Tuesday, October 31, 2006

Karaoke...

Janjian ketemu seorang teman lama di masjid Salman. Ngobrol panjang lebar, dilanjut sambil makan-makan di Pizza Hut. Berita mengejutkan kudengar darinya. Dia baru saja menjalani kejadian yang sangat tidak menyenangkan, heartbreaking. Selain menjanda dengan 2 anak (salah satunya dipisahkan darinya) karena suami yang melakukan kekerasan domestik, dia ternyata sudah menikah lagi sebagai istri kedua, sirri, dan kemudian bercerai lagi. Baru sebulan yang lalu, 33 hari yang lalu, tepatnya. Masya Allah…

Tapi walaupun dia bilang dia (tentu saja) sempat nangis-nangis, tapi ketika menceritakannya, dia terlihat sangat tenang dan terkendali. Wah… kalau aku yang ada di posisi dia, aku nggak yakin apa aku bisa setenang itu. Laa yukallifullaahu Nafsan illa wuts’aHaa.

Jadi kepikiran… apa ya maksud Allah di balik semua kejadian ini? Pertemuanku dengannya, mendengarkan ceritanya, juga tentang seorang teman lain yang rela jadi istri pertama yang diduakan. Kenapa semua cerita yang kudengar ternyata berhubungan dengan pernikahan-pernikahan ganda. Apa maksudnya, ya Allah? Beri aku pengertian…!

Siang, dapat sms dari Ita dan Lina, ngajakkin karaoke-an. Hihi… hayu. Janjian ketemu di masjid Salman bada shalat maghrib, kita lalu pergi ke karaoke box di daerah Buahbatu (pelanggan setia deh ya…?). Masuk waiting list, akhirnya kita minum-minum dulu di cafĂ© seberang. Haus banget, aku minum 2 botol sekaligus! Lina minum 1, Ita ambil jus avocad setelah sempat ragu. Sambil ngobrol banyak juga.

Karaoke-an, kurang seru ah. Beberapa lagu yang kita minta (terutama lagu Jepang), ternyata nggak bisa ditampilin. Kecewa aja. Akhirnya, tentu saja, mengalihkan pilihan lagu ke kategori lain, misalnya lagu-lagu barat atau lagu Indonesia. Tapi sempat jadi ‘buang waktu’ karena kelamaan milih. Sayang aja, waktu dan kesempatan nggak termanfaatkan secara optimal. Tapi bagaimanapun, we were having fun that night. O tsukare sama deshita… m(_ _)m Aku sendiri sempat nyanyiin satu lagu (cukup baru) dari Kahitna yang jadi my soundtrack of the month, Aku, Dirimu, Dirinya. Nada dasarnya terlalu rendah euy, jadi kurang nyaman nyanyinya. Kapan-kapan mau download lagu itu ah buat jadi nada dering handphone-ku. ;) Sekarang ini banyak orang protes atau bertanya-tanya. Kenapa sih nada deringku kok lagunya Iwan Fals, Aku Bukan Pilihan. Buatku, ya… ganti aja kata lelaki di lagu itu dengan wanita. Gue banget kan? Tapi memang lagu Kahitna lebih gue lagi. Hehe… ;)

Serigalamu...?

Sebuah tulisan kutipan dari forward e-mail yang kudapat beberapa waktu berselang. Masih bagus untuk direnungkan. Never been out of date.
Seorang pemuda Indian bertanya kepada kakeknya, mengapa ia mudah sekali tersinggung, gampang marah, tidak tenang, dan selalu punya prasangka buruk terhadap orang lain. Dia ingin tahu cara mengubah perangainya.

Sang kakek berkata bahwa dalam diri manusia ada dua ekor serigala. Serigala yang satu selalu berpikiran negatif, mudah marah, dan selalu berprasangka buruk. Sedangkan serigala yang kedua selalu berpikiran positif, baik hati, dan suka hidup damai. Setiap hari kedua serigala ini selalu berkelahi.

Lalu siapakah yang menang? tanya si pemuda.

Yang menang adalah yang setiap hari kau beri makan
, kata sang kakek.

Perumpamaan di atas cantik sekali. Kebaikan dan keburukan dalam hati kita akan selalu ada, tapi sisi manakah yang akan kita ‘pelihara’, itu tentu jadi pilihan kita. Jadi, serigala mana yang akan kita beri makan setiap hari? Pasca Ramadhan ini akan jadi titik start lagi untuk kita, memberi peluang kepada hati kita untuk ‘memberi makan serigala yang mana’…? Bismillah. Semoga Allah senantiasa menuntun hati kita untuk selalu condong kepada kebaikan. Amiin.

Sunday, October 29, 2006

Ke Saung Angklung (lagi...)

Siang tadi, berkunjung ke Saung Angklung Udjo, untuk yang kesekian kalinya. Nggak akan bosan deh. Kali ini nebeng rombongan PT. Damarwuri, kantornya A-Lulu (kakak iparku) yang menyelenggarakan syukuran pasca Ramadhan di sana. Seru! Makan siang di sana, kebetulan lagi lapar nih. Hehe… Alhamdulillah ennak! Menunya, biasa aja sih sebenarnya… nasi timbel, ayam kampung goreng, tempe + tahu goreng, sambal lalap, plus sayur asem hangat. Beneran, ennak! Setelah itu, kami disuguhi paket pertunjukkan lengkap dari saung angklung. Kali ini ada yang baru.
Iring-iringan helaran untuk upacara khitanan ditambahi dengan beberapa orang di bagian belakang yang berjalan di atas jangkungan. Kali ini, anak yang duduk di atas kursi jampanan juga berdandan rapi, dengan baju beskap keemasan dan tutup kepala senada.
Tampilan arumba membawakan lagu ‘baru’, salah satu lagu favoritku, Yang Terbaik Bagimu dari Ada Band. Jadi pengen ikutan nyanyi. ;) Hehe… Tapi nada dasarnya memang terlalu tinggi, penyanyi Saung Angklung kelihatannya agak kesulitan membawakannya (selain memang belum hapal betul. Hehe…) Beneran, jadi pengen ikutan urun suara. Di acara tasyakur binnikmah yang lalu aku sama Ocha kan nyanyiin lagu ini juga. ;) Masih
hapal lah…
Di sesi angklung interaktif, keponakan-keponakanku kelihatannya menikmati betul acara ini. Panji serius memperhatikan dan memainkan angklung nomor 4 yang dipegangnya. (3 atau 4 tahun yang lalu, ketika dia datang ke sini, dia masih sangat ingat bahwa dia pegang angklung nomor 5) Ketika sesi belajar memainkan angklung relatif baru mulai, kita mesti konsentrasi memperhatikan gerakan tangan teh Ika, sang pemandu, dan memainkan angklung yang kita pegang sesuai dengan kode gerakan tangannya. Mulai dari cek suara angklung dengan solmisasi, dilanjut dengan ‘menyanyikan’ Brother Jacob, I Have A Dream, dan beberapa lagu sederhana lainnya, eh… tahu-tahu salah satu penonton nyeletuk, menantang sang pembawa acara untuk memimpin lagu SMS yang emang lagi ngetop banget…. Eh, ternyata mereka (bersama para pemain arumba yang jadi pengiring lagu) sudah siap tuh. Tantangan terjawab. Tuntass! Si Jablai (eh, sebenarnya siapa sih namanya? Hehe…) malah balik ditantang untuk ikut menyanyikan lagu itu. Nyaris bisa. Tapi… boleh jugalah.
Tampilan angklung ensemble dibawakan para junior yang masih kecil-kecil…! Mulai dari anak-anak TK sampai SMP, kali. Mereka membawakan medley 5 lagu nusantara, dari Bungong Jeumpa sampai Yamko Rambe Yamko. Sangat tidak mengecewakan. Dua jempol untuk mereka! Seperti biasa, di akhir acara kita ikutan turun panggung dan menari bersama mereka. We are all have a lot of fun today! Thank you.

Saturday, October 28, 2006

Kunjungan Silaturahim

Janjian dengan beberapa teman untuk bersilaturahim ke rumah Pak Rombang, mantan atasan kita. Bu Umi ngontak Bu Sri dan Pak Rombang, aku ngontak bu Tika sama bu Tia. Lalu nambah tugas lagi. Bu Umi ngontak Pak Rahmat plus pesan berantai ke beberapa bapak guru lain (minus the requested one. ;)), aku ngontak Pak Soleh, tapi karena susah ter-connect akhirnya ngontak pak Nino yang sukses menghubungi 2 orang pak guru lainnya.

Pagi, Bu Tika nyamper aku, ninggalin motor di rumah, lalu pergi ke rumah bu Umi dulu. Sekitar jam 11 nyampe sana, ngobrol-ngobrol bentar, sampe dijamu makan siang di sana (gepuk, tahu pecel (?), tumis kangkung, nasi hangat), wah… enak deh. Alhamdulillah. Pak Soleh nanyain alamat pak Rombang. Bu Umi cariin alamatnya di buku telepon, dan kukirim via sms. Sekitar jam satu-an bertolak dari sana, eh… kejebak macet di Cihampelas. Pak Nino juga nanyain alamat pak Rombang via sms, dan ku-forward sambil salah-salah kirim euy, soalnya sambil nyetir sih. Eh… pak Nino nanyain arahan lagi ketika kita sedang rada ngebut di Sukarno-Hatta. Lagi di jalur cepat nih, akhirnya bu Tika yang mbalesin sms-nya. Mampir dulu untuk beli buahan buat oleh-oleh, akhirnya nyampe rumah pak Rombang sekitar jam 3-an. Sudah ada Pak Soleh (yang datang paling awal), pak Nino, dan Pak Eko bareng istri dan anaknya. Kita lalu terlibat perbincangan seru, ke sana ke mari, tapi tetap aja nggak jauh dari permasalahan di seputar Salman. Nggak di sekolah, nggak di luaran, bareng komunitas dalam ataupun luar Salman, ngomongnya masih masalah sekolah juga. Haha…!

Menjelang maghrib, hey…! Kompleks Margahayu Raya dapat giliran pemadaman listrik. (Biasa deh, kalau habis hujan begitu…) ‘Gilanya’, kita masih ngelanjutin ngobrol gelap-gelapan gitu. Aku sudah berusaha memberikan sinyal-sinyal dan pancingan untuk menutup pembicaraan, supaya bapak-bapak itu bisa segera pergi dan menunaikan ibadah shalat maghrib ke masjid lalu pulang (kan ngobrolnya udah lama juga). Eh, si bapak-bapak itu terus… aja ngelanjutin ngobrol. Sambung-menyambung malah nambah topik baru terus. Akhirnya aku juga yang bilang, udahan ah pak. Kita ninggalin rumah pak Rombang sekitar jam 6.20-an. Sepanjang perjalanan, pekat juga nih… tapi di sekitar Bale Endah ternyata listrik tidak padam. Sampai rumah, bu Tika langsung ngeluarin motor dan bersiap pulang. Yap. Kapan-kapan kita jalan lagi ya. ;)

Thursday, October 26, 2006

Yang datang dan yang pergi


Mbak Yayu dan keluarga pulang ke Depok pagi ini. Salah satu penyebabnya mungkin karena krisis air juga. Hehe… Musim kemarau di sini, mbikin debit air jadi terbatas. Kalau ‘banyak umat’, apalagi anak-anak dengan kadar aktivitas tinggi, baju mesti sering ganti dan dicuci dong… padahal di rumah ibu sini, air kayaknya mesti dihemat banget. Selain itu, menu makan mas Samuel yang mesti higienis banget dengan bahan makanan tertentu saja membuat mereka merasa (mungkin) akan lebih aman bila menyiapkan makan di rumah sendiri saja. Yah… satu dan lain hal deh.
Beberapa saat sebelum mereka pergi, eh…, di pintu depan, seekor bunglon bertengger dengan pose santai. Asyik bener… dan dia cuma tengok kanan-kiri ketika aku dan Tasya bergantian mengabadikannya. Haha…

Wednesday, October 18, 2006

Buka Bersama (lagi...!)

Kemarin berencana buka puasa bareng Ita dan Umi di CiWalk. Nggak sukses. Ita nggak bisa, mendadak ada rencana buka puasa bareng di fakultasnya (kalo nggak salah. pokoknya dia mesti hadir di sana deh.) Akhirnya aku jalan-jalan sendiri ke Gunung Agung, mbeli mushaf quran yang dilengkapi terjemahannya (beberapa waktu yang lalu punyaku kan hilang di sekolah. Mudah-mudahan bermanfaat buat orang lain). Aku juga mbeli buku sumber ragam motif geometris Arab. Mahal sih... tapi PASTI bakalan berguna buat referensi karya-karya desainku. Ayo ah, semangat lagi!!Akhirnya makan berdua aja di BMK bareng bu Umi. Menuku: nasi liwet komplit! Enak deh, tapi nasinya kebanyakan, jadi maaf... nggak dihabisin. Shalat maghrib, 'nyebrang' ke masjid Cipaganti soalnya di mushala CiWalk penuh banget!!! Nyampe masjid Raya Cipaganti udah sekitar jam 7 kurang 20-an. Selesai shalat maghrib, tahu-tahuudah kedengaran adzan isya. Eeh... 'kejebak' deh kita. Akhirnya ikutan shalat isya dan tarawih di sana. Bacaan imamnya, enak juga.

Sunday, October 15, 2006

DOA YANG SELALU DIKABULKAN

Ngambil tulisannya Helvy Tiana Rosa. Insya Allah beliau berkenan.

Pagi itu, 3 Mei 1998, dari Jakarta, saya diundang mengisi seminar di IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Saya duduk di bangku kedua dari depan sambil menunggu kedatangan pembicara lain, Mimin Aminah, yang belum saya kenal.
Jam sembilan tepat, panitia menghampiri saya dan memperkenalkan ia yang baru saja tiba. Saya segera berdiri menyambut senyumnya yang lebih dulu merekah.
Ia seorang yang bertubuh besar, ramah, dalam balutan gamis biru dan jilbab putih yang cukup panjang. Kami berjabat tangan erat, dan saat itu tegas dalam pandangan saya dua kruk (tongkat penyangga yang dikenakan-nya) serta sepasang kaki lemah dan kecil yang ditutupi kaos kaki putih. Sesaat batin saya hening, lalu melafazkan kalimat takbir dan tasbih.
Saat acara seminar dimulai, saya mendapat giliran pertama. Saya bahagia karena para peserta tampak antusias. Begitu juga ketika giliran Mimin tiba Semua memperhatikan dengan seksama apa yang disampaikannya. Kata-kata yang dikemukakannya indah dengan retorika yang menarik. Wawasannya luas, pengamatannya akurat. Saya tengah memandang wajah dengan pipi merah jambu itu saat Mimin berkata dengan nada datar. "Saya diuji Allah dengan cacat kaki ini seumur hidup saya." Ia tersenyum. "Saya lahir dalam keadaan
seperti ini. Mungkin banyak orang akan pesimis menghadapi keadaan yang demikian,
tetapi sejak kecil saya telah memohon sesuatu pada Allah. Saya berdoa agar saat orang lain melihat saya, tak ada yang diingat dan disebutnya kecuali Allah," Ia terdiam sesaat dan kembali tersenyum.

"Ya, agar mereka ingat Allah saat menatap saya. Itu saja."
Dulu tak ada orang yang menyangka bahwa ia akan bisa kuliah. "Saya kuliah di Fakultas Psikologi," katanya seraya menambahkan bahwa teman-teman pria dan wanita di Universitas Islam Bandung-tempat kuliahnya itu-senantiasa bergantian membantunya menaiki tangga bila kuliah diadakan di lantai dua atau tiga. Bahkan mereka hafal jam datang serta jam mata kuliah yang diikutinya. "Di antara mereka ada yang membawakan sebelah tongkat saya, ada yang memapah, ada juga yang menunggu di atas," kenangnya. Dan civitas academica yang lain? Menurut Mimin ia sering mendengar orang
menyebut-nyebut nama Allah saat menatapnya. "Mereka berkata: Ya Allah, bisa juga ya dia kuliah," senyumnya mengembang lagi. "Saya bahagia karena mereka menyebut
nama Allah. Bahkan ketika saya berhasil menamatkan kuliah, keluarga, kerabat
atau teman kembali memuji Allah. Alhamdulillah, Allah memang Maha Besar.
Begitu kata mereka."

Muslimah bersahaja kelahiran tahun 1966 ini juga berkata bahwa ia tak pernah
ber-mimpi akan ada lelaki yang mau mempersuntingnya. "Kita tahu, terkadang orang normal pun susah mendapatkan jodoh, apalagi seorang yang cacat seperti saya. Ya tawakal saja." Makanya semua geger, ketika tahun 1993 ada seorang lelaki yang saleh, mapan dan normal melamarnya. "Dan lagi-lagi saat walimah, saya dengar banyak orang menyebut-nyebut nama Allah dengan takjub. Allah itu maha kuasa, ya. Maha adil! Masya Allah, Alhamdulillah, dan sebagainya," ujarnya penuh syukur.
Saya memandang Mimin dalam. Menyelami batinnya dengan mata mengembun.
"Lalu saat saya hamil, hampir semua yang bertemu saya, bahkan orang yang tak mengenal saya, menatap takjub seraya lagi-lagi mengagungkan asma Allah. Ketika saya hamil besar, banyak orang menyarankan agar saya tidak ke bidan, melainkan ke dokter untuk operasi. Bagaimanapun saat seorang ibu melahirkan otot-otot panggul dan kaki sangat berperan. Namun saya pasrah. Saya merasa tak ada masalah dan yakin bila Allah berkehendak semua akan menjadi mudah. Dan Alhamdulillah, saya melahirkan lancar dibantu bidan," pipi Mimin memerah kembali. "Semua orang melihat saya dan mereka mengingat Allah. Allahu Akbar, Allah memang Maha Adil, kata mereka berulang-ulang."
Hening. Ia terdiam agak lama. Mata saya basah, menyelami batin Mimin.
Tiba-tiba saya merasa syukur saya teramat dangkal dibandingkan nikmatNya selama ini. Rasa malu menyergap seluruh keberadaan saya. Saya belum apa-apa. Yang selama ini telah saya lakukan bukanlah apa-apa. Astaghfirullah. Tiba-tiba saya ingin segera turun dari tempat saya duduk sebagai pembicara sekarang, dan pertamakalinya selama hidup saya, saya menahan airmata di atas podium. Bisakah orang ingat pada Allah saat memandang saya, seperti saat mereka memandang Mimin?

Saat seminar usai dan Mimin dibantu turun dari panggung, pandangan saya masih kabur. Juga saat seorang (dari dua) anaknya menghambur ke pelukannya.
Wajah teduh Mimin tersenyum bahagia, sementara telapak tangan kanannya berusaha membelai kepala si anak. Tiba-tiba saya seperti melihat anak saya, yang selalu bisa saya gendong kapan saya suka. Ya, Allah betapa banyak kenikmatan yang Kau berikan padaku. Ketika Mimin pamit seraya merangkul saya dengan erat dan berkata betapa dia mencintai saya karena Allah, seperti ada suara menggema di seluruh rongga jiwa saya. "Subhanallah, Maha besar Engkau ya Robbi, yang telah memberi pelajaran pada saya dari pertemuan dengan hambaMu ini. Kekalkanlah persaudaraan kami di Sabilillah. Selamanya. Amin."
Mimin benar. Memandangnya, saya pun ingat padaNya. Dan cinta saya pada Sang Pencipta, yang menjadikan saya sebagaimana adanya, semakin mengkristal.
("Pelangi Nurani": Penerbit Asy Syaamil, 2002)


Dua anak beliau (teh Mimin) bersekolah di tempatku mengajar. Yang masih kelas 1 masih belajar denganku, sedangkan yang sulung nggak pernah kuajar, tapi aku cukup akrab dengan teman-teman seangkatannya yang sekarang kelas 6. Semoga semakin shalihat ya anak-anak...!

Saturday, October 14, 2006

What Do You See?

Apa yang kita lihat? Satu imej-kah, atau ada imej lain yang 'tersembunyi' dan luput dari pandangan kita?
Sungguh, betapa kita seharusnya bisa melihat segala sesuatu dari berbagai sisi. Bentuk boleh berbeda, persepsi boleh tak sama, tapi sebetulnya esensinya identik. Jadi, mengapa tidak (berani) menerima pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat kita? 'Tipuan mata' ini sesungguhnya sangat bisa jadi tempat kita bercermin dan pembelajaran buat kita semua.

Buka Puasa Bersama...

Pekan ini jadwalku penuh dengan acara buka puasa bersama. Alhamdulillah, bisa merasakan lagi keriangannya, kerepotannya, serta saling berbagi cerita dan doa.
Selasa, buka puasa bareng alumni SD angkatan 2004 (yang sekarang kelas 2 SMP). Mereka mulai masuk masa remaja, tapi wajah mereka sudah mulai 'berubah'. Kelakuannya masih seperti anak-anak, tapi sudah nggak mau nurut sama guru SD-nya. Haha... Mereka nggak punya acara yang jelas, dan akhirnya wali kelas mereka (yang) dulu yang mengkoordinir dan mengkondisikan. Tapi susah...! Maklum, setelah beberapa waktu berlalu dan baru sekarang ketemu lagi, tentulah acara ini sekalian jadi reuni kecil juga. Tukaran no.HP, berbagi ringtone, bercanda, dsb deh. Buat saya, ini juga nostalgia kecil.
Rabu, buka puasa bareng anak-anak level 4 yang saat ini aku ajar. Soal makanan, sudah beres diurusin orangtua murid. Guru-guru tahu beres aja deh. Supaya nggak banyak ngabisin energi, sambil menunggu saat berbuka, kita siapkan film Al-Fiil buat anak-anak. Sementara itu, guru-gurunya sih sibuk aja mondar-mandir sana-sini. Aku sendiri motretin kegiatan anak-anak dulu baru mulai makan. Belum nyampe separuh jalan 'membahas' nasi kotak yang sudah tersedia, satu persatu orangtua murid mulai berdatangan mau menjemput anak-anak mereka. Kutinggalkan nasi untuk kemudian beramah-tamah dengan mereka yang datang silih berganti. Setelah itu (saat sekolah sudah mulai sepi), ternyata... kelas berantakan sekali!!! Anak-anak belum bisa makan dengan rapi dan tertib rupanya (kalau tidak diawasi). Kabarnya, mereka sempat 'perang' mi dan tulang ayam. Masya Allah...! Akhirnya sambil menunggu anak-anak yang lain dijemput, aku dibantu 3 anak perempuan, sibuk beres-beres kelas. Nyusun kursi-meja jadi susunan yang rapi, dan nyapu kelas. Lumayanlah, tinggal dipel oleh penjaga sekolah yang ikutan lembur dengan kita. Sayangnya lagi, aku jadi batal ikutan tarawih di sekolah, padahal udah wudhu...! Cuma nggak tahan aja lihat kondisi kelas berantakan. Kasihan pak penjaga sekolah kalau harus capek berat mberesin 3 kelas yang dijadikan lokasi acara.
Kamis, buka puasa bareng alumni SD yang sekarang sudah kelas 3 SMA. Wah... mereka ini yang kayaknya paling banyak perubahannya. Beberapa di antara mereka nyaris tak kukenali lagi. Calon-calon mahasiswa itu terlihat lebih dewasa, dengan gaya bicara yang lebih terstruktur. Senang sekali melihat semangat di wajah mereka. Inilah kebahagiaan seorang guru. Saat melihat bayangan cerah masa depan murid-muridnya, sungguh, aku bahagia sekali. Walaupun rasanya agak stagnan (sebagai guru) akhir-akhir ini, tapi pertemuan dengan mereka menyalakan kembali semangat untuk berkarya lebih banyak dan lebih baik di hari-hari mendatang. Yuk...!
Jumat, buka puasa bersama seluruh staf dan karyawan Salman Al Farisi. Alhamdulillah, makanannya enak. Di lokasi SD, anak-anak kelas 6 B juga ngadain acara buka bersama. Setelah shalat maghrib, kita malah ikut makan di sana. Hehe... Lebih seru, soalnya. ;)

Friday, October 13, 2006

Hari Terakhir Sekolah...

Pagi ini nyuci baju di tempat kos, setelah dua hari ini nggak sukses nyuci karena udah keduluan orang lain melulu. Nyuci baju, akhirnya cuma nyisa sedikit waktu untuk ngelanjutin nulis laporan tengah semester. Kemarin aku bawa kerjaan ke rumah dengan harapan bisa nyelesaiin di rumah, tapi tadi malam ‘tewas’ euy. Capek dikit, dan nggak maksain. Kupikir, kerjaannya tinggal sedikit kok, ntar pagi juga kelar deh dikerjain sebentar. Tapi ternyata, abis subuh, ngaji sebentar, lalu nyuci deh. Walhasil, kerjaanku nggak kelar juga. Bawa lagi deh kerjaan yang belum selesai itu ke sekolah. Lagi-lagi aku berpikir ringan aja. Tinggal dikit kok kerjaannya, dikerjain sebentar juga beres. Aku toh nggak punya jadwal ngajar hari ini. Tapi lagi-lagi, perhitunganku meleset.

Pagi di sekolah, diawali dengan acara simbolisasi pemberian kenang-kenangan untuk tim TU dan pembantu sekolah. Pak Edi dapat ‘grand prize’, sebuah sepeda baru, sementara pak Otang dan pak Wawan dapat helm baru. Para pembantu sekolah kabarnya dapat jaket. Entah ya… aku sendiri nggak terlalu antusias nih dengan hadiah yang diberikan. Kupikir, uang akan lebih berarti buat mereka. Tapi ya entah dengan pertimbangan apa sih, para pimpinan sekolah akhirnya memutuskan memberi souvenir buat mereka. Mungkin supaya ada nilai kenangannya. Kali… tauk deh. Setelah itu, salam-salaman dengan anak-anak se-sekolah. It takes time. Bersyukur banget deh ketika akhirnya bisa masuk kelas. Tapi masih belum bisa 'menggarap' sisa kerjaan semalam.

Guru kelas sebelah datang, ngajak ngobrol dikit. Soal beasiswa Depag yang pernah kuberikan sekilas infonya beberapa waktu yang lalu. Dia menyampaikan pengalaman orang yang dibacanya via surat pembaca di koran. Katanya, mendapatkan formulirnya aja susah. Maksudnya, birokrasinya berbelit banget. Kalau nggak dibantu orang dalam, wah… kemungkinan tipis deh untuk ndapetinnya. Kubilang, aku cari via internet kok belum nemu link-nya ya, tapi ntar deh aku coba browsing lagi (ternyata, akhirnya… infonya bisa juga diakses, tapi ternyata deadline-nya udah lewat semua!!). Ngobrolin hal lain juga, satu-dua hal, sebelum akhirnya dia pergi membiarkanku melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

Eh, bu Umi juga datang. Nggak cuma berurusan denganku, sih, tapi jadi nggak enak aja kalau nggak mempedulikan dia. Ngobrol juga-lah, diselang-seling nerusin kerjaanku. Alhamdulillah, dia ngerti banget kesibukanku saat ini. Ya iyalah… lha wong dia juga pernah berada di posisi yang serupa denganku saat ini.

Akhirnya... nulis laporan selesai juga. Diperiksa wakur, ditandatangani kepsek, dicap, dilipat dan dihekter, lalu dibagikan...!! Semua kebagian, kecuali Ilhaam dan Sultan yang memang nggak masuk sekolah. Sempat juga ngasih wejangan pendek sebelum libur, dua bulan! (Eh, jangan salah. Maksudnya, mulai Oktober sampai awal November, mulai Ramadhan sampai Syawal. Dua bulan kan...? :P)

Monday, October 09, 2006

Cinta...

Nyontek dari rulisannya Abu Aufa di milis KAMMI Jepang.

Akal tanpa cinta, tidak mampu berpikir.
Mata tanpa cinta tak mampu melihat.
Langit tanpa cinta tak kan memberi hujan.
Taman tanpa cinta takkan berbunga.
Kapal tanpa cinta tak kan bisa berlayar.
Rumah tanpa cinta, runtuh.
Pasukan tak memiliki cinta akan kalah.
Tapi cinta paling mulia dan agung, adalah kecintaan yang didatangkan oleh Islam. Karena,
"Yuhibbuhum wa yuhibbuunahu..."
(Dia, ALLAH, mencintai mereka dan merekamencintai-Nya...)
[al-Maidah: 54]
Dikutip dari: Syaikh DR. Aidh bin AbduLlah al Qarni

Betul sekali. Sebuah doa indah disampaikan dalam forum hidayah (tausiah dari ustadz 'tetangga sebelah'). ... Tumbuhkanlah cinta di hati orang-orang yang mencintai-Mu. Jadikanlah aku mencintai orang-orang yang mencintai-Mu. Jadikanlah cinta pada-Mu menjadi cinta tertinggi kami. ...

Thursday, October 05, 2006

Temu Penulis "Perempuan Suci"

Sore itu, aku dan bu Suzana pergi ke GSG Salman ITB. Niatan awalnya mau ikutan nimbrung di acara bedah buku dan temu penulis novel “Perempuan Suci”, karya seorang Pakistan yang tinggal di London. Bu Umi yang ngasih info adanya acara itu. Nyampe sana, udah tinggal kebagian sesi tanya-jawab aja. Tapi tetap, sedikit-banyaknya kita dapat inspirasi juga dari pertemuan singkat itu.
Bahwa keluarga memberi dukungan yang sangat kuat untuk pengembangan karir (?) kepenulisan. Iyalah.
Menulis dan menyebarluaskan buah pikiran itu harus dilakukan secara serius, juga harus ingat tanggung jawab moral bahwa tulisan kita akan dibaca orang, diserap, bahkan mungkin ditiru. Jadi, tulislah yang baik-baik, yang bisa memberi hikmah dan ibrah positif untuk orang lain.
Jangan ‘terjebak’ menulis sebagai hobi saja. Ayo aja jadikan menulis sebagai karir yang bisa diandalkan. Dapat penghasilan yang layak dari kegiatan yang juga kita senangi itu, heheh… siapa yang nggak mau, coba…?
Temu penulis seperti itu, mbikin aku bermimpi. Kapan ya aku berada dalam posisi serupa dengan dia? Bahkan sampai keliling dunia karena tulisan kita. Wow… Bukannya pengen-pengen banget untuk populer, tapi lebih pada sisi idealis bahwa menulis itu bisa dihargai. Bukan hanya pemeran sinetron atau penyanyi yang bisa punya cukup uang untuk jalan-jalan keliling dunia dan dikenal banyak orang bahkan jadi ikon atau dilekati imej tertentu. Mestinya, sebagai penulis bisa lebih banyak yang bisa diperbuat, karena kitalah yang punya ide. Penyanyi tanpa pencipta lagu, atau pemeran sinetron tanpa naskah dan skenario, apa jadinya mereka-mereka itu? Ayo, Dee… teruslah berkarya dan raih mimpimu suatu saat kelak!
Usai temu penulis yang berakhir pada saat berbuka (kita dikasih takjil nih… penyelenggaranya ternyata FLP cabang Jabar lho. Mestinya aku ikutan jadi panitia kali ya. Hehe….), aku dan bu Suzana, plus Umi dan Tati yang ketemu di sana lalu ikut shalat di masjid yang jadi kebanggaanku. Masjid yang selalu kurindu, karena damainya berada di dalamnya, beribadah di sana. Setelah itu kita akhirnya makan bareng di restoran gudeg Banda. Agak nyesek juga nih ngabisin seporsi gudeg telur plus sebotol teh manis yang kupesan, ditambah lagi bonus es campur porsi kecil dari restoran itu. Tapi alhamdulillah, habis juga. Seru aja, sambil ngobrol panjang, termasuk bareng Leyla, seorang kenalan lama dari Bangka yang ketemu lagi di dalam masjid. Kita nyambung kontak lagi ya.

Wednesday, October 04, 2006

Keep Our Bandung Beautiful, Euy...!

Kemarin sempat menegur bapak-bapak tentara yang berada di truk. Saat itu sekitar maghrib, dan aku terjebak antrian panjang di sekitar Kordon, sebelum gerbang tol bubat. Sebuah truk tentara berpenumpang perwira berpakaian loreng ramai membatalkan puasa. Mereka minum air mineral, mulai merokok, dan membagikan berbagai makanan (mungkin gorengan) dari beberapa bungkusan kantong plastik kecil. Beberapa saat berlalu, sempat kulihat sehelai kantong plastik hitam melayang dari bagian belakang truk itu. Beberapa saat kemudian, sebotol kosong air mineral menyusul jatuh dari bagian sampingnya. Mobilku semakin mendekat. Setelah itu, sekotak bungkus rokok pun ikut jatuh (tepatnya, dijatuhkan) dari bagian samping truk itu. Kubuka jendela lebih lebar, lalu kutegur bapak-bapak yang berada di belakang,”Pak, jangan buang sampah sembarangan dong…!” Awalnya mereka nggak ‘ngeh’ dengan apa yang kukatakan. Kemudian semakin banyak tentara yang memperhatikan aku. Kuulang kalimatku, disambung dengan “Keep our Bandung beautiful euy.” (It’s one of my favourite quote) Satu atau dua orang dari mereka mengucapkan terimakasih (karena sudah diingatkan). Kuselesaikan teguranku dengan mengatakan kalimat berikut,”Tentara mestinya ngasih contoh yang baik dong.” Sekali lagi mereka mengucapkan terima kasih. Setelah itu, mobilku berhasil menembus kemacetan dan menyusul truk itu. Mudah-mudahan betul-betul jadi pengingat buat mereka, dan siapapun. Beberapa waktu lalu Bandung sempat terkenal sebagai lautan sampah (dan terus terang, aku sama sekali tidak bangga dengan sebutan itu!), maka marilah kita mulai dari kita sendiri untuk mempersedikit produksi sampah, dan tertib membuang sampah pada tempatnya. And really, let’s keep our Bandung (and even country) beautiful euy! Let’s make our Bandung be a pretty city, a better place to live in.

Tuesday, October 03, 2006

Presentasi Training CSR Telkom-Republika

Kemarin jadwal presentasiku dengan pak Nino di depan temen-temen SD, tentang hasil pelatihan guru CSR Telkom & Republika. Aku nyiapin materi all out (sampe agak menelantarkan kerjaanku ngurusin soal pemantapan bahkan materi mid-tes besoknya! Parah nih) Awalnya aku mau pake presentasi power point dan proyektor in-focus, tapi ternyata nggak bisa terlaksana. Kenapa ya? In-focusnya rusak atau gimana… gitu? Akhirnya dibantu tim IT yayasan, mereka bikinin lembar transparansi untuk presentasi pake OHP. Nggak terlalu mengecewakan-lah. Sebetulnya aku sudah bikin kelengkapan materi presentasi itu. Finished, done, sejak hari Sabtu lalu, tapi pak Nino pengen nambahin intermezzo, tentang interpretasi bentuk-bentuk dasar yang disukai orang (yang disampaikan bu Neni di sesi pelatihan lalu). Di dalam presentasinya juga dia nambahin beberapa contoh sambil dia sampaikan juga beberapa referensi hadits atau ayat alQuran sebagai pelengkap atau penyeimbang. Aku sendiri mbantu dikit-dikit, mulai dari ngasih contoh komunikasi efektif eh… kepribadian menarik seperti yang disampaikan bu Leyla Mona Ganiem, lalu njelasin bagan di sesi trend IT, setelah itu kusampaikan juga cerita anak kerang yang disampaikan pak Jamil Azzaini plus sedikit bagian dari menceritakan mimpi berantai. Tapi aku lebih banyak berperan sebagai operator yang ngurusin pergantian lembaran-lembaran OHP. ;)

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka