Sunday, September 17, 2006

Power Kid Camp 2006

(Sebetulnya) Seru!
Tahun ini anak-anak kelas 3-5, sekitar 270-an anak, ikutan Power Kid Camp di Saung BaLounge hari Jumat dan Sabtu lalu. Cukup banyak peraturan, tapi rasanya sih alhamdulillah, cukup meminimalisasi masalah. Misalnya soal snack yang nggak boleh dibawa anak. lumayan tuh untuk mereduksi beban yang mereka bawa. Begitu juga dengan kompor parafin. Maunya sih supaya praktis, ringan dan nggak makan tempat, tapi ternyata tetap aja ada yang bawa kompor gas portable. Hhh...
Koordinasi acara kayaknya nggak begitu rapi, tapi anyway... the show went on. Well enough. Dengan satu-dua hal tak terduga yang muncul, aku sempat geregetan juga. Tapi lagi-lagi, acara akhirnya mengalir begitu saja, semua ada penanggungjawabnya juga. Alhamdulillah. Repot-repot lagi deh memantau anak-anak, menilai ini dan itu. Mulai dari pengamatan secara umum tentang kekompakan mereka maupun secara individual, penampilan di malam pensi (jie...), proses dan hasil masakan anak (atau guru pembimbingnya?) membuat nasi goreng campur, sampai merekap perolehan nilai total di sirkuit outbond. Seru-lah.
Sejak hari Jumat, anak-anak sudah tercebur di lumpur ataupun berbasah-basah mengarungi sungai kecil yang nggak begitu jernih. Tambah butek deh diubek anak-anak itu. Hihihi... Hari Sabtunya, lagi-lagi mereka berbasah-basah hingga main lumpur bahkan nangkap ikan di kolam, lalu kecebur-cebur lagi di tantangan titian bambu. Sugoi, ada juga yang lolos. Aku sendiri, kebagian jaga pos 'tebak suara guru'. Seru juga. Beberapa anak kesulitan juga nebak suara gurunya, tapi memang ada beberapa guru yang 'menyamar'. Aku berlagak jadi guru matematika. Bu Suzana berperan sebagai guru bahasa Inggris. Bu Tia nyanyi (yang ternyata, untuk beberapa anak, suaranya dianggap sama dengan suaraku! Mereka tertipu...). Pak Dani ngaji, dsb. Sedangkan Pak Nino, dengan 'default' suaranya, sangat mudah dikenali anak-anak. Nggak ada yang meleset deh nebak suaranya.
Sejak pagi sampai siang nongkrong di lapang, biarpun sempat pake payung juga, ternyata tetap aja membuat kulitku terbakar sinar matahari. Merah banget deh, punggung tangan malah berbintik-bintik gatal. Resiko... tapi insya Allah beberapa hari ke depan, sudah pulih kembali.
Menjelang sore, sudah banyak barang tertinggal yang tidak diakui anak. Entah males ngambilnya (lumayan kan, ngurangin beban. :P), atau memang nggak kenal dengan barangnya sendiri. Nyatanya, setelah sampai di sekolah lagi pekan ini, beberapa anak ingin mengambil barangnya yang tertinggal untuk dibawa pulang. Ah... kebiasaan deh.

No comments:

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka