Wednesday, September 20, 2006

Makan-makan...

Kemarin, bu Tari ultah. Awalnya aku mau ngirim e-card atau pesan sms, tapi gara-gara handphone-ku udah ogah diajak kompromi, mati-mati melulu nih... jadi kutelfon dia malem-malem. Eh, dia malah ngajak makan-makan.
Maka jadilah hari ini abis maghrib aku pergi bareng dia ke resto Pizza Hut. Mumpung ditraktir, ogah rugi dong... aku pesan menu lengkap! Hehe... Ngobrol panjang sana-sini. Berakhir dengan saling memaafkan menjelang ramadhan begini. Semoga kita masuki bulan suci itu dengan hari bersih, agar kembali fitri di Syawal nanti. Amiin.

People tells...

Somebody told me that actually :
You're an expert at persuading others to reach higher, now how about yourself? Think about your love life and what really serves your needs as opposed to locking you into repetitious and unhealthy patterns.
I'm good at persuading others to reach higher? Well... maybe I am, while I really want to set and try hard to reach a higher goal. How high I can be? Only Allah knows the best. May He blessed me in my every steps. Ameen.
In the other day, I've been told that...:
You're a source of strength and inspiration for all who know you. That's not a surprise -- you're the ultimate cosmic cheerleader. Just make sure this date is really into you. Could be they're seeking reassurance instead.
To be honest, I have to dig my own inspiration and strength too. Help me up!

Sunday, September 17, 2006

Power Kid Camp 2006

(Sebetulnya) Seru!
Tahun ini anak-anak kelas 3-5, sekitar 270-an anak, ikutan Power Kid Camp di Saung BaLounge hari Jumat dan Sabtu lalu. Cukup banyak peraturan, tapi rasanya sih alhamdulillah, cukup meminimalisasi masalah. Misalnya soal snack yang nggak boleh dibawa anak. lumayan tuh untuk mereduksi beban yang mereka bawa. Begitu juga dengan kompor parafin. Maunya sih supaya praktis, ringan dan nggak makan tempat, tapi ternyata tetap aja ada yang bawa kompor gas portable. Hhh...
Koordinasi acara kayaknya nggak begitu rapi, tapi anyway... the show went on. Well enough. Dengan satu-dua hal tak terduga yang muncul, aku sempat geregetan juga. Tapi lagi-lagi, acara akhirnya mengalir begitu saja, semua ada penanggungjawabnya juga. Alhamdulillah. Repot-repot lagi deh memantau anak-anak, menilai ini dan itu. Mulai dari pengamatan secara umum tentang kekompakan mereka maupun secara individual, penampilan di malam pensi (jie...), proses dan hasil masakan anak (atau guru pembimbingnya?) membuat nasi goreng campur, sampai merekap perolehan nilai total di sirkuit outbond. Seru-lah.
Sejak hari Jumat, anak-anak sudah tercebur di lumpur ataupun berbasah-basah mengarungi sungai kecil yang nggak begitu jernih. Tambah butek deh diubek anak-anak itu. Hihihi... Hari Sabtunya, lagi-lagi mereka berbasah-basah hingga main lumpur bahkan nangkap ikan di kolam, lalu kecebur-cebur lagi di tantangan titian bambu. Sugoi, ada juga yang lolos. Aku sendiri, kebagian jaga pos 'tebak suara guru'. Seru juga. Beberapa anak kesulitan juga nebak suara gurunya, tapi memang ada beberapa guru yang 'menyamar'. Aku berlagak jadi guru matematika. Bu Suzana berperan sebagai guru bahasa Inggris. Bu Tia nyanyi (yang ternyata, untuk beberapa anak, suaranya dianggap sama dengan suaraku! Mereka tertipu...). Pak Dani ngaji, dsb. Sedangkan Pak Nino, dengan 'default' suaranya, sangat mudah dikenali anak-anak. Nggak ada yang meleset deh nebak suaranya.
Sejak pagi sampai siang nongkrong di lapang, biarpun sempat pake payung juga, ternyata tetap aja membuat kulitku terbakar sinar matahari. Merah banget deh, punggung tangan malah berbintik-bintik gatal. Resiko... tapi insya Allah beberapa hari ke depan, sudah pulih kembali.
Menjelang sore, sudah banyak barang tertinggal yang tidak diakui anak. Entah males ngambilnya (lumayan kan, ngurangin beban. :P), atau memang nggak kenal dengan barangnya sendiri. Nyatanya, setelah sampai di sekolah lagi pekan ini, beberapa anak ingin mengambil barangnya yang tertinggal untuk dibawa pulang. Ah... kebiasaan deh.

Friday, September 08, 2006

KBM Lapangan Kelas 4

Kamis pagi sampe siang, pergi ke Wiyata Guna, kita. Sempat panik karena ada kabar para sopir jemputan mogok gara-gara ada masalah ketidaksepakatan finansial dengan pihak yayasan di hari-hari sebelumnya. Itu sih bukan urusan kita dong, tapi betul-betul bikin ketar-ketir.
Anak-anak udah nggak sabar pengen berangkat. Sejak jam 8 kurang, ada yang udah keliaran di luar kelas, padahal jadwal keberangkatan jam 8.30. Jadwal sudah kutulis dan kubagikan sehari sebelumnya. Alhamdulillah, Pak Nino dengan sigap mengambil alih pimpinan dan cuap-cuap di lapangan dengan megaphone, sementara aku mondar-mandir ke kantor SD, ke kantor Yayasan, ngurusin surat tugas, ngecek kelengkapan keberangkatan (semacam souvenir, hadiah-hadiah, sedikit sumbangan, etc), juga memastikan Pak Aswah jadi ikut berangkat dan sudah nyiapin LKS yang diminta. Bu Aas yang kebagian ngurusin konsumsi, kayaknya ok-ok aja dengan kerjaannya. Partnerku kelihatannya agak gagap nih, sampe akhirnya aku 'keras-kerasan' sama dia. Kubilang,"Saya masih harus ngurusin ini dan itu nih... Ibu deh yang ngurusin anak-anak di kelas!" Arrgh! Pak Jajang (dan akhirnya Pak Nino juga sebagai wali kelas-wali kelas) sempat kuajakin curhat kecil tentang (mungkin) aksi mogok para sopir. Alhamdulillah, kita semua akhirnya bisa berangkat juga walaupun sopir jemputan yang membawaku sedikit bermuka dua. Di depanku manis-manis, tapi di belakang kesal menggerutu juga (di depan anak-anak)
Di Wiyata Guna, acara berjalan ya... gitu deh. Lancar banget sih enggak, tapi nggak jelek juga kok. Guru-guru sih dapat kesan mendalam (kayaknya), tapi entah dengan anak-anak.

Beberapa tempat yang nggak sempat kita datangi saat survey akhirnya ‘terjamah’ juga. Subhanallah… tidak hanya seru, tapi memang betul-betul membuat kagum. Kecanggihan teknologi yang dipergunakan di sana tentu saja berbeda standar dengan yang biasa kita gunakan sehari-hari. Komputer ‘bicara’ bikin anak-anak (dan gurunya juga. Hehe…) terkagum-kagum. Kata yang mereka ketikkan di keyboard komputer bisa ‘dibaca’ dengan aksen inggris. Pronunciationnya nggak terlalu ‘kena’ sih, tapi tentu saja sangat membantu mereka yang tidak berkemampuan melihat untuk tahu apa yang telah mereka ketikkan. Selain itu, dengan fungsi tertentu, mereka bisa mengubah kata-kata itu jadi bentuk Braille. Begitu pula printernya, yang bisa secara otomatis mencetak kata atau kalimat dalam huruf latin langsung ke dalam bentuk Braille. Subarashii…!! Perangkat lunak dan kerasnya memang masih impor dan sangat mahal, tapi betul-betul sangat membantu mereka.

Jalan lagi, aku, bu Rika dan Ayang ketinggalan rombongan. Yang lain mengunjungi asrama, aku ‘nyasar’ ke lokasi lain. Tapi akhirnya ketemu lagi dengan rombongan. Jalan ke perpustakaan. Kita mengagumi alquran edisi Braille. Mata, sugoi…! Satu juz aja bisa satu buku besar! Tapi lebih hebat lagi, temen-temen di sana yang bisa ngapalin bahkan dengan ‘modal’ pendengaran aja. Subhanallah… Segala puji lagi-lagi hanya untuk-Nya yang memberi keseimbangan. Para tunanetra itu diberi kekurangan penglihatan, tapi justru diberi kelebihan lain yang sulit ditandingi orang ‘normal’ seperti kita (aku, tepatnya.) Fabiayyi aala-i Robbikumaa tukadzdzibaan.

Selepas jalan-jalan keliling kompleks Wiyata Guna, kita ngumpul lagi di aula, lalu ngadain game kecil yang nggak terlalu seru sih, soalnya akhirnya mbikin kita nggak bisa berbaur, dan… masalahnya mesti pake pegang-pegangan. Aku risih aja. Kalo anak-anak sih kayaknya takut. Haha…! Habis itu kita sempat ngewawancara mereka. Beberapa anak seperti Ovi dengan cukup percaya diri dan empati, bertanya ini-itu pada mereka, sedangkan yang lainnya terlihat menahan diri, segan dan nggak tahu mesti gimana.

Kita ikut shalat di masjid kompleks Wiyata Guna yang akhirnya penuh banget dengan rombongan dari Salman. Bikin penuh dan bikin ribut. Waduh…! Bikin malu banget deh. Dimulai dari satu-dua orang yang batuk beneran, lalu sambung-menyambung deh dengan yang batuk jadi-jadian. Aku aja terganggu, apalagi mereka, para tuna netra yang telinganya jadi ‘tajam’ sekali. Dua orang anak laki-laki di barisan tengah malah ribut saling injak kaki temannya. Pak Jajang sampai mbatalin shalatnya untuk melerai mereka. Di sekolah, anak-anak putra dikumpulin deh dan diberi wejangan. Sesi keputraan pertama? Haha… Aku ikut nimbrung karena ‘anak-anakku’ kan nggak punya bapak. Selain itu, sok ketua level aja, aku pengen tahu, anak-anak itu bakalan diapain. Aku juga pengennya sih marahin mereka. Tapi rupanya pak Nino sangat bijak. Hari itu dia shaum, jadi dia bilang dia nggak mau marah. Anak-anak ‘tersentuh’ deh kayaknya. Aku sendiri juga ‘tersentuh’ nih. Satu hal yang disampaikan Pak Nino adalah bahwa mungkin kita, guru-gurunya yang belum optimal menanamkan pendidikan dan pengertian kepada anak-anak itu. Mudah-mudahan nggak terjadi di waktu dan tempat yang lain.

Sorenya, sesi belajar berlangsung seperti biasa. Mr. T yang mestinya ngajar di kelas 4B, ternyata ‘menghilang’. Pak Nino mempertanyakan hal itu padaku sebagai guru piket. Gila! Capek juga nih gue hari ini, mana lapar lagi, belum makan. Setelah bolak-balik sana-sini bahkan sampe ngadu ke wakur, aku akhirnya ngisi sesi belajar di kelas 4B. Praktek nyanyi sambil aku iringi dengan gitar (minta Loudra mbawain dari ruang guru).

Monday, September 04, 2006

a little poem

Kusapa dia. Bukannya tak sengaja
Ada perlunya bertukar kata
Tersendat, terpatah-patah
Kelu lidahku
Dia tersenyum,
disembunyikannya sebegitu
Mengapa?
Mungkin tahu salah tingkahku
walau tak terlalu

Jangan salahkan aku
Bila aku begitu
Itu karena kamu
salahmu
tahu?

kamu pun berlalu...
hey,
jangan bawa hatiku!

Friday, September 01, 2006

Menjadi Seorang Aktivis Pergerakan

Lagi-lagi ngutip tulisan dari milis tetangga. Hehe...
Tapi isinya mungkin bisa jadi bahan pemikiran buatku. Beberapa waktu ini seorang ikhwan menyarankan aku untuk bergabung kembali di suatu kelompok Halaqah atau pengajian. Aku sempat diskusi (atau curhat?) sama dia tentang mekanisme suatu halaqah yang mbikin aku kurang simpati, selain perilaku beberapa orang 'aktivis'nya juga nggak simpatik. Itu yang mbikin aku agak males untuk gabung. (Knapa, Dee? Takut 'tertular' ketidaksimpatikannya? Haha...)

Menjadi Seorang Aktivis Pergerakan
http://fauzan.wordpress.com/2006/09/01/39/
Istilah "HAROKAH" mulai populer di Indonesia di tahun 1980-an. Kata yang dimaknai sebagai "Pergerakan" ini mulai akrab di telinga kita masyarakat Indonesia bersamaan dengan "membanjirnya" buku-buku pergerakan di Indonesia, yang berasal dari Timur Tengah. Banyak diantaranya adalah tulisan-tulisan dari 'tokoh pergerakan' yang mengilhami munculnya beragam gerakan pembaharuan di berbagai belahan dunia, Ust. Hasan al-Banna dan Ust. Sayyid Qutb adalah dua diantaranya. Jika Harokah disandingkan dengan kata Islam, menjadi Harokah Islamiyah, maka ia adalah semangat untuk mengembalikan Islam agar kembali hadir dalam kehidupan nyata, menjelma menjadi perlaku setiap insan dalam posisi apapun dan sebagai apapun. Dan "Tarbiyah" adalah agenda guna mencapai tujuan tersebut. Sasaran-sasaran untuk mencapai tujuan tersebut adalah Takwin (pembentukan):
1. As-Syakhsiyah Islamiyah (Pribadi Muslim)
2. Al-Usrah al-Muslimun (Keluarga Muslim)
3. Daulah Islamiyah (Pemerintahan Islam)
4. Khilafah Islamiyah
Dan muaranya adalah menjadikan Islam sebagai penopang peradaban bagi seluruh kehidupan manusia dan ekspansi untuk menyelesaikan segala problematika umat manusia. Sebuah organisasi termasuk Harokah tidak mungkin bisa berjalan secara mulus tanpa kehadiran aktivis-aktivis dengan militansi tinggi. Keberadaan aktivis Harokah yang militan menjadi sebuah keniscayaan. Guna mencapai tujuan Harokah Islamiyah, aktivis Harokah harus mempunyai karakter seperti yang ALLOH gambarkan dalam QS Al Maidah 54, yakni:"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui".
Karakteristik aktivis Harokah (Pergerakan) dalam ayat di atas adalah:Pertama, Mencintai ALLOH di atas segalanya. Cinta adalah energi kehidupan dan mencintai ALLOH adalah energi dari segala energi. Kedua, bersikap lemah lembut kepada sesama orang beriman. Hal paling rendah yang perlu diwujudkan terhadap sesama Mukmin adalah berbaik sangka. Setelah cinta kepada ALLOH, kekuatan yang paling besar adalah kekuatan Ukhuwah. Ketiga, bersikap penuh wibawa dalam berhapan dengan orang-orang kafir. Salah satu penyakit sebagian umat Islam adalah kalah mental di hadapan orang-orang kafir dan menjadi 'penyambung' lidah mereka. Keempat, Berjihad di jalan ALLOH adalah bagian dari Iman. Kelima, Al-Wala (Loyalitas, kesetiaan, pembelaan) hanya diberikan kepada ALLOH, Rasululloh dan orang-orang yang beriman. Sedangkan AHLAQ aktivis Harokah tergambar dalam QS Al-Anfal 45-47(45) "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya [620] agar kamu beruntung." (46) "Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."(47) "Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan. Pertama, teguh hati dan pendirian. Setiap aktivis Harokah harus mempunyai konsistensi dalam menghadapi segala kondisi dan keadaan. Kedua, memperbanyak Dzikrullah dan senantisa ingat kepada ALLOH. Dzikir kepada ALLOH merupakan salah satu indikasi adanya jalinan ikatan yang kuat antara manusia dengan ALLOH. Ketiga, Menjaga Ukhuwah dan meninggalkan segala hal yang menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Keempat, Sabar, ia adalah salah satu energi guna mengemban tugas dakwahKelima, Rendah hati.Selamat berjuang kepada para aktivis Harokah, kemampuan untuk senantisa menjaga "kualitas Maknawiyah" adalah kunci keberhasilan dari apa yang diperjuangkan. "Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti" [Al-Anfal 65]
Wallahu'alam Bissowab.

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka