Idul Adha tahun ini, alhamdulillah... sempat mengikuti shalat Ied bareng ibu dan kakak. Mendengarkan khutbah yang cukup kupahami, walaupun 95% disampaikan dalam bahasa Sunda. Mengingatkan diri agar selalu minta ditunjukkan jalan yang lurus untuk menuju Allah, dan jangan marah ketika kita diberi cahaya penerang untuk mengerjakan kebaikan.
Pulang ke rumah, rehat sebentar dan makan-makan dulu. Pikiranku sudah di sekolah. Ada kegiatan berkurban juga di sekolah, dan agak siangan aku baru bergabung. Karena pembagian tugas tidak cukup jelas, aku menempatkan diri di posisi mana saja yang tersedia. Awalnya di bagian penghitungan bungkusan daging kurban. Tapi kok kayaknya aku nggak cukup berguna ya. Menempatkan diri di sebelah bu Anne, memanfaatkan pisau miliknya yang sempat menganggur, aku kebagian tugas memotong2 daging hingga jeroan (hati, paru, usus yang panjang terburai, dengan sebagian masih terisi). Ditingkahi komentar sana-sini, juga kena cipratan darah maupun serpihan tulang dari pencacah tulang di seberangku yang begitu semangatnya menggunakan kampak, suasana di bawah tenda biru itu jadi agak meriah. Suara dari radio MQ menambah syahdu suasana qurban.
Lepas tengah hari, aku meninggalkan area sekolah. Ada tempat lain yang ingin kutuju. Bandung Orchid Festival, pameran bunga bulanan yang diselenggarakan di Metro-Bubat. Ada yang ingin kubeli untuk ibu. Soalnya, kapan lagi? Nunggu pekan depan berarti harus siap dengan stok bunga sisa, yang mungkin bukan bunga terindah yang tersedia. Hari kerja? Jelas nggak mungkin-lah, karena perjalanan dari Padalarang (Bandung Barat) ke daerah Bubat ujung (sudah dekat Bandung Timur), pasti makan waktu banyak. Tidak akan optimal juga berkunjung dan melihat-lihat arena pameran di saat menjelang tutup. Maka... kupaksakan diri di hari Idul Adha ini untuk mengunjungi arena pameran dan penjualan bunga itu. Masih bau kambing? Cuek aja deh...
Sendirian, aku menyusuri arena pameran yang tidak terlalu luas itu, dan jatuh cinta pada beberapa bunga yang terpajang di sana. Untuk beberapa item, tentu saja aku harus 'tahu diri' karena harga yang tak tergapai tangan (nggak bisa cukup jauh merogoh kantong. hehe...) Tapi gara-gara sudah kadung jatuh cinta, kubawa pulang cukup banyak bunga cantik juga untuk melengkapi koleksi di taman ibuku. Salah satu yang jadi incaranku kali ini adalah sejenis anggrek brassidium berujung lancip yang kadang-kadang dijuluki "the shooting star", mungkin karena bentuknya memang jadi serupa bintang. Indah. Sungguh. Kubagi keindahannya di sini agar kita semua bisa ikut menikmati.
Pulang ke rumah, rehat sebentar dan makan-makan dulu. Pikiranku sudah di sekolah. Ada kegiatan berkurban juga di sekolah, dan agak siangan aku baru bergabung. Karena pembagian tugas tidak cukup jelas, aku menempatkan diri di posisi mana saja yang tersedia. Awalnya di bagian penghitungan bungkusan daging kurban. Tapi kok kayaknya aku nggak cukup berguna ya. Menempatkan diri di sebelah bu Anne, memanfaatkan pisau miliknya yang sempat menganggur, aku kebagian tugas memotong2 daging hingga jeroan (hati, paru, usus yang panjang terburai, dengan sebagian masih terisi). Ditingkahi komentar sana-sini, juga kena cipratan darah maupun serpihan tulang dari pencacah tulang di seberangku yang begitu semangatnya menggunakan kampak, suasana di bawah tenda biru itu jadi agak meriah. Suara dari radio MQ menambah syahdu suasana qurban.
Lepas tengah hari, aku meninggalkan area sekolah. Ada tempat lain yang ingin kutuju. Bandung Orchid Festival, pameran bunga bulanan yang diselenggarakan di Metro-Bubat. Ada yang ingin kubeli untuk ibu. Soalnya, kapan lagi? Nunggu pekan depan berarti harus siap dengan stok bunga sisa, yang mungkin bukan bunga terindah yang tersedia. Hari kerja? Jelas nggak mungkin-lah, karena perjalanan dari Padalarang (Bandung Barat) ke daerah Bubat ujung (sudah dekat Bandung Timur), pasti makan waktu banyak. Tidak akan optimal juga berkunjung dan melihat-lihat arena pameran di saat menjelang tutup. Maka... kupaksakan diri di hari Idul Adha ini untuk mengunjungi arena pameran dan penjualan bunga itu. Masih bau kambing? Cuek aja deh...
Sendirian, aku menyusuri arena pameran yang tidak terlalu luas itu, dan jatuh cinta pada beberapa bunga yang terpajang di sana. Untuk beberapa item, tentu saja aku harus 'tahu diri' karena harga yang tak tergapai tangan (nggak bisa cukup jauh merogoh kantong. hehe...) Tapi gara-gara sudah kadung jatuh cinta, kubawa pulang cukup banyak bunga cantik juga untuk melengkapi koleksi di taman ibuku. Salah satu yang jadi incaranku kali ini adalah sejenis anggrek brassidium berujung lancip yang kadang-kadang dijuluki "the shooting star", mungkin karena bentuknya memang jadi serupa bintang. Indah. Sungguh. Kubagi keindahannya di sini agar kita semua bisa ikut menikmati.
No comments:
Post a Comment