Sunday, September 24, 2017

Belajar Masak

Aku tidak pandai memasak. Bahkan boleh dibilang tidak bisa memasak. Nyaris tak ada resep yang kuhapal di luar kepala. Biasanya aku mengandalkan contekan ke buku resep, atau praktisnya sih pakai bumbu instan yang sekarang banyak tersedia di pasaran. Tapi kadang-kadang, memasak dari nol itu jadi tantangan tersendiri lho (selain rasa bumbu instan yang seringkali memang terlalu 'pabrikan'). 
Well... it's never too late to start. 
Aku pun mengecek resep-resep di web kumpulan resep, hasil googling yang membawaku mendarat di web cookpad. Banyak referensi resep yang beda-beda walaupun nama masakannya sama. Okelah, tinggal kita pilih saja sesuai selera. 
Beberapa resep sudah kucoba. Senang juga ketika berhasil memasak suatu masakan dengan rasa yang tidak mengecewakan. Beberapa kali kubawa hasil masakanku sebagai bekal makan siang. Lumayan juga kan untuk memangkas pos pengeluaran, daripada ikut catering terus-terusan.
Sedikit bahas tentang cookpad ah. Web ini berisi beragam resep yang disuplai oleh para penyuka masak-memasak untuk berbagi resep andalannya. Setelah search satu nama masakan, biasanya resep contekan berderet minta dilirik. Aku sih cek 4 atau 5 resep sebelum memutuskan untuk memasak dengan panduan resep terpilih. Beberapa resep yang tampak menggoda (selain fotonya yang juga bikin mulut nganga), kutandai di 'cookmark', supaya sewaktu-waktu bisa kukunjungi lagi saat aku perlu.
Setelah berhasil masak sesuai resep (atau kadang dimodif sedikit...), seru juga sih untuk membagikan hasil re-cook di halaman resep yang kucontek. Sebetulnya, kebahagiaannya terletak pada kepuasan setelah berhasil mengeksekusi bahan masakan sesuai resep. Ketika hasil masakan kubagi ulang (walaupun hanya berupa foto siih) dengan cukup percaya diri, itu ternyata menyenangkan. 
Ini cuma sebagian resep masakan rumahan yang sudah kucoba re-cook. Bukan suatu prestasi besar yang layak dibanggakan juga sih sebetulnya, cuma sekedar ingin curhat belaka. Ketika memasak bukan suatu kecintaan, maka sukses-sukses kecil begini terasa bermakna.
Sesekali aku berpikir jauh ke masa silam. Ketika aku kecil, sebetulnya cukup sering diajak ibu turun ke dapur untuk bantu-bantu, tapi minatku bukan di bidang masak-memasak. Aku suka ikut ibu pergi belanja ke pasar. Melihat interaksi antara pedagang dan pembeli, itu jadi sebuah pengalaman pembelajaran juga. Tapi urusan masak-memasak? Ahaha... Malesin ah. Tapi mengingat masak dan menyiapkan makanan itu esensial, jadi ya belajar juga deh sekarang. Nyontek juga nggak apa ya, toh nggak akan dinilai juga :p

Saturday, May 27, 2017

Kolak... Panas Atau Dingin?

Mengenang masa kecil dulu, ibu sering menyiapkan beragam jenis kolak sebagai hidangan berbuka. Yang paling sering sih kolak pisang rasanya. Kadang ditambahi kolang kaling atau tape ketan, bisa juga dengan variasi ubi manis atau singkong. Sesekali ibu masak kolak labu kuning juga siih, tapi mungkin karena kurang peminat, jadi jarang-jarang juga jenis kolak ini terhidang di meja makan saat buka puasa tiba. 
Kali ini aku tergoda melihat pisang di tukang sayur langganan. Setelah merayu si mamang untuk mengizinkanku membeli setengah sisir saja, kubawa pulang keranjang belanja yang sudah sarat dengan bahan makanan persiapan untuk Ramadhan kali ini.
Sebetulnya, sebagai lajangster, aku jarang-jarang juga masak. Sesukanya dan sesempatnya saja. Tapi memang di bulan Ramadhan biasanya aku jadi rutin masak, baik untuk penganan berbuka, apalagi untuk makan sahur. Kali ini, kolak pisang jadi menu perdana untuk takjil buka puasa di Ramadhan tahun ini.
Setelah sempat galau untuk mengolah pisang, antara menggorengnya atau dibuat kolak, akhirnya kuputuskan untuk membuat kolak saja. Itung-itung nostalgia saat ibu masih ada. Kali ini menu untuk sendiri, tak perlu banyak-banyak tentunya, Mau masak sebuah pisang saja (jadi 4 potong) untuk kumakan sendiri kok rasanya tanggung yaa... akhirnya agak-agak maruk, kukupas 3 buah pisang untuk kujadikan kolak. Tak habis untuk sesi berbuka kali ini, kusimpan sebagiannya untuk jadi cemilan saat sahur nanti.
Menikmati hidangan puasa
Bersyukur atas rezeki-Nya
Kolak dingin sisa berbuka
Dinikmati dengan suka cita
(Aku sih memang lebih suka kolak dingin. Kalau kamu?)

Sunday, April 16, 2017

Banana Cupcake

Long week end begini, bikin mood untuk ke mana-mana jadi menguap. Kabarnya, Bandung penuh!!! Jarak Jakarta-Bandung dijalani dengan waktu tempuh membengkak hingga berjam-jam. Itu kabarnya... dari status teman-teman yang saling berkabar di media sosial. Maka tanpa menyesal, kulewatkan akhir pekan di rumah saja, mengurusi rumah dan kebun yang nggak seberapa besar. Berasa home sweet home banget. 
Merasa sebagai orang rumahan (padahal nggak ada budget buat jalan-jalan), kuhabiskan waktu di seputar dalam rumah saja. Salah satu aktivitas yang kusukai akhir-akhir ini adalah memanggang kue. Kabarnya, memanggang kue bisa menghilangkan stress lho. Cobain yaa... 
Kali ini aku manggang Banana Cup Cake lagi. Sengaja beli pisang kelewat matang di supermarket supaya dapat harga miring plus bisa langsung diolah. Sekalian kubagikan resepnya di sini ya. Sedikit modif dari resep contekan dari cookpad nih.
Bahan-bahan:
Adonan kering:
250 gram tepung terigu
200 gram gula pasir
2 sdt baking powder
1 sdt soda kue
1/2 sdt garam
Adonan basah:
3 buah pisang ambon (yang sudah sangat matang)
2 butir telur, kocok lepas
115 ml susu cair full cream
115 ml minyak sayur
1 sdt perasan air jeruk nipis atau jeruk lemon
1 sdt vanilla ekstrak
Tambahan:
Selai cokelat untuk isian atau cheese spread untuk hiasan.
Cara Membuat:
1. Campurkan adonan kering dalam sebuah wadah. Aduk rata, lalu sisihkan.
2. Lumatkan pisang dengan garpu, tambahkan telur kocok, susu, minyak sayur, air perasan jeruk dan ekstrak vanilla. Aduk hingga semuanya tercampur rata.
3. Tuang adonan basah ke dalam wadah berisi adonan kering. Aduk kembali hingga adonan tercampur rata.
4. Siapkan wadah/cetakan cupcake, tuang adonan satu persatu. Panggang dengan api sedang hingga berwarna kuning kecoklatan. Cek kematangan kue dengan menusuknya dengan lidi. Jika adonan tak lagi menempel di lidi, itu menandakan kue sudah matang.
5. Lepaskan dari cetakan. Kue siap dihidangkan.

NOTE
Aku sisipkan langkah ke-4.a. Tuang 2 sendok adonan ke cetakan cupcake. Tambahkan setengah sendok (boleh lebih) selai cokelat, lalu tutup lagi dengan adonan kue hingga 7/8 penuh. Setelah itu panggang kue hingga matang. Ini jadi lava cake ala ala gitu... Pas digigit, cokelatnya lumerrr. Yumm, enak nggak siih...?
Atau tahap terakhir kalau nggak pakai selai cokelat di dalamnya, oles/tambahkan cheese spread di bagian atas kuenya. Lengkap sudah kenikmatan sarapan pagi di long week end ini. Selamat sarapan, semua...

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka