Sore itu, aku dan bu Suzana pergi ke GSG Salman ITB. Niatan awalnya mau ikutan nimbrung di acara bedah buku dan temu penulis novel “Perempuan Suci”, karya seorang Pakistan yang tinggal di London. Bu Umi yang ngasih info adanya acara itu. Nyampe sana, udah tinggal kebagian sesi tanya-jawab aja. Tapi tetap, sedikit-banyaknya kita dapat inspirasi juga dari pertemuan singkat itu.
Bahwa keluarga memberi dukungan yang sangat kuat untuk pengembangan karir (?) kepenulisan. Iyalah.
Menulis dan menyebarluaskan buah pikiran itu harus dilakukan secara serius, juga harus ingat tanggung jawab moral bahwa tulisan kita akan dibaca orang, diserap, bahkan mungkin ditiru. Jadi, tulislah yang baik-baik, yang bisa memberi hikmah dan ibrah positif untuk orang lain.
Jangan ‘terjebak’ menulis sebagai hobi saja. Ayo aja jadikan menulis sebagai karir yang bisa diandalkan. Dapat penghasilan yang layak dari kegiatan yang juga kita senangi itu, heheh… siapa yang nggak mau, coba…?
Temu penulis seperti itu, mbikin aku bermimpi. Kapan ya aku berada dalam posisi serupa dengan dia? Bahkan sampai keliling dunia karena tulisan kita. Wow… Bukannya pengen-pengen banget untuk populer, tapi lebih pada sisi idealis bahwa menulis itu bisa dihargai. Bukan hanya pemeran sinetron atau penyanyi yang bisa punya cukup uang untuk jalan-jalan keliling dunia dan dikenal banyak orang bahkan jadi ikon atau dilekati imej tertentu. Mestinya, sebagai penulis bisa lebih banyak yang bisa diperbuat, karena kitalah yang punya ide. Penyanyi tanpa pencipta lagu, atau pemeran sinetron tanpa naskah dan skenario, apa jadinya mereka-mereka itu? Ayo, Dee… teruslah berkarya dan raih mimpimu suatu saat kelak!
Usai temu penulis yang berakhir pada saat berbuka (kita dikasih takjil nih… penyelenggaranya ternyata FLP cabang Jabar lho. Mestinya aku ikutan jadi panitia kali ya. Hehe….), aku dan bu Suzana, plus Umi dan Tati yang ketemu di sana lalu ikut shalat di masjid yang jadi kebanggaanku. Masjid yang selalu kurindu, karena damainya berada di dalamnya, beribadah di sana. Setelah itu kita akhirnya makan bareng di restoran gudeg Banda. Agak nyesek juga nih ngabisin seporsi gudeg telur plus sebotol teh manis yang kupesan, ditambah lagi bonus es campur porsi kecil dari restoran itu. Tapi alhamdulillah, habis juga. Seru aja, sambil ngobrol panjang, termasuk bareng Leyla, seorang kenalan lama dari Bangka yang ketemu lagi di dalam masjid. Kita nyambung kontak lagi ya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Hari Minggu pagi, pukul 3 dini hari, telefon berdering. Kupikir, pasti bukan kabar yang terlalu baik. Emergency, pasti. Pada intinya, kesimp...
-
Suatu siang di Kota Baru Parahyangan. Aku berada di kawasan niaga di tatar Ratnasasih. Kuparkir mobilku menghadap jalanan supaya memu...
-
Berawal dari keingintahunan tentang kisah dan cerita di balik benda koleksi orang-orang, kuusung tema koleksi ini untuk menjadi salah satu t...
3 comments:
Menulis di blog kan bisa jadi awal. Coba saja gabung di FLP ... istri saya juga penulis dan makin rajin setelah gabung di FLP (hehehe ... promosi ...)
Iya, saya sempat gabung di FLP, tapi pertemuan rutinnya nggak bisa saya ikuti, jadinya vakum deh. Tapi sekarang ini gabung lagi di komunitas penulis lainnya. Kali ini khusus perempuan penulis. Mudah-mudahan nggak vakum lagi dan makin rajin bikin tulisan yang makin lama makin baguss! ;)
Jangan simpan tulisanmu.
Salam.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci.
Thank you
Post a Comment