Saturday, March 29, 2008

Friday, March 28, 2008

新しいのカタナ = Katana-ku yang 'Baru'

Di hari yang sama dengan peristiwa berpindahtangannya Kijang 1519 TZ yang punya beribu memori, aku diajak A-Lulu sekalian melihat-lihat mobil bekas di dealer mobil yang biasa didatanginya. Dia sudah biasa ke sana untuk membeli mobil bekas untuk keperluan kantornya yang memang perlu kendaraan ke sana ke mari. Beberapa kali-lah, termasuk Panther yang sekarang dipakainya.
Bertemu langsung dengan pemilik dealer yang ramah, khas orang Sunda, kami berbincang sedikit. Dia tawarkan satu mobil yang baru tiba di halaman showroom kecilnya, sebuah jip Katana yang gagah. Di keteduhan bayangan pohon, kukira warnanya hitam, ternyata hijau. Warna favoritku banget. Aku langsung jatuh cinta padanya (bukan pada pemilik dealer mobil lho, tapi pada mobil Katana yang dia tunjukkan...!!!) Jip juga jenis mobil yang kuangankan sejak lama. Ibu dan mbak Yayu aja yang nggak ngasih ijin. Sejak ide untuk menjual Kijang digulirkan, aku sudah 'mengajukan proposal' untuk mengganti Kijang dengan jip kecil semacam Katana ini, tapi selalu saja tertolak. Jadinya, ide jual mobil juga masih sebatas ide belaka, hingga saat ini. Mobil sudah terjual, dan aku tinggal minta persetujuan ibu untuk melepas semua uang hasil penjualan Kijang untuk DP Katana ini.
Kebetulan sekali, ibu dan mbak Yayu akhirnya berkesempatan juga untuk melihat tampilan si Katana ini sebelum akhirnya menyetujui rencana pembelian Katana yang 10 tahun lebih muda dari Kijang. Haha...! Penyuka daun muda juga nih, gue...? ;) Harganya, masih melebihi plafon yang kupunya. Tapi hitung punya hitung, aku kayaknya masih berani deh mencicil sisa utangku bulan demi bulan demi mobil ini. ;)
Bismillah... mulai Rabu 26 Maret ini, kuberanikan diri menjemput 'pujaan hatiku', cinta keduaku (cinta pertama kan sama si Kijang tea...) di showroom. Masih kaku nih mbawa mobil kecil itu. Perlu penyesuaian juga dengan koordinasi gas-kopling-rem, dan terutama rem tangan yang posisinya beda banget dengan Kijang. Nggak adil dong kalau aku banding-bandingkan antara keduanya. Keduanya pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Cintai saja apa yang kupunya, dan punyai apa yang kucinta. Itu cukup buatku. :)

Monday, March 24, 2008

One Day Trial by Bike (part 2)

Hari Senin ini, bermotor-ria lagi. Kali ini dari rumah. Berangkat jam 6 pagi, berharap bisa nyampe Padalarang jam setengah delapan (estimasi waktu di-pas 1,5 jam. Kalo naik mobil bisa 30-50 menit lebih cepat dong, kan lewat tol.) Nyatanya? Nyampe sekolah jam 8 saja tuh! Luar biasa... 2 jam di jalan? Yang bener aja. Setelah tak ampun dihajar debu jalan maupun dari knalpot kendaraan umum lainnya, terutama bus yang suuusah banget disusul. Perjuangan-lah pokoknya untuk menuju sekolah.
Pulang sekolah, minta ditemenin bu Erlin yang 'pasrah' saja dibonceng di belakang punggungku. Perjalanan 1 jam 40 menit (kurang-lebih) diwarnai guyuran hujan, cipratan air, antrian motor yang uh.... mengerikan...! Maklumlah, nggak biasa nyalip-nyalip dengan kendaraan roda dua, bawa penumpang pula. Menyeimbangkan beban itu yang susah. Sempat disemangati pengendara motor lain supaya lebih hati-hati. Bukannya aku kurang hati-hati ya, justru karena terlalu hati-hati, kali, kurang nekat. ;) haha...!
Dingin menyergap. Air menyerap sampai ke baju dalam. Jaketku nggak cukup panjang sih, walaupun waterproof asli! Malu juga ketika harus mampir di pom bensin untuk mengisi tangki Mio. Basah kuyup, soalnya. hehe... Tapi senang sekali ketika uang yang kukeluarkan di pom bensin kali ini jauh lebih sedikit dibanding yang biasa kubelanjakan dengan Kijangku. (Ya iyyalah... :p)
Nyampe rumah teh Trini, nggak menyempatkan mampir lagi. Cuma basa-basi sebentar, ngembaliin kunci motor, lalu bersegera pulang dengan ojek ke luar kompleks yang disambung kendaraan umum. Pengalaman-lah, another one day trial by bike. Nggak kapok kok.

Quote of the Day

Life must be understood backwards; but... it must be lived forward.
Soren Kierkegaard

One Day Trial by Bike

Hari Sabtu lalu, setelah tak ber-Kijang lagi, aku coba pinjam motor kakak dan menjajal jalanan Bandung (rute Cimahi) ke sekolahku di Padalarang. Jauh juga. Aku tahu. Sempat ragu ketika bingung menentukan rute perjalanan. Asli, nggak tahu!!! Tapi pikir punya pikir, akhirnya aku nekat juga bermotor-ria.
Menyusuri jalan panjang Soekarno-Hatta alias ByPass tea, mataku awas melihat rambu penunjuk jalan. Arah Cimahi! Arah Padalarang! Nyantai saja kupacu Mio kakakku menuju arah Padalarang. No rush. Nyampe sekolah sebelum jam 8. Bisa dibilang tepat waktu, karena hari Sabtu begini jam kerja kita memang 'normalnya' ya... jam 8. Ini berarti waktu tempuhku dari rumah kakak di GBA ke KBP sekitar 1,5 jam. Not bad...
Pulang dari sekolah, agak sorean. Jam 5-an dari sekolah. Langit sudah mulai mendung sih, tapi hujan baru turun setelah aku separuh jalan. Sudah nggak bisa mundur lagi. Sudah tanggung, aku harus maju terus! Jaket kulitku cukup melindungi badan dari percikan air hujan. Tapi celana panjangku basah kuyup. Malu juga ketika mampir sebentar di pom bensin untuk mengisi tangki Mio kakakku. Mau diisi berapa? Walah... Berapa ya kapasitas tangki motor matic itu? 10 ribu deh. Alhamdulillah, pas! Nggak terlalu sedikit, dan nggak sampai meluap juga.
Sampai kembali di GBA jam setengah 7-an. Betul-betul 1,5 jam waktu yang kuperlukan menempuh perjalanan Bandung-Padalarang. Langsung mandi dan ganti baju kering. Siap-siap, hari Senin aku pinjam motor lagi. ;)

Saturday, March 22, 2008

Adik Sakit

Kamis pagi, kudengar kabar adik Rizki agak demam. Kamis siang, ternyata adik Rizki dibawa ke rumah sakit. Panasnya tinggi sekali, sampai akhirnya tidak boleh pulang dan malah harus menjalani rawat inap di RS Borromeus. Sediih deh ketika nengok ke sana. Mata bulat yang biasa berbinar itu sekarang sayu. Lengan kecil montoknya ditusuk jarum infus yang digoyang-goyangkannya ke sana ke mari. Mungkin sudah tak terasa sakitnya, hanya terganggu dengan keberadaan selang itu.
Karena dirawat di rumah sakit, adik Rizki tak bisa lepas dari bundanya, walaupun perawat di sana baik dan ramah. Kasihan juga sang bunda, yang sulit mencari kesempatan untuk makan, shalat, bahkan sekedar ke kamar kecil. Sang ayah harus turun tangan pula ikut berjaga di rumah sakit. Untunglah, kebetulan bude dan kakak-kakak sepupunya dari Depok sedang berkunjung ke Bandung, yang langsung saja dikerahkan untuk menjaga kedua kakaknya di rumah, bersama eyang putri, dan akhirnya, tante Diah ikutan juga....
'Gara-gara' menginap di sana, tante Diah bisa pinjam motor deh buat ke sekolah hari Sabtu ini. Kebetulan... si Kijang kesayangan kan sudah 'tiada'. Mudah-mudahan segera dapat penggantinya. Amiin. Doa buat adik Rizki juga, semoga cepat sembuh dan lincah kembali. Menjelang setahun usiamu, semoga segera tumbuh gigi, dan percaya diri untuk berjalan sendiri. ;)

Tuesday, March 18, 2008

Quote of the Day

Success is simple. Do what's right, the right way, at the right time.
Arnold H. Glasow

Melepas Kijang

Sudah beberapa lama ini, rencana untuk menjual mobil Kijang yang biasa kupakai sehari-hari jadi 'topic of the week' di rumah. Pertimbangannya, mobil yang sudah beranjak dewasa itu terasa mulai menggerogoti kantongku. Akhir-akhir ini si 'teenager' ini mulai sering 'jajan' (maksudnya, ke bengkel melulu, gitu...) Urusan bensinnya juga ya makin menguras isi dompet. Cepat sekali lembaran 50 ribuan yang kutarik dari ATM itu beralih ke tangan petugas berseragam merah di pom bensin.
A Lulu, kakak iparku, menyarankan untuk mengganti si Kijang gagarubang itu dengan mobil kecil yang lebih irit. Aku sebetulnya setuju-setuju saja... tapi rupanya nggak gampang juga menemukan mobil pengganti yang sesuai dengan sikon yang kuhadapi sekarang. Ada mobil kecil yang kusuka, tapi stock tak tersedia alias not for sale. Ada juga mobil kecil (baru) yang kusuka dengan ketersediaan stock barang, tapi harganya... nggak suka banget deh!!! Mahal banget, soalnya. :(
Pagi tadi, mampir di bengkel dulu, lagi-lagi 'ngejajanin' si Kijang tea. POL!!! Nyaris menguras tabunganku. Ganti ini-itu, dan memang urgent, nggak bisa ditunda. Siang, datang ke sekolah, hanya untuk janjian dengan pak Eko, seorang sopir jemputan di sekolah yang jadi sang perantara transaksi jual-beli mobil. Aku juga ketemu langsung dengan sang pembeli, yang dengan 'bala tentaranya', memeriksa Kijangku luar-dalam (duh... kebetulan tadi pagi sudah sekalian dicuci bersih di bengkel, jadi penampilan si Kijang nggak terlalu memalukan. Paling nggak, nggak dekil deh.). Tanpa banyak cing-cong dan tawar menawar lagi, langsung saja setuju dengan harga yang kuminta. Deal!!! Langsung memberi uang panjar dan janjian ketemu lagi besok (BESOK!!!) untuk menyelesaikan urusan lainnya. Hari ini, puas-puasin deh bercengkerama dengan si Kijang yang sudah menemaniku sejak 11 tahun yang lalu.
Hiks... sedih juga deh ketika perpisahan dengan si Kijang ini sudah di depan mata. Selama ini aku masih mempertahankan Kijang ini, karena ternyata peminatnya banyak juga. Kupikir, kalau memang masih banyak untungnya, kenapa harus dilepas? Belum lagi nilai historisnya. Dialah mobil pertama yang kupakai menjajal jalanan dari rumah ke Dago bareng bapak (alm), tiap hari menuju tempat kerjaku. Deg-degan bareng dia juga ketika menghadapi area parkir curam di Salman yang akhirnya 'kutaklukkan'. Yes!!! Dia juga yang bolak-balik mengantar jemput bapak dari dan ke rumah sakit ketika sakit ginjal maupun darah tingginya perlu cek rutin.
Kijang setia ini sempat juga penuh percaya diri kubawa ke Depok, pengalaman nyetir jarak jauh pertama kaliku. Beberapa kali membawa murid-muridku untuk pergi ke event tertentu, atau menemaniku menginap ketika harus mendampingi siswa (misalnya sanlat di Banjaran tempo hari) atau 'lokaria' sambil outbond yang terakhir kuikuti bersama teman-teman guru Salman. Ketemu polisi beberapa kali, ditilang karena pelanggaran sepele, sampe nangis-nangis segala (ha!!!). Berurusan dengan pengemudi angkot yang ngotot ketika mobilnya menggores body Kijangku hingga bergaris biru tua sepanjang pertengahan body sampe ke ekornya. Mogok-mogok di jalan beberapa kali, mulai dari tikungan tak jauh dari sekolah (bersama Intan dan almarhumah teh Dewi), perempatan Dago bareng Intan, dekat gerbang tol Bubat, wah... sempat banyak kali juga deh. Sempat juga dia 'mutung' ketika dipakai di jalan menurun menuju Salman ketika macet berat, menahan rem dengan AC yang terus hidup. Mutung dia. 'Diinapkan' di sekolah juga pernah. Tapi alhamdulilah, di setiap kesempatan, selalu ada 'dewa penolong' yang mau membantu aku dan Kijangku. Di atas semuanya, syukur tak terhingga pada Allah SWT yang telah memberi kesempatan yang begitu berharga atas kesempatan menorehkan sejarah bersama Kijang ini.
Sekarang ini, aku akan menghabiskan detik-detik terakhir bersama Kijangku. Semoga di tangan berikutnya, engkau mendapatkan perawatan yang lebih layak, dan berbuat lebih banyak pula bagi umat (Cie...!)

Wednesday, March 12, 2008

Hikmah di Balik Sebuah Kejadian

Kakak Panji, keponakanku yang nomer 3, dijadwalkan ikut bertanding Tae Kwon Do di Tasikmalaya. Menjelang hari-H, dia berlatih intensif di sekolahnya. Sudah semangat sekali dia. Ayah-bundanya juga sangat supportif. Ayahnya bahkan sudah berencana untuk mengantar dia dan anggota tim lainnya ke Tasik.
Hanya beberapa hari menjelang hari-H, si kakak keasyikan main ayunan, kencang-kencang...! Entah sok gaya atau murni musibah, dia 'meloncat' dari ayunan, jatuh tersungkur. Sebetulnya sih tidak apa-apa... dia justru baru mau bangkit berdiri, namun batal karena papan ayunan masih berayun kencang, menghantam bagian belakang kepalanya, lalu berbalik menampar pipinya membuahkan lebam dan sariawan.
Dia masih merasa 'tidak apa-apa'. Mungkin hanya akan benjol, begitu pikirnya. Ketika dia usap kepalanya, ternyata cairan kental darah merembes dari luka di kepalanya. Wah... bocor nih. Untungnya, ada seorang orang tua murid yang sigap membawanya ke UGD rumah sakit terdekat. Ayah-bundanya segera dikontak, dan alhamdulillah, ayahnya berkesempatan mendampingi kakak di UGD ketika dokter jaga 'menambal' bocor di kepalanya dengan 5 jahitan. Wadduh...! Dia mengikut jejak sang ayah, rupanya, yang juga punya bekas jahitan di kepalanya, 'jejak' masa kecilnya juga.
Alhamdulillah, kakak tidak gegar otak, cuma cukup istirahat beberapa waktu di rumah. Buntut dari kejadian itu, kakak tak bisa ikut bertanding ke Tasik deh. Allah memang belum mengizinkan. Alhamdulillah, kakak bisa 'bersyukur' lho dengan adanya kejadian ini. Dia bilang, kalau dia jadi bertanding, mungkin musibah yang lebih besar 'menunggunya' di sana. Entah cedera saat bertanding, atau musibah bentuk lainnya. Naudzubillaah... Bagaimanapun, kejadian ini, pasti ada hikmahnya.

Thursday, March 06, 2008

Upgrade From Girlfriend to Wife

Berita dari 'dunia IT' yang selama ini nggak kuambil peduli karena biasanya pakai bahasa yang sulit dimengerti. Kali ini nyontek dari blog-nya tetangga, my dear Silly (haha... ngaku-ngaku 'dear') Sorry, dicontek abis.


This is how men react about the email “UPGRADE FROM BOYFRIEND TO HUSBAND”. They made the same story in a funny way too…
Just check this out. it’s so much fun
—————-
Dear IT Support :
I really need some help. A few month ago I upgraded a Girlfriend 7.0 program into Wife 1.0. Beyond my imagination, this new program has started to create a new sub program Child 1.0 and started to demand too much on my time and many other valuable sources.
This was not mentioned on the manual book and brochure. In additions, Wife 1.0 also crashed other programs, put herself into Daily Start-Up program, where automatically monitored all of the system activities, like a virus.
My other program such as Hang Out Café 2.5 or Friday Nite Party 3.11 has no longer run and simply crash the system every time I tried to run it on.
I tried to run Lazy Saturday 5.0 or Sleepy Sunday 4.2 but It didn’t work either. Instead, Saturday Shopping 3.0 or Sunday Home Cleaning 3.11 programs suddenly appeared and worked well.
Seems that Wife 1.0 couldn’t worked as background while I tried to run my other favorite application.
I was thinking to go back to Girlfriend 7.0 and uninstall Wife 1.0 but I couldn’t.
Could you help me on this?
Regards,
Boring Husband.


THIS IS THE REPLY…
Dear Boring Husband,
This problems are commonly appear as a basic misunderstanding of this program. Many people who upgraded Girlfriend 7.0 to Wife 1.0, think that Wife 1.0 is a Utility and Entertainment Program.
The real fact is Wife 1.0 is an Operating System, actually designed by our Programmer in HEAVEN UNLIMITED COMPANY, to run everything.
You cannot deleted or uninstall Wife 1.0 and get back to Girlfriend 7.0. Wife 1.0 was not designed for that and it will crash all of your system if you force to do that.
Several people had tried to re-install Girlfriend 8.0 or Wife 2.0 but this made new problems came up (see User Manual Wife 1.0 at Chapter 2. Alimony and Child Support).
We recommend you to keep using Wife 1.0, and try to face all of the things that you consider as problems, as good as you can.
Few tips from us, if there is a problem came up, try to run all of the Recovery Program on directory C:/APOLOGIZE, such as Say Sorry 8.0 or Hug & Kiss 9.0.
Even though few people say that Wife 1.0 is a program that needs high maintenance, but many people also know that Wife 1.0 can be a very entertaining program.
To get the maximum advantages of this Wife 1.0, you can buy an Add-on Program like Listening 5.0, Flowers 2.5 or Chocolates 1.3.
In whatever cases, we really not recommend you to re-install Secretary 1.0 program (especially Short Skirt Version) because this program is very not compatible with Wife 1.0 and almost can be predicted will definitely crash the system.
Hope this can help.
Regards,
IT Support of HEAVEN UNLIMITED COMPANY

Tuesday, March 04, 2008

Quote of the Day

Wisdom is knowing when you can't be wise.
Paul Engle

Borrowed Heaven

Lagi, sebuah lagu dari The Corrs, Borrowed Heaven. Selain asyik didengarkan, liriknya juga bagus untuk disimak. Mengingatkan diri saya pribadi, untuk mengingat bahwa semua kenikmatan hidup ini hanya pinjaman dari Yang Maha Punya. This life itself is a borrowed heaven.

All beauty, all fade away, borrowed
All moonlight, return today, borrowed
All sunrise, all shooting stars, borrowed
All earth bound bare feet in clay, borrowed
You know we're standing on

Borrowed heaven, borrowed heaven
Borrowed heaven, borrowed heaven

All heartache, all rivers cried, borrowed
Don't stay out too late tonight, borrowed
I love you, don't wanna die, borrowed
You taste like paradise, I know I'm breathing in

Borrowed heaven, borrowed heaven
Borrowed heaven, borrowed heaven

You gave me life and I will give it back
But before I do, I'm gonna hold it tight
This is my prayer

All body, all skin, all bone, borrowed
All silky, all smooth and warm, borrowed
All pleasure, all pain are one, borrowed
Almighty, I stand alone, I know I'm living in

Borrowed heaven, borrowed heaven
Borrowed heaven, borrowed heaven
Borrowed heaven, borrowed heaven

Quote of the Day

The less you know, the more you believe.

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka