokasi. Jalan menanjak dan berkelok-kelok, membawa kami ke kaki gunung Puntang yang permai (halah...) Area Puntang masih relatif sepi di pagi Selasa itu. Kami menemukan sebuah lokasi landai beratap yang kami gunakan sebagai “base camp”. A Iwan alias papah akan menjaga base camp, sementara kami berjalan sedikit mendaki, ke area yang kami ingini. Mau ke mana...? Curug? Lapangan tenis masa silam (dibangun di jaman Belanda tuh...)? Kolam cinta (karena bentuk kolamnya menyerupai bentuk hati, walaupun kolam itu sudah tak berair dan tak digunakan lagi)? Kami pun mendaki hingga lokasi kolam cinta. Ibuku yang sudah nenek-nenek maupun keponakan kecilku yang belum lagi genap 3 tahun, masih bisa mendaki dan berjalan sendiri.
Berfoto-fotolah kami di sana. Melanjutkan perjalanan, ibu dan beberapa orang kakakku kembali ke base camp, sementara aku dan beberapa orang lainnya, plus seluruh keponakan berjalan lagi menyusuri jalan setapak untuk menemukan tepi sungai. Sungai kecil yang berair sangat jernih itu sangat mengundang keinginan untuk menceburkan diri ke dalamnya. Walaupun airnya dingin sekali, tapi keponakanku tak ragu untuk bermain-main di antara bebatuan besar itu. Pengalaman baru untuk mereka. Keponakan kecilku pun ikut berkecipak di air tenang. Setelah semua bajunya ditanggalkan (oleh sang ayah), dia dibiarkan untuk berjalan-jalan dan menjelajah sebagian kecil wilayah sungai itu, sementara kakak-kakak sepupunya asyik dan seru bermain air dengan segala gaya ;)
Dinginnya air membuat keponakan kecilku memuaskan diri dengan berjalan di air dangkal di antara bebatuan. Cipratan air dari aktivitas heboh kakak-kakaknya sempat membuatnya kesal. Tapi rupanya lama kelamaan dia tertarik juga untuk menjajal aliran sungai itu. Dia mulai dengan berjongkok di air dangkal. Pinggangnya ke bawah sudah basah, dan dia menyenangi arus kecil air sungai melintas di sekitarnya. Sementara itu kakak-kakaknya menemukan lokasi serupa kolam kecil dengan arus berbuih yang menyerupai kolam jacuzzi air dingin. Seru sekali mereka bertiga, para perjaka muda itu, bermain di dalamnya.
Sebelum tengah hari, kami berkemas dan kembali ke basecamp. Di perjalanan, si adik berucap, “Adik lapar...” Ha!!! Nggak biasanya dia begitu. Biasanya kalau jam makannya tiba, dia harus dibujuk atau dikejar-kejar dulu untuk makan, dan sekarang dia bilang lapar? Pasti efek dari kedinginan tuh. Kakak perempuannya juga kedinginan sampai ke tulang. Jelas aja, bajunya basah semua. Untunglah kita tidak begitu jauh dari base camp. Sesampainya di sana, segera saja mulut-mulut kecil itu lahap menyambut makanan yang disuapkan ke depan mereka. Lapar berat tuh, judulnya ;)
Selesai makan, ponakan-ponakanku ingin main air lagi. Maka turunlah mereka ke cabang sungai yang terletak agak di bawah base camp yang kita tempati. Main air lagi, tapi tak seseru sesi sebelumnya. Berfoto-ria, nggak lupa dong, tapi tidak dengan kameraku. Low batt se-low-low-nya membuat kameraku tak berguna di sesi siang itu. Tapi pengalaman bahagia di hari lebaran itu toh sudah terekam dan tersimpan di memory card dalam kameraku, siap untuk di-upload ke album foto facebook-ku. Wisata Puntang, judulnya.
Segera setelah kupasang dan kuberi komentar pendek-pendek di setiap fotonya, komentar dari teman-teman spontan berdatangan, menyatakan kekaguman. Sungai jernih yang alami, lengkap dengan batu-batu besar begitu, di mana lagi bisa ditemui? Setelah jenuh dengan suasana kota dengan hutan beton, hutan pinus tentu akan jadi penyejuk mata. Pemandangan sungai kotor penuh sampah yang melintas di tengah kota sebagai ‘santapan’ sehari-hari, tentu akan menyenangkan bila bisa menghapusnya sejenak dari pelupuk mata, digantikan dengan pemandangan alam segar tepi sungai yang masih alami. Siapa yang tidak tertarik, coba...? Ayo deh, siapa mau ikut wisata Puntang, aku mau deh jadi guide-nya ;)
Hari ketiga Idul fitri, Selasa, 22 September 2009, rencana jalan-jalan keluarga telah disusun. Target: Area wisata Gunung Puntang, Banjaran. Catatan: lokasi ini sering jadi sasaran penggemblengan kami ketika masih jadi pramuka jaman SMP dan SMA. Aku dan kakak-kakak ipar sih serasa nostalgia aja ;)
Sekitar jam 9, kami bertolak. Konvoi 4 mobil, siap menuju kawasan Puntang. Aku menumpang mobil kakakku, sedan Honda City, bersama ibu dan satu kakak lainnya. Mobil kakak yang lain (Toyota Avanza) dikemudikan oleh kakak ipar, membawa istri, ketiga anaknya, dan 4 keponakan. Fully-loaded. Yang berikutnya, Suzuki Karimun hitam, dibawa oleh kakak ipar kakakku, sekeluarga, 4 orang, plus segala persediaan pangan ;) Yang terakhir, Mitsubishi carry merah yang relatif kosong, hanya diisi oleh suami-istri adik ipar kakakku. Dua anak mereka kan sudah menumpang di mobil kakakku. Cari serunya tuh.
Perjalanan tidak jauh. Tidak sampai satu jam, kami sudah sampai di lokasi. Jalan menanjak dan berkelok-kelok, membawa kami ke kaki gunung Puntang yang permai (halah...) Area Puntang masih relatif sepi di pagi Selasa itu. Kami menemukan sebuah lokasi landai beratap yang kami gunakan sebagai “base camp”. A Iwan alias papah akan menjaga base camp, sementara kami berjalan sedikit mendaki, ke area yang kami ingini. Mau ke mana...? Curug? Lapangan tenis masa silam (dibangun di jaman Belanda tuh...)? Kolam cinta (karena bentuk kolamnya menyerupai bentuk hati, walaupun kolam itu sudah tak berair dan tak digunakan lagi)? Kami pun mendaki hingga lokasi kolam cinta. Ibuku yang sudah nenek-nenek maupun keponakan kecilku yang belum lagi genap 3 tahun, masih bisa mendaki dan berjalan sendiri.
Berfoto-fotolah kami di sana. Melanjutkan perjalanan, ibu dan beberapa orang kakakku kembali ke base camp, sementara aku dan beberapa orang lainnya, plus seluruh keponakan berjalan lagi menyusuri jalan setapak untuk menemukan tepi sungai. Sungai kecil yang berair sangat jernih itu sangat mengundang keinginan untuk menceburkan diri ke dalamnya. Walaupun airnya dingin sekali, tapi keponakanku tak ragu untuk bermain-main di antara bebatuan besar itu. Pengalaman baru untuk mereka. Keponakan kecilku pun ikut berkecipak di air tenang. Setelah semua bajunya ditanggalkan (oleh sang ayah), dia dibiarkan untuk berjalan-jalan dan menjelajah sebagian kecil wilayah sungai itu, sementara kakak-kakak sepupunya asyik dan seru bermain air dengan segala gaya ;)
Dinginnya air membuat keponakan kecilku memuaskan diri dengan berjalan di air dangkal di antara bebatuan. Cipratan air dari aktivitas heboh kakak-kakaknya sempat membuatnya kesal. Tapi rupanya lama kelamaan dia tertarik juga untuk menjajal aliran sungai itu. Dia mulai dengan berjongkok di air dangkal. Pinggangnya ke bawah sudah basah, dan dia menyenangi arus kecil air sungai melintas di sekitarnya. Sementara itu kakak-kakaknya menemukan lokasi serupa kolam kecil dengan arus berbuih yang menyerupai kolam jacuzzi air dingin. Seru sekali mereka bertiga, para perjaka muda itu, bermain di dalamnya.
Sebelum tengah hari, kami berkemas dan kembali ke basecamp. Di perjalanan, si adik berucap, “Adik lapar...” Ha!!! Nggak biasanya dia begitu. Biasanya kalau jam makannya tiba, dia harus dibujuk atau dikejar-kejar dulu untuk makan, dan sekarang dia bilang lapar? Pasti efek dari kedinginan tuh. Kakak perempuannya juga kedinginan sampai ke tulang. Jelas aja, bajunya basah semua. Untunglah kita tidak begitu jauh dari base camp. Sesampainya di sana, segera saja mulut-mulut kecil itu lahap menyambut makanan yang disuapkan ke depan mereka. Lapar berat tuh, judulnya ;)
Selesai makan, ponakan-ponakanku ingin main air lagi. Maka turunlah mereka ke cabang sungai yang terletak agak di bawah base camp yang kita tempati. Main air lagi, tapi tak seseru sesi sebelumnya. Berfoto-ria, nggak lupa dong, tapi tidak dengan kameraku. Low batt se-low-low-nya membuat kameraku tak berguna di sesi siang itu. Tapi pengalaman bahagia di hari lebaran itu toh sudah terekam dan tersimpan di memory card dalam kameraku, siap untuk di-upload ke album foto facebook-ku. Wisata Puntang, judulnya.
Segera setelah kupasang dan kuberi komentar pendek-pendek di setiap fotonya, komentar dari teman-teman spontan berdatangan, menyatakan kekaguman. Sungai jernih yang alami, lengkap dengan batu-batu besar begitu, di mana lagi bisa ditemui? Setelah jenuh dengan suasana kota dengan hutan beton, hutan pinus tentu akan jadi penyejuk mata. Pemandangan sungai kotor penuh sampah yang melintas di tengah kota sebagai ‘santapan’ sehari-hari, tentu akan menyenangkan bila bisa menghapusnya sejenak dari pelupuk mata, digantikan dengan pemandangan alam segar tepi sungai yang masih alami. Siapa yang tidak tertarik, coba...? Ayo deh, siapa mau ikut wisata Puntang, aku mau deh jadi guide-nya ;)
No comments:
Post a Comment