Thursday, March 05, 2009

Pengujian

Ambil dari Republika online
By Danarto
Selasa, 13 Januari 2009 pukul 14:00:00

Allah menguji hamba-Nya dengan musibah, sebagaimana seseorang menguji kemurnian emas dengan api. Jika yang terlihat emas murni, itulah orang yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Jika mutunya kurang dari itu, pertanda ia orang yang bimbang dan ragu. Dan jika yang terlihat seperti emas hitam, itulah orang yang benar- benar ditimpa fitnah dan musibah - Nabi Muhammad SAW
Tidak dengan sendirinya jika seorang hamba menyatakan dirinya beriman, ia bebas dari pengujian. Tidak dengan sendirinya jika seorang hamba menyatakan dirinya siap diuji, lalu ia bebas dari rasa takut dari pengujian itu. Memahami pengujian iman adalah memahami kekuasaan Allah. Kesadaran yang paling puncak ketika kita memahami Alquran adalah kepasrahan kepada Tuhan.
Iman dan rasa takut itu bersanding sehingga keduanya saling memandang. Barangkali ada tenggang rasa. Memang, rasa takut yang dikaruniakan kepada setiap makhluk itu merupakan kendala terbesar dalam menempuh lautan iman. Bagaimana iman yang besar yang didampingi keberanian yang besar pula, dapat kita miliki dalam beribadah, itulah soalnya.
Sebenarnya, apa pun nasib kita, kita layak bersyukur karena nasib itu Allah sendiri yang memberikannya. Tidak hanya berwujud musibah, pengujian itu juga berwajah keuntungan. Alhamdulillah. Hadis riwayat At-Thabrani yang dikutip di atas selalu mengingatkan kita bahwa Allah Maha Mengetahui atas seluruh aktivitas makhluknya. Bahkan ketika kita dikaruniai kekuasaan -- sebagai presdir maupun ketua RT -- kita justru sedang masuk ke laboratorium pengujian Allah itu. Kita menjadi pemimpin yang baik atau sebaliknya. Iman dan ketakutan, pengujian dan keputusasaan, seperti jalin-menjalin.
Begitu besar sesungguhnya tanggung jawab dan pengujian yang dibebankan seorang pemimpin, sampai-sampai kita ingat Abu Bakar Al-Shiddiq yang pernah berpidato: ''Mereka yang paling sengsara di dunia dan di akhirat adalah para raja! Apabila seorang raja memiliki sesuatu, maka Allah akan menjadikannya selalu tak puas. Muak akan apa yang dimilikinya, tapi rakus terhadap apa yang digenggam orang lain.''
''Ia memperpendek masa hidupnya dan mengisi hatinya dengan kecemasan. Karena raja tidak puas bila mendapat sedikit, namun sakit hati kalau mendapat banyak. Ia bosan akan hidup enak dan keindahan tak lagi menarik baginya. Tak ubahnya seperti uang palsu atau fatamorgana, ia tampak ceria tapi gundah-gulana batinnya. Dan bila ia meninggal dunia, akan ditimpa hisab yang keras, dengan sedikit pengampunan. Sesungguhnya raja adalah orang yang patut dikasihani!'' - ah

3 comments:

Diana said...

Iman dan ketakutan, atau ngikutin istilah anak muda sekarang: H2C, harap2 cemas mbak :) Hakikat hidup memang dmk, agar kita ga jd ujub sekaligus loyo atw putus asa, insya Allah...
btw, udah ketemu ikhwan berjenggot blum? Kan di Bdg byk atuh, di DT apalagi, hihi... Ups, maap yah, mbak gangguin aja kok say :) hayo nyapu yg bersih!

Diah Utami said...

Haha... Ikhwan berjenggot? Iya, banyak nih berseliweran di depan mata, mbak. Tapi nggak berani melirik (beraninya melototin. jadi aja si ikhwan ketakutan. Haha....!!!). Uups... mau bersih-bersih dulu ah mbak. ;)

Diana said...

Yah, dipelototin sih say, siapa yg ga takut atuh? Pesen ke murobbinya dong (emang martabak! Gubrax!)

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka