Sunday, April 19, 2009

Kakak dan Keponakanku...

Hari Minggu pagi, pukul 3 dini hari, telefon berdering. Kupikir, pasti bukan kabar yang terlalu baik. Emergency, pasti.
Pada intinya, kesimpulannya, aku dan ibu akan segera berangkat ke rumah kakakku (sebetulnya tidak terlalu jauh dari rumah, hanya sekitar 20 menit-an). Kakak iparku demam tinggi dan akan dibawa ke rumah sakit, sementara dua dari tiga keponakanku juga masih sakit. Kakak Panji si sulung menderita gejala thypus, rawat jalan di rumah, sementara si nNeng Layla juga masih dalam masa pemulihan dari demam juga. Alhamdulillah, si bungsu adik Rizki kelihatannya sehat-sehat saja. Aku dan ibu menemani mereka bersama si teteh, helper di rumah kakakku yang alhamdulillah, cekatan sekali.
Pagi, satu-satu anak itu mulai bangun. Nneng memang agak heran ketika dia memanggil bundanya, yang muncul kok tantenya. Kubilang, bunda mengantar ayah ke rumah sakit, dan dia tidak banyak bicara lagi. Sementara adik Rizki juga tidak rewel mencari-cari mamanya, padahal dia baru satu-dua minggu disapih karena sudah memasuki usia dua tahun. Dia malah mau ikut menemani teteh beli bubur ayam untuk kedua kakaknya. Jadi customer pertama di pagi hari itu. Kakak Panji merasa masih pusing dan lemas, juga agak mencemaskan esok hari saat dia harus cek darah lagi (hmm... siapa yang tak gentar jika harus diambil darah lagi dengan jarum tajam yang ditusukkan ke lengan? Aku saja gentar kok. hehe...) Aku masih asyik-asyik sms-an dengan si bunda yang selalu meng-update kondisi anak-anak di rumah sementara dia mendampingi sang suami yang sedang ditangani di UGD lalu akan segera 'dikamarkan' di salah satu ruangan di Borromeus.
Tak berapa lama kemudian dia pulang untuk menyegarkan diri dan mengambil beberapa helai baju dan keperluan lain untuk A Lulu. Melihat kondisi anak-anaknya, lalu memasrahkannya di tangan kami, para 'pengasuh'nya, tapi di atas semua itu, menitipkan mereka dalam perlindungan Allah SWT. Sepanjang siang, anak-anak rasanya baik sekali. Ya... nNeng kadang-kadang manja nggak ketulungan (baca: cengeng dan ngambekan), tapi ya... dimaklum-lah, namanya juga sedang sakit. Tapi kakaknya juga sedang sakit kan, dan ulah Layla jadi terasa sangat mengganggu. Tapi untungnya kakak sabar, dan kurang bernafsu berkonfrontasi dengan Layla walaupun masih nggak bernafsu makan. Tapi lagi-lagi, dia cukup mudah menerima pengertian, argumen dan alasan dan kemudian memaksakan diri untuk menelas satu-dua suap makanan lunak.
Sementara itu, ternyata kakak iparku terkena DB nih. Trombositnya turun drastis, sementara suhu tubuhnya sudah mencapai 40 derajat celcius. Wow... Kakakku sempat khawatir (ya iyalah...) karena kondisinya di waktu sore terlihat menurun dibandingkan kondisinya di pagi hari. Untungnya, salah seorang rekan kerja (atau bawahan ya?) kakak iparku bisa menemani dia di malam hari di rumah sakit, sementara teh Trini pulang untuk menemani anak-anak. Tak berapa lama setelah dia kembali ke rumah, akupun pulang ke rumah. Besok aku harus ke sekolah lagi, dan saat ini aku tidak bawa seragam Seninku.
Allaahumma Robbannaasi mudzhibal ba'si, asyfi antasyaafi laa syifaa-uka syifaa-anlaa yughaadiru saqoman.
Ya Allah, Tuhan segala manusia, jauhkanlah kesukaran/penyakit itu dan sembuhkanlah ia (mereka). Engkaulah yang menyembuhkan, tak ada obat selain obatmu, obat yang tidak meninggalkan sakit lagi. Amiin ya Rabbal'aalamiin.

2 comments:

Anonymous said...

Syafahumullah untuk semua ya mbak,semoga Allah menyembuhkan, melimpahi kesabaran berlapis dan iman,insya Allah, amin...

Diah Utami said...

Amiin ya Rabbal'aalamiin. Terima kasih untuk doanya ya.

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka