Sunday, April 27, 2008

Manis-Pahit Kehidupan

Satu episode lagi dalam hidup.
Tak ada yang terlalu manis. Itu akan memuakkan.
Tak juga ada yang terlalu pahit. Pasti masih tertahankan.
Tawar? tidak juga...
Manis akan lebih terasa setelah kaurasa kepahitan.
Sebaliknya, pahit akan terasa menggigit jika baru saja kaurasa kemanisan.
Maka janganlah terlalu.
Bersyukurlah dengan yang tawar sekalipun.
Waspadalah dengan yang manis, karena kau harus bersiap... untuk bersabar dengan yang pahit.
Yakinlah, suatu saat kau akan rasakan kembali
manisnya episode kehidupan.

Wednesday, April 23, 2008

Sunday, April 13, 2008

Bandung Orchid Festival (juga)

Hari terakhir pameran anggrek bulanan yang biasa diselenggarakan di MTC. Bulan ini nggak pergi ke Bandung Orchid Festival. Takut tergiur. Hihi... Soalnya, selalu ada koleksi baru yang dipajang di sana, selalu juga tergoda. Hah, dasar perempuan tak tahan godaan. :p
Bulan lalu pergi ke sana. Hujan-hujan. Jam 3-an nyampe area MTC, hujan sudah mulai turun, tapi kita nekat aja berhujan-hujan menyusuri stand pameran satu demi satu untuk melihat-lihat bunga yang cantik-cantik. Di satu-dua stand, mampir lebih teliti untuk 'sekedar bertanya', tapi akhirnya memutuskan beli juga beberapa pohon yang sedang berbunga. Salah satunya, Anggrek totol varian baru. きれいでしょう...? Dapat juga dua pohon anggrek lainnya, nggak kalah cantik.Pulang dari sana, basah kuyup, tapi puas karena sudah melewatkan sore untuk mengagumi karya cipta Sang Maha yang sungguh tak terbatas. 'Memiliki' satu-dua bunga ciptaan-Nya membuatku semakin merasa kecil, karena manusia juga sungguh hanya satu makhluk-Nya saja. Juga menyadari betapa mahalnya makhluk ciptaan Allah itu 'dihargai'. Tak kan sanggup kita, manusia, membayar kenikmatan yang Allah pinjamkan pada kita saat ini. Fabi ayyi aalaa-i Rabbikumaa tukadzdzibaan.

Thursday, April 03, 2008

Tuesday, April 01, 2008

Berkendaraan Umum

Mulai hari Selasa lalu, aku berkendaraan umum ke sekolah. Kata bu Erlin, naik angkot dulu sampai PTT lalu disambung dengan bis kota jurusan Kota Baru Parahyangan. Berarti cuma sekali ganti kendaraan, aku bisa langsung nyampe sekolah. Perjalanan panjang, tapi relatif nyaman-lah. Hari pertama, bareng Erlin, naik bis pertama yang datang terlambat. Nggak biasanya, jam 6.20-an baru lewat di PTT. Tapi alhamdulillah, nyampe sekolah masih 15 menit-an sebelum bel sekolah berbunyi. Hari kedua, aku kecewa berat...! Turun dari angkot, bisa kulihat bis kota baru masih di seberang jalan, tapi tentu dia tak bisa menungguku. Terpaksalah menunggu bis berikutnya. 20 menit... 30 menit... 40 menit...!!! Aku mulai putus asa. Kirim-kirim sms ke (hampir) semua orang di sekolah. Membunuh waktu. Ngabisin pulsa banget ya. Tapi akhirnya bis itu datang juga... membawaku hingga sekolah. Namun tak ayal, aku sudah kadung terlambat. Apa boleh buat. Hari ketiga, aku berangkat sendiri. Sang kondektur menyapa, "Nggak bareng dengan ibu yang berkacamata, bu (bu Erlin, maksudnya)" Wah... rupanya dia sudah terkenal di seantero jagad bis kota baru ;). Mungkin karena penumpangnya relatif sedikit, kondektur dan sopir bis hafal dengan kebiasaan penumpangnya. Ada 2 orang di Alun-alun, ada 4 orang di Pasteur, dsb dsb. Hehe... Pulang sekolah jadi lebih cepat dari biasanya gara-gara ngejar jadwal bis kota. Tetap aja yang bikin sebel ketika harus terjebak macet berkendaraan umum. Kalau di bis kota sih bisa manfaatin waktu dengan membaca atau tidur. Wah, suatu kenikmatan yang tak bisa kudapat jika menyetir kendaraan sendiri. Dalam suatu perjalanan pulang, pernah juga aku disuruh pindah ke kendaraan lain gara-gara aku cuma satu-satunya penumpang di kendaraannya. Hm... salahnya sendiri dong mau langsung jalan aja ketika aku naik di Kebun Kelapa, padahal aku nggak keberatan kalau si sopir mau menunggu penumpang beberapa waktu. Tapi ya... itulah dinamika berkendaraan umum. Dinikmati saja. ;)

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka