Wednesday, August 31, 2022

Yuk, Libatkan Anak Dalam Tugas Rumah Harian

Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog bulan ini bertema bebas merdeka sesuai dengan bulannya, Agustus bulan kemerdekaan. Aku ingin menulis tentang sebuah hal yang masih menggelitik pikiran, mengenai keterlibatan setiap anggota keluarga termasuk anak-anak dalam tugas rumah harian.

Teringat sebuah momen saat berkesempatan mengisi sebuah sesi privat dengan salah seorang muridku. Saat itu masih pagi di masa pandemi. Anak bersekolah online melalui fasilitas zoom atau recorded lesson. Ketika aku datang, kami duduk di area ruang tamu yang katanya punya koneksi sinyal internet cukup bagus di situ. Kerabat si anak melintas untuk menyapu. Aku baru saja hendak meminta maaf karena 'mengganggu' di area yang hendak dibersihkan ketika si anak menggeram gusar saat kakinya tak sengaja tersentuh sapu yang dipegang budenya. 

"Iiih!" Ujarnya dengan geram. "Bude ke sana dong...!" Lanjutnya. Keningku auto berkerut. Heyy... harusnya dia yang minta maaf karena menghalangi area yang hendak dibersihkan. Lagipula itu adalah rumah orangtuanya, bukan rumah budenya. Bukankah seharusnya dia yang ikut berperan membersihkan rumah? Anak 9 tahun itu melanjutkan aktivitasnya mengeset laptop untuk pembelajaran hari itu, tanpa merasa bersalah dan tak juga meminta maaf. Betapa tak berempatinya anak ini... 

Kupikir, ini adalah salah satu dampak dari tak dilibatkannya anak dalam aktivitas keseharian menyelesaikan tugas-tugas di rumah. Orangtua memilih untuk tidak melibatkan anak  dalam aktivitas ini dengan beragam alasan. Kurang bersih lah kalau dikerjakan anak, dibiarkan agar bisa fokus bersekolah dan belajar lah, atau dengan alasan agar asisten rumah tangga ada kerjaan dan tak 'makan gaji buta'. Padahal sejatinya, banyak sekali manfaat melibatkan anak dalam pekerjaan kerumahtanggaan ini. Yuk kita cermati beberapa di antaranya.

Libatkan anak dalam tugas harian di rumah.

1. Melatih kebiasaan baik

Sebuah hadits mengatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Tanamkan ke anak-anak kita (tentu saja dimulai dari diri kita sendiri) bahwa ketika kita menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih, sejatinya itu menunjukkan bahwa kita pun menjaga keimanan kita. Jika kebersihan merupakan sebagian dari keimanan, maka boleh dong dianalogikan bahwa yang betah berkotor-kotor itu... ya yang begitulah. Ya masa cuma ART saja yang beriman dan kita tidak?

2. Mempertajam kepekaan

Ketika kita melakukan aktivitas bersih-bersih, tentu lama kelamaan akan terasa perbedaannya. Mana permukaan lantai yang kesat bebas debu atau lantai yang masih terasa 'berpasir' karena kurang bersih menyapu. Makin lama kita akan makin tahu bagaimana cara untuk menyapu lantai yang paling efektif dan efisien. Saat mengepel, akan terasa mana lantai yang terlalu basah (karena kurang kering memeras lap pel), atau justru tidak rata menyisir seluruh permukaan lantai karena lap pel terlalu kering.

3. Mengasah empati

Saat anggota keluarga berbagi beban pekerjaan, rasa empati akan terasah. Bahwa bebersih dan bebenah itu melelahkan, tentu bisa dirasakan oleh seluruh anggota keluarga sehingga masing-masing lebih menghargai apa yang sudah dikerjakan oleh orang lain. Ketika tahu lelahnya mengepel, tentu kita pun tak akan seenaknya menginjak lantai yang masih basah. Ketika tahu capeknya belanja dan memasak, tentu akan lebih mudah mensyukuri makanan yang terhidang. Dan seterusnya dan sebagainya.

4. Menumbuhkan rasa tanggung jawab

Ketika beban pekerjaan rumah dibagi bersama, seringkali ada pula jangka waktu yang disepakati bersama, sepaket dengan konsekuensi yang diterima. Misalnya membuka jendela setiap pagi. Ketika lupa membuka jendela di pagi hari, udara segar sudah lewat sehingga tinggal masuklah udara yang sudah tercemar polusi lalu lintas pagi. Kegiatan menyapu biasanya dilanjutkan dengan aktivitas mengepel. Ketika menyapu belum atau tidak tuntas, kegiatan mengepel pun jadi terganggu bahkan terhambat. Merapikan belanjaan ke dalam lemari sesuai peruntukannya, misalnya telur di raknya, daging di freezer, atau bahan makanan lain yang disimpan di area lain kulkas atau dapur. Salah menempatkan terkadang bisa fatal akibatnya. Hal-hal yang tampaknya sepele begini sejatinya adalah sebuah latihan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab.

5. Memupuk kemandirian

Ketika anak sudah terbiasa melakukan aktivitas bersih-bersih di rumah, saat dia dewasa tak akan sulit baginya untuk beradaptasi dengan situasi yang menuntutnya untuk mandiri dan mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Dia bahkan mungkin  bisa membantu mencarikan solusi atas beragam permasalahan yang dihadapi baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Saat dia harus mandiri ketika kuliah di luar kota bahkan luar negeri, maka anak yang terbiasa mandiri akan sangat mudah menyesuaikan diri. Sedangkan anak yang tak terbiasa akan mengalami masa sulit saat dia dewasa. Heyy... bukankah kita ingin membuat hidup mereka mudah? Ya justru itu perlu dilatihkan sejak dini, bukan dengan memanjakan mereka dengan menyediakan ART yang siap membantu kapan saja. 

Ayo, mulai libatkan putra-putri kita dengan aktivitas tugas rumah tangga. Mulai saja dari yang sederhana semacam menyapu dan mengepel lantai kamarnya sendiri. Siapkan alat bantu yang mudah dan menyenangkan, supaya mereka makin semangat membantu ayah bundanya di rumah. Bolde Super Mop punya paket ember dan mop yang tidak hanya fungsional tapi juga enak dilihat. Aku sendiri suka lihatnya, ember super mop dengan tema superman begini. Warna biru-merah khas Superman dengan ember peras berwarna kuning terang yang bisa dilepas, memudahkan kita saat membersihkan ember hingga keseluruhan dinding bagian dalamnya. Dengan tampilan gaya superman begini, siapa tahu mengepel jadi super kilat dan super bersih. Mungkin berpengaruh juga untuk memperkuat pandangan infra merah sehingga bisa melihat spot mana yang belum kena sapuan mop super ini. Seru kaaan...? Oya, yang lebih suka gaya Batman Super Mop yang lebih gelap tapi elegan juga ada... 

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka