Monday, July 31, 2006

Nyaris... saja

Tadi aku agak memaksakan diri berkunjung ke rumah mode Shafira di Sulanjana. Aku dapat voucher discount 20%, yang berlaku sampai tanggal 31 Juli ini. Kelihatannya lumayan. Tapi setelah melihat-lihat koleksi di sana, ah... rupanya tidak ada yang cocok dengan seleraku. Ada beberapa desain yang agak kusuka, tapi biasanya ujung lengannya terbuka terlalu lebar (males aja kalau nulis-nulis di papan tulis lalu tersingkap-singkap gitu). Atau... malah range harganya yang terlalu lebar. Nggak cocok dengan dompetku. Haha...! Nyaris saja aku memaksakan diri untuk mbeli, hanya untuk memanfaatkan voucher yang nyaris tak seberapa. Untungnya aku berakal sehat, dan tidak jadi menghamburkan uang sejumlah besar untuk fashion (buatku, standar harga Shafira relatif besar). Akhirnya memang mbeli sesuatu sih... kerudung, yang kebetulan sekali harganya nggak terlalu mahal. Sayangnya nggak dapat discount euy...
Keluar dari outlet Shafira, aku sempatkan untuk mampir di gerai handphone. Niatnya emang mau mbeli handphone baru, nggantiin HP yang kupakai sekarang, yang dua tombol di keypad-nya sudah tanggal (haha... ompong euy!), kait baterainya juga tanggal satu (jadi mesti hati-hati sekali ketika menelfon atau ngetik sms supaya nggak tiba-tiba mati sendiri), dan... emang udah 'tuir' banget sih.... Maklum, warisan. Makanya pengen banget mbeli yang baru, my own! Beberapa model yang kuincar rupanya tidak tersedia saat itu, kecuali sebuah model Sony-Ericcson yang sebetulnya juga nggak terlalu kusuka. Nyaris... aja aku beli. Tapi aku coba aja sabar beberapa waktu, mudah-mudahan model yang kuincar bisa kudapat di tempat lain, bahkan mungkin dengan harga yang lebih murah! Siapa tahu...?
Selesai dengan dua urusan itu, akupun berniat pulang. Kubawa kijang-ku sedikit berputar di sekitar Jalan Dago-Sulanjana. Berbelok di perempatan itu, dua orang pejalan kaki menyeberang dengan santai. Kubelokkan kemudi ke kanan untuk menghindari mereka, tahu-tahu dari sebelah kanan sebuah sepeda motor yang berputar 180 derajat muncul tiba-tiba. Betul-betul mengejutkan!! Segera kubanting lagi kemudi ke kiri. Nyaris... saja menabrak sebuah mobil yang berhenti di pinggir jalan. Untungnya tidak kena siapapun. Alhamdulillah. Sepanjang sisa perjalanan pulang, mulutku banyak-banyak berdzikir mengingat Allah, mengingat maut yang terasa begitu dekat.
Uwah.... hari ini rasanya banyak sekali peristiwa 'nyaris'. Mudah-mudahan Allah SWT selalu mendampingiku dan menuntun setiap gerak langkah agar selalu di jalan-Nya.

Tuesday, July 25, 2006

Speechless

Sore tadi menyempatkan diri untuk bincang-bincang dengan seorang kolega. Mudah-mudahan perbincangan bermutu. Sebetulnya berawal dari titipan pertanyaan seorang teman tentang suatu hal. Pembahasan usai, diseling shalat maghrib, eh... dia ngajak ngobrol lagi sedikit. Awalnya tentang naskah yang dia tulis dan sempat kubaca sebagian. Aku komentari (dan kritisi) juga sedikit, tapi lalu berlanjut ke 'proyek' dia berikutnya. Sebuah naskah lain yang katanya terinspirasi olehku. Eh, apa?? Dia bilang, baru selesai sekitar 45 lembar. HAAA??? Maaji de? Aku juga pengennya nulis sesuatu yang terinspirasi dari dia juga, tapi berupa cerpen aja, gitu. Baru kelar sedikit, asli, baru sekitar 3 lembar-an. Dan dia bilang, dia nulis (pasti bukan cerpen) naskah yang terispirasi olehku, dan baru selesai 45 lembar? Tersanjung dong. Ah... speechless deh, nggak tahu mau ngasih komentar apa. Akhirnya aku cuma bilang,"Ya... cepet-cepet diselesaikan deh, supaya saya bisa segera baca juga." Jadi penasaran juga nih. Tentang apa ya naskahnya? Mungkin tentang kritik dan sarannya buatku, tentang betapa 'amburadulnya' aku selama ini di matanya. Haha...!

Monday, July 24, 2006

Nikahan Evi

Hari Jumat. Rencananya aku dan Bu Tia serta Bu Iie (perawat yang biasa tugas di SPB) akan berangkat ke Cirebon setelah ‘bongkar-pasang’ personil dan gonta-ganti rencana keberangkatan. Yang mau pake travel-lah, yang mau sewa kendaraan-lah, dll, akhirnya kita nge-bis aja, bareng Ita.
Sore, jam 4-an, waduh… rapat evaluasi belum kelar juga (namanya juga baru mulai jam 3 kurang seperempat!). Aku akhirnya keluar ruangan lebih dulu. Bu Tia menyusul kemudian. Setelah shalat ashar, bu Tia beli bekal minuman botol, dan segala persiapan lainnya selesai, kita berdua bergegas keluar kompleks Salman, memastikan bahwa keberangkatan kita sekarang hanya berdua. Ketika kutanya bu Tia, “Ari Bu Iie kumaha?” Eh, bu Tia kaget. “Astaghfirullaah aladziim.” Rupanya bu Iie belum dikontak lagi untuk mengkonfirmasi kepastian keberangkatannya. Sambil terengah-engah, Bu Tia nyoba ngontak handphone bu Iie yang cuma dijawab Veronica. Bu Tia akhirnya lari-lari ke kantor yayasan untuk nelfon SPB. Lama juga, membiarkan aku di belokan depan papan nama Salman, dan membuatku jadi tontonan orang lalu-lalang, termasuk beberapa kendaraan orangtua murid, juga akhirnya guru-guru Salman yang sudah bubaran pasca rapat evaluasi. Halah! Kita yang udah pamit duluan, ternyata malah diduluin. Yah… sudahlah. Akhirnya Bu Iie dan Bu Tia datang menghampiri, berlari-lari. Kasian juga sih, tapi kasian juga Ita yang pasti udah nungguin sedari tadi di McD Simpang. Alhamdulillah, akhirnya kita bisa berangkat ke Cirebon berempat.
Sepanjang jalan, aku yang duduk bersebelahan dengan Ita sibuk membahas hal ini-itu, sambil ‘dijejali’ dengan bekal yang dibawa bu Tia dan juga kubawa. Mulai choco-crunch kiloan, keripik eh sale pisang renyah, soes kering bawaanku, plus sebotol green tea yang botol kosongnya kubawa lagi ke Bandung! (Yang bener aja… Ngapain juga?)
Nyampe rumah Evi sekitar jam setengah sebelas-an, kita sempatkan untuk ngobrol-ngobrol dan foto-foto dengan Evi. Ya di pelaminan yang unik, minimalis etnik-modern, juga di kamar pengantin. Kita diinapkan di rumah tetangga yang kebetulan kosong, dan masih ngelanjutin ngobrol sampai lewat tengah malam, dan kebetulan sekali berhasil ‘mencegat’ Bu Meity dan bu Ismi yang datang naik ojek dari Palimanan. Nekaaat. Tadinya Evi udah mulai manggil-manggil bu Meity, tapi mereka berdua langsung kubawa ke rumah tetangga, supaya Evi bisa cepet-cepet istirahat aja, biar paginya nanti fresh! Masih ngobrol-ngobrol juga sih dengan mereka, tapi akhirnya memaksakan diri untuk tidur sekitar jam 2 pagi.
Aku bangun jam 5-an, lalu wudhu dan shalat duluan. Setelah itu, waktu rasanya berjalan lambat. Nggak banyak juga yang kukerjakan. Jam setengah sembilan-an, Ita minta aku nemenin dia untuk njemput calon pengantin pria ke hotel Santika tempatnya menginap, untuk nyampein naskah shigat taklik yang harus dia baca nanti pasca akad nikah. Teks yang Ita bawa tentu versi terjemahan bahasa Inggrisnya. Setelah beberapa menit yang nggak jelas ngapain di sana, kita lalu kembali ke rumah tempat acara akan diselenggarakan.
Aku bersegera ke ruang dalam, pengen ketemu Evi sebelum akad nikahnya, ketika dia masih segar setelah didandanin. Wah, ngejreng banget deh dengan kebaya merahnya. Aku sempatkan berfoto bareng dia dulu sebelum make-upnya keburu berantakan kalo dia nangis nanti. Hehe…
Singkat cerita, akad nikah berjalan lancar. Akad nikah dibacakan dalam bahasa Indonesia, dan dinyatakan sah walaupun Ibrahim dan ayahnya Evi yang menikahkan mereka tidak saling berjabatan tangan, itupun setelah Ibrahim meyakinkan para saksi bahwa dia mengerti apa yang dia bacakan.
Resepsi berlangsung lancar juga. Rombongan dari Bandung (Salman) datang dengan mobil putih. Rasanya jadi seperti reuni deh. Ada Pak Aang yang sebetulnya sudah di Lampung, tapi kebetulan sedang ke Bandung dan ikut saja ketika diberitahu bahwa teman-teman akan berangkat ke Cirebon menghadiri acara pernikahan Evi. Ada Intan yang juga jauh-jauh datang dari Purwakarta dan ikut bergabung ke acara ini. Ada juga Bu Meity dan Bu Ismi yang sudah tinggal di Jakarta. Kalau boleh dibilang, bu Tina pun ‘lepasan’ SD Salman, karena sekarang dia bergabung di unit TK. Plus bu Iie yang sempat akrab dengan Evi ketika mereka camping bersama SaF Scout. Seru deh!

Monday, July 17, 2006

Beres-beres...!

Hari pertama masuk sekolah buatku, biarpun murid-murid sendiri baru akan masuk hari Rabu nanti. Hari ini diumumkan lagi susunan 'penjaga gawang' di tiap kelas. Aku 'dipasang' di kelas 4A (waduh! Berarti mesti pindah kelas euy) bareng seorang guru baru, fresh graduate dari Matematika UPI. Mudah-mudahan bisa kerjasama dengan baik ya, bu Isma?
Mimpin rapat evaluasi di level 4. Ternyata aku masih jadi ketua level euy, padahal sudah sangat ingin memindahkan 'tongkat estafet' ini kepada orang lain yang lebih siap. Tapi ya... bismillah, semoga tahun pelajaran ini aku bisa memanage diri untuk lebih baik dibandingkan tahun lalu. Amiin.
Setelah istirahat makan dan shalat, agenda acara berlanjut dengan 'upacara' seremonial, serah terima jabatan. つまらなかった。Setelah itu berlanjut dengan acara pribadi, beres-beres kelas. Baru sedikit nih pindah-pindahin barang dari kelas 4C ke 4A. Insya Allah besok dilanjutin lagi ah. Hari ini harus buru-buru ke kampus ITB.

Saturday, July 15, 2006

Enjoy Glass Decorating

Liburan ini, Tasya mbawa Glasdeco, perangkat cat untuk melukis di media gelas. Dia juga mbawa beberapa stoples kaca bekas selai untuk dihias. Awalnya aku nggak begitu tertarik, padahal mbak Rani juga sempat dibelikan seperangkat Glasdeco paket kecil yang dia manfaatkan secara… ya… ‘sporadis-lah’. Makanya aku nggak terlalu antusias tadinya. Tapi setelah nyobain… jadi penasaran dan ketagihan euy. Jadi pengen beli sendiri (katanya di Gramedia juga ada). Aku juga mbikin beberapa gambar untuk menghias stoples ibu. Nggak jelek juga hasilnya, biarpun sebetulnya belum sukses. Makanya jadi lebih penasaran nih. Pengen bikin yang lebih bagus, dan kalau perlu, dikomersialkan aja sekalian. Cantik-cantik kok. Pasti nggak sedikit yang berminat memilikinya. Tapi ntar-ntarlah. Sekarang ini sih, let’s enjoy glass decorating!

Friday, July 14, 2006

Miss Universe

Lagi-lagi dari milis tetangga (PPI Jepang), dapat 'cerita bagus' tentang pemilihan putri-putrian (mm... putri jadi-jadian?) atau miss universe alias mimisan. Discuss-nya seru tuh di milis itu. Hihi... Mulai dari sepenggal jawaban nggak cerdas dari kontestan Indonesia (tanggapan: Kenapa nggak Valeria Daniel aja yang jadi putri Indonesia waktu itu? Dia pasti bisa ngasih jawaban cerdas. Tapi mungkin (mudah-mudahan) dia nggak bakalan mau berbikini atau berbusana renang di atas panggung yang ditonton banyak orang dengan mata jelalatan. Ha!) Aku sempat baca penggalan wawancaranya berkaitan dengan kontes ini. Tentang apa yang dia lakukan di waktu senggang, harapan atau mimpi dia 10 tahun mendatang, siapa idolanya, tapi alih-alih menjawab tokoh yang diidolakannya, dia malah njawab Mother Teresa yang mengidolakan dia. Haha...! Tipuan bahasa!! Lihat aja...
Q: Who is your idol?
A: My admi... uh my admire... is Mother Theresa, Mother Theresa admire her hehehe because...uh... she is so humble for me and she uh... she had... she has a beautiful or wonderful personality... So I really adore at hi.. at her adore AT him? yeah rite. [cliche rating: 10/10]
Foto dia berikut ini juga banyak dapat komentar, mulai dari yang netral sampe yang 'menjurus'. Lha... emang pose dan fotografernya 'menjurus' juga sih. Hehehe... ;)
He-he.. jadi inget waktu di Indonesia dulu ada juga cerita tentang miss Indonesia yang sedang diwanwancara berkaitan dengan idolanya. Dengan bangga dia mengatakan bahwa idolanya adalah Pangeran Diponegoro. Begini ceritanya... :
Juri : "..........Selanjutnya, tolong anda sebutkan tokoh idola anda..."
Miss Ina : "Ehm... sebagai seorang yang nasionalis, saya mengidolakan orang Indonesia... dia adalah PANGERAN DIPONEGORO" Begitu mantap dan meyakinkan kata-kata yang meluncur dari Miss kita ini. Juri pun begitu terkesan dan kagum padanya, seorang gadis cantik dan muda seperti dia ternyata sangat nasionalis dan bangga dengan tokoh dalam negeri. Kemudian Juri melanjutkan pertanyaan dengan pertanyaan-pertanyaan yang ringan-ringan saja, tentunya seputar Pangeran Diponegoro. "Kalau begitu, anda pasti tahu kapan Pangeran Diponegoro meninggal kan?"Tapi, reaksi sang putri sangat mengagetkan Juri, dengan terbata-bata dan penuh rasa kaget dia bertanya, "APPAAA ??? MENINGGAAALLL ???...INNALILLAAHI ... " Tentu saja Juri ikut-ikutan kaget dan kecewa dengan reaksi Miss kita ini. Singkat cerita, tanya jawab itu selesai sudah. Tapi, tidak demikian dengan sang Miss kita ... Kabar mengenai meninggalnya Pangeran Diponegoro sangat menyedihkan hatinya. Sampai di luar ruangan, dia bergegas menemui salah seorang peserta lainnya, dari Yogya, yang dia pikir dekatlah dengan Pangeran Diponegoro. Tanpa menunda waktu, Miss kita pun mengkonfirmasi kebenaran berita meninggalnya sang idola, Pangeran Diponegoro..."Mbak, maaf ya... apa benar sih Pangeran Diponegoro sudah meninggal???", begitu tanya Miss kita ini kepada Miss Yogyakarta. Tentu saja pertanyaan itu menggelikan bagi Miss Yogyakarta ... tapi, bagaimanapun dijawabnya juga, "Lho, kan sudah lama mbak... masa mbak nggak tahu sih ?"...Miss kita langsung memotong, "Ooo, sudah lama ya, kok saya belum pernah denger ya ? Kapan sih mbak ???" Dengan menahan geli, Miss Yogyakarta menjawab, "Yaa... sekitar delapan belas tigapuluh (1830) mbak... " Kembali Miss kita memotong,
"HALAHH... DELAPANBELAS TIGAPULUH ???, HABIS MAGHRIB DONG !!!"

Gubrak banget nggak sih...? Hihihi...

Tes TOEFL

Hari ini ikutan tes TOEFL di Pusat Bahasa ITB. Mestinya mulai jam 8 pagi, tapi aku telat berat! Emang udah telat berangkat dari rumah, ditambah lagi terhalang konvoi truk TNI-AD yang mau latihan di wilayah Bandung Selatan. 20 menit lewat dari jam 8, aku bolak-balik di depan ruang lab.Bahasa tempat tes dilaksanakan, lalu mampir ke kantor pusat bahasa untuk negosiasi minta tukar hari tes. Petugas yang 'ngetem' di sana keukeuh bilang nggak bisa, dan nyaranin untuk 'nembak' aja jawaban yang terlewat. Hh...
Ragu-ragu masuk ruang tes, akhirnya aku bersama seorang peserta tes lain yang juga telat (hehe... ada temen...) memberanikan diri untuk masuk dan minta berkas soal yang diberikan oleh sang bapak petugas tanpa banyak tanya. Sudah lewat 37 nomor di kelompok listening!! Yang bener aja... Tapi ya sudahlah, aku ikut flow aja, ngelanjutin soal-soal berikutnya.
Setelah jadwal tes usai, kuberanikan diri untuk minta waktu tambahan. Niatnya mau 'nembak' jawaban, tapi ternyata pak petugas alias pengawas dengan baik hatinya bersedia mengulang tes bagian listening untuk kami berdua. Alhamdulillah... (Bapak mudahkan urusan kami, insya Allah urusan Bapak dimudahkan oleh-Nya. Amiin)
Setelah selesai, sebetulnya (tentu saja) aku nggak yakin 100% dengan jawabanku. Ada juga sih yang nebak ... tapi setidaknya aku ikut semua tahapan ujian, jadi skor yang akan kudapat nanti akan objektif. Jadi deg-degan nih, kira-kira bakal dapat berapa ya nilai TOEFL-ku? Insya Allah hari Rabu nanti aku akan tahu hasilnya.

Tuesday, July 11, 2006

Dunia Ini Sempit 2

Dapat kabar 'mengejutkan' tentang seorang teman. Beneran, dunia ini sempit. Kabar berantai bisa kita dengar dari siapa saja, and... what a news! Aku nggak tahu gimana harus menyikapi kabar yang kudengar ini. Just be careful, I can hear you. I can see you, anyhow. (dan begitupun sebaliknya. Anda bisa 'dengar dan lihat' nyaris semua berita dan cerita tentang aku. So watch my self!)

Wednesday, July 05, 2006

Kisah Tentang Bunda

Kutipan cerita dari milis IA-ITB. Betapa kisah di bawah ini selayaknya menjadi ibrah bagi kita (untuk saya, tepatnya) untuk selalu berbuat baik tidak hanya kepada bunda, tapi juga kepada semua orang. Mungkin Islam tidak mengenal hukum karma, tapi memang bila kebaikan yang kita tebar, kebaikan pula yang akan kita tuai. Sebaliknya bila keburukan yang kita tebar, naudzubillah... keburukan pula yang akan kita dapat. Terutama kepada bunda.

Jakarta,
Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apapun yang kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita melakukan energi negatif atau keburukan maka kitapun akan mendapat balasan berupa keburukan pula.
Kali ini izinkan saya menceritakan sebuah pengalaman pribadi yang terjadi pada 2003.
Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di salah satu rumah sakit di Jakarta. Sudah tiga pekan para dokter belum mampu mendeteksi penyakit yang diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan. Panasnya sangat tinggi. Bahkan sudah satu pekan isteri saya telah terbujur di ruang ICU. Sekujur tubuhnya ditempeli kabel-kabel yang tersambung ke sebuah layar monitor.
Suatu pagi saya dipanggil oleh dokter yang merawat isteri saya. Dokter berkata, "Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti obat ibu". Sayapun menjawab "Mengapa dokter meminta izin saya? Bukankah setiap pagi saya membeli berbagai macam obat di apotek dokter tidak meminta izin saya" Dokter itu menjawab "Karena obat yang ini mahal Pak Jamil."
"Memang harganya berapa dok?" Tanya saya. Dokter itu dengan mantap menjawab "Dua belas juta rupiah sekali suntik."
"Haahh 12 juta rupiah dok, lantas sehari berapa kali suntik, dok?" Dokter itu menjawab, "Sehari tiga kali suntik pak Jamil". Setelah menarik napas panjang saya berkata, "Berarti satu hari tiga puluh enam juta, dok?" Saat itu butiran air bening mengalir di pipi. Dengan suara bergetar saya berkata, "Dokter, tolong usahakan sekali lagi mencari penyakit isteriku, sementara saya akan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar penyakit istri saya segera ditemukan."
"Pak Jamil kami sudah berusaha semampu kami bahkan kami telah meminta bantuan berbagai laboratorium dan penyakit istri Bapak tidak bisa kami deteksi secara tepat, kami harus sangat hati-hati memberi obat karena istri Bapak juga sedang hamil 8 bulan, baiklah kami akan coba satu kali lagi tapi kalau tidak ditemukan kami harus mengganti obatnya, pak." jawab dokter.
Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju mushola kecil dekat ruang ICU. Saya melakukan sembahyang dan saya berdoa, "Ya Allah Ya Tuhanku... aku mengerti bahwa Engkau pasti akan menguji semua hamba-Mu, akupun mengerti bahwa setiap kebaikan yang aku lakukan pasti akan Engkau balas dan akupun mengerti bahwa setiap keburukan yang pernah aku lakukan juga akan Engkau balas. Ya Tuhanku... gerangan keburukan apa yang pernah aku lakukan sehingga Engkau uji aku dengan sakit isteriku yang berkepanjangan, tabunganku telah terkuras, tenaga dan pikiranku begitu lelah. Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau Maha Tahu bahkan Engkau mengetahui setiap guratan urat di leher nyamuk. Dan Engkaupun mengetahui hal yang kecil dari itu. Aku pasrah kepada Mu Ya Tuhanku. Sembuhkanlah istriku. Bagimu amat mudah menyembuhkan istriku, semudah Engkau mengatur milyaran planet di jagat raya ini."
Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit dalam ingatan akan kejadian puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya hidup dalam keluarga yang miskin papa. Sudah tiga bulan saya belum membayar biaya sekolah yang hanya Rp. 25 per bulan. Akhirnya saya memberanikan diri mencuri uang ibu saya yang hanya Rp. 125. Saya ambil uang itu, Rp 75 saya gunakan untuk mebayar SPP, sisanya saya gunakan untuk jajan.
Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil terbata berkata, "Pokoknya yang ngambil uangku kualat... yang ngambil uangku kualat..." Uang itu sebenarnya akan digunakan membayar hutang oleh ibuku. Melihat hal itu saya hanya terdiam dan tak berani mengaku bahwa sayalah yang mengambil uang itu.
Usai berdoa saya merenung, "Jangan-jangan inilah hukum alam dan ketentuan Yang Maha Kuasa bahwa bila saya berbuat keburukan maka saya akan memperoleh keburukan. Dan keburukan yang saya terima adalah penyakit isteri saya ini karena saya pernah menyakiti ibu saya dengan mengambil uang yang ia miliki itu." Setelah menarik nafas panjang saya tekan nomor telepon rumah dimana ibu saya ada di rumah menemani tiga buah hati saya. Setelah salam dan menanyakan kondisi anak-anak di rumah, maka saya bertanya kepada ibu saya "Bu, apakah ibu ingat ketika ibu kehilangan uang sebayak seratus dua puluh lima rupiah beberapa puluh tahun yang lalu?"
"Sampai kapanpun ibu ingat Mil. Kualat yang ngambil duit itu Mil, duit itu sangat ibu perlukan untuk membayar hutang, kok ya tega-teganya ada yang ngambil," jawab ibu saya dari balik telepon. Mendengar jawaban itu saya menutup mata perlahan, butiran air mata mengalir di pipi. Sambil terbata saya berkata,
"Ibu, maafkan saya... yang ngambil uang itu saya, bu... saya minta maaf sama ibu. Saya minta maaaaf... saat nanti ketemu saya akan sungkem sama ibu, saya jahat telah tega sama ibu." Suasana hening sejenak. Tidak berapa lama kemudian dari balik telepon saya dengar ibu saya berkata, "Ya Tuhan pernyataanku aku cabut, yang ngambil uangku tidak kualat, aku maafkan dia. Ternyata yang ngambil adalah anak laki-lakiku. Jamil kamu nggak usah pikirin dan doakan saja isterimu agar cepat sembuh." Setelah memastikan bahwa ibu saya telah memaafkan saya, maka saya akhiri percakapan dengan memohon doa darinya.
Kurang lebih pukul 12.45 saya dipanggil dokter, setibanya di ruangan sambil mengulurkan tangan kepada saya sang dokter berkata "Selamat pak, penyakit isteri bapak sudah ditemukan, infeksi pankreas. Ibu telah kami obati dan panasnya telah turun, setelah ini kami akan operasi untuk mengeluarkan bayi dari perut ibu." Bulu kuduk saya merinding mendengarnya, sambil menjabat erat tangan sang dokter saya berkata. "Terima kasih dokter, semoga Tuhan membalas semua kebaikan dokter."
Saya meninggalkan ruangan dokter itu.... dengan berbisik pada diri sendiri "Ibu, I miss you so much."
Keterangan Penulis:
Jamil Azzaini adalah Senior Trainer dan penulis buku Best Seller KUBIK LEADERSHIP; Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup.

Dua Keponakanku

Panji dan Layla, dua keponakanku dari Trini, kakak ketigaku.
Panji naik ke kelas 3 tahun ini. Tanggal 1 dia dapat rapor, alhamdulillah nilainya mengalami peningkatan di semester ini. Tanggal 2 yang lalu dia ujian kenaikan tingkat untuk ekskul tae kwon do yang dia ikuti. Hari berikutnya dia disunat. Alhamdulillah, tabah katanya. Insya Allah tanggal 8 nanti syukuran alias 'hari besar'nya. Aku sendiri nggak bisa datang tanggal 3 yang lalu, karena 'asyik' menyelesaikan penulisan rapor anak-anak di sekolah.
Dikelilingi orang-orang yang sayang sama kakak. Bunda, adek, eyang, teh Ia, teh Yuyun, dan pasti ayah yangmotret. Jangan lupakan (roti) buaya dan Simba, tuh... nongkrong di bawah perutnya kakak. Semoga jadi anak shalih ya kak, rajin, pinter, patuh pada orangtua, dan taat pula pada agama.
Dek Layla. Dia pengennya naik kelas ke TK B. Umurnya baru 4 tahun sih, tapi rajinnya top banget deh (biarpun akhir-akhir ini manjanya juga makin menjadi-jadi). Rajin ngerjain Pe-eR dari sekolah, bahkan sempat-sempatnya mbikin Pe-eR sendiri karena mungkin bu guru lupa. Hehe... Mulai bisa mbaca dan nulis dikit-dikit. Menghitung angka juga sudah nggak perlu diurut lagi. Ikut nari di pesta perpisahan sekolahnya, dia bisa membawa diri. Kabarnya, dia juga sudah bisa naik sepeda roda dua. Semoga Layla juga cepat besar, tambah pintar, makin sabar, dan ... apa lagi ya? Pokoknya semua yang baik-baik deh! Oya, katanya dia dengan tulus ikhlas memberikan sisa uang terakhir yang ada di dompetnya kepada kakak yang sedang jadi 'pengumpul angpau'. (Katanya ada barang yang sudah dia incar, mudah-mudahan terbeli dari 'pendapatannya' kelak. Haha...) Nah, pemberian Layla, biarpun 'cuma' seribu rupiah, tapi nilai ketulusannya nggak bisa disetarakan dengan uang dong... Semoga Layla bisa selalu ikhlas. (tantenya juga dong...)

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka