Sunday, March 17, 2013

I Need A Man

Hari libur nyepi di Selasa lalu, aku pun menyepi :p Nggak ke mana-mana, di rumah aja, 'bersemedi' di depan komputer.  Bolak-balik ke dapur untuk bikin sarapan, nyuci pakean, nyapu-ngepel, balik lagi ke depan komputer untuk mengerjakan beberapa dokumen kerjaan sekolah (persiapan rapotan hari Sabtunya... ;)) Dan jelang sore baru aku beranjak ke garasi. Niatnya mau sekalian cuci mobil dan ngganti ban mobil yang kempes abiss. Sekalian keringetan, gitu, sebelum mandi sore.
Tapi apa yang terjadi? Teori yang kuketahui ternyata dalam prakteknya tak berlaku. Dulu, ketika bapak masih ada, beliau pernah mengajari aku cara mengganti ban mobil. Aku cukup sering membantu bapak dan sukses-sukses aja. Tapi kali ini? Hmm... Ban serep sudah kulepas dari dudukannya, lalu kusandarkan di dinding garasi. Melepas ban yang kempes? Dongkrak sudah terpasang. Nah, melepas baut yang jadi masalah. Teorinya sih: pasang kuncinya di mata baut, lalu injak kuat-kuat batang kunci sampai baut longgar dan bisa dilepas. Tapi ternyata setelah beberapa menit mencoba, cuma satu baut yang berhasil kulonggarkan. Sebelah sandal jepitku putus karena dipakai menjejak tangkai kunci ban kuat-kuat, dan setelah berperang melawan batin(dan ego)ku, akhirnya kuputuskan untuk meminta bantuan tetangga. 
Bapak tetangga sebelah, sedang sakit, katanya. Baiklah, kucoba tetangga depan yang berprofesi sebagai sopir. Ah, ternyata beliau sedang berdinas. Ada sih anak perempuannya yang bertubuh cukup subur. Ketika dia menawarkan bantuan, hm... kupikir boleh juga deh. Tapi ternyata tak berhasil juga. Dia tawarkan untuk meminta bantuan tetangga lainnya yang memang bekerja di bengkel tambal ban. Tapi ternyata yang bersangkutan sedang sakit thypus. Tak sukses jugalah. Aku pun kembali ke garasi rumah, bertekad untuk menyelesaikan sendiri pekerjaan yang sudah kumulai. 
Kembali menghentak gagang kunci baut, tubuh kurusku memang terbukti kurang kuat. Hanya satu baut lagi yang mulai longgar. Tiga lainnya masih kencang mengikat roda. Bapak tetangga sebelah (yang masih kurang enak badan) muncul di pintu garasi, menawarkan bantuan. Ah... akhirnya aku harus menyerah. Mengakui bahwa di balik tegar jelitaku, cantik perkasaku (jiaaah), aku masih memerlukan kekuatan laki-laki. Minimal untuk melepaskan baut mobil yang begitu kuat. Haah...
Hanya dalam hitungan menit, ban gembos sudah berganti dengan ban serep yang masih gres. Nggak tanggung-tanggung, pak Wawan tetangga sebelah ini juga memasang kembali ban gembos -yang ternyata tertusuk paku besar- di dudukan ban serep. Mesti kubawa besok untuk ditambal. Terima kasih pak Wawan, dan semua tetangga baik hati yang mau meluangkan waktu dan tenaganya untukku. I love you. And above all, thank Allah, who has gave me such kind neighbours.

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka