Wednesday, December 31, 2008

Quote of the Day

There is nothing on this earth more to be prized than true friendship.
Saint Thomas Aquinas

Monday, December 29, 2008

Reuni Alumni Pramuka

Satu agenda reuni datang lagi. Sudah agak jenuh sebetulnya dengan ide reuni ini :p Beruntun rasanya, mulai dari reuni angkatan 90 ITB, reuni tak terencana dengan alumni guru-guru SaF di acara nikahannya bu Tini beberapa waktu lalu, pertemuan dengan Evi dan Meity yang sekarang berdomisili di luar negeri, pertemuan dengan teman-teman guru Salman yang kuanggap sebagai reuni ;), hingga bergulirnya ide reuni alumni pramuka SMP 11.
'Bentrok' dengan acara mengejar deadline lomba yang ingin kuikuti, juga menunggu koran minggu yang memuat laporan "Citizen Journalism", aku menunda-nunda kepergian ke lokasi reuni, di sekolah tempat kami menuntut ilmu dulu, hampir 20 tahun yang lalu. Wow... Tapi penasaran juga sih, ingin tahu kabar teman-teman sekarang. Akhirnya menjelang tengah hari barulah aku berangkat dari rumah. Sampai di lokasi, ternyata tidak terlalu banyak juga teman-teman yang datang (apalagi muka-muka yang kukenal). Banyak wajah dan tampilan sudah berubah. Gadis-gadis kecil dulu (anak SMP, gitu...) sekarang sudah jadi mbak-mbak modis atau ibu-ibu berkerudung yang jelas merubah 'penampakan'. Sementara anak-anak lelaki yang kukenal dulu sudah bertransformasi juga menjadi babe-babe jangkung dengan membawa buntut satu-dua anak. Badan kurus tipis yang jadi 'trade mark' anak laki-laki SMP dulu, sekarang sudah berubah menjadi tegap berisi atau... buncit dikit. Hehe...
Teman-teman seangkatanku tidak banyak juga yang hadir, tapi relatif lengkap karena yang masih aktif pramuka sampai kelas 3 SMP juga memang tidak banyak. Biasa kan, kalau sudah kelas 3 SMP, mau bersiap menghadapi ujian, ortu sudah membatasi aktivitas ekskul yang sebetulnya kami senangi. Ketika berfoto bersama, sempatlah kita mengabsen barengan. Seusai acara, kita menyempatkan juga berfoto bersama di depan gerbang sekolah sebelum berpisah. Kukenalkan ya, dari kiri ke kanan. Ave Avianthy, yang sebetulnya tidak aktif hingga akhir di kepramukaan SMP, tapi memang bersahabat erat dengan pentolan regu Cobra 'snack' di sebelah kirinya. Ferdinand Azis, Heri Antasari dan Donya Tasdik, tiga sekawan yang kompak berat. Kak Asep Suparlan 'nebeng' berfoto dengan kita. Dia sebetulnya dua tahun di atas kita, seangkatan dengan kakakku. Lulusan STPDN ini sekarang jadi sekda di Purwakarta. Paling kanan, Mimi Sumiati yang saat ini masih jadi guru Biologi di Cianjur. Hilda yang sobatan karib dengan Mimi ternyata tak bisa hadir. Kami bertiga, bersama aku yang pegang kamera, adalah 'generasi terakhir' dari regu Teratai yang legendaris. Haha...! Ngaku-ngaku ya? Iyalah. Bangga dong, jaman kita SMP dulu, kami cukup banyak mencetak prestasi di berbagai lomba wide game di wilayah kwarcab Bandung. Kenangan manis dahulu, semoga jadi pijakan kaki untuk semakin mantap dan berprestasi juga hingga hari ini. Insya Allah.
Blogged with the Flock Browser

Sunday, December 28, 2008

Quote of the Day

Until you value yourself, you won't value your time. Until you value your time, you will not do anything with it.
M. Scott Peck

Selamat Tahun Baru Hijrah

Mengawali tahun baru hijrah dengan basmalah kembali.
Semoga segala apa yang kita lakukan di tahun ini selalu diiringi basmalah, agar berkah dari Allah akan dilimpahkan-Nya pada kita semua, yang masih mau mengikuti petunjuk-Nya, berjalan di jalan-Nya, menuju keridhaan-nya. Amiin.
Selamat tahun baru 1430 H.

Thursday, December 25, 2008

Kematian Hati

Sebuah renungan untuk mengingatkan diri sendiri, lampu kuning untuk mengingatkan diri agar kembali ke jalan lurus yang ditunjukkan-Nya, menuju-Nya. Semoga Allah SWT selalu membimbing kata hati, langkah kaki, tingkah laku, ucapan lisan dan tulisan, agar selalu di jalan kebenaran untuk menggapai ridha-Nya. Amiin.

Quote of the Day

The longer I live, the more beautiful life becomes.
Frank Lloyd Wright

Wednesday, December 24, 2008

Makan-makan di Sekolah

Menutup masa pembelajaran semester 1 ini, celetukan seorang guru untuk menyelenggarakan acara 'ramah-tamah' untuk mempererat jalinan silaturahim di antara kita bergulir. Celetukan ini disambut baik oleh staf guru yang sudah penat ngurusin nilai rapot anak-anak, rapat, kegiatan akhir semester, budget semester depan, meeting, dsb dsb. Rencana makan-makan tentu disambut baik oleh kita semua.
Maka disepakatilah potluck party untuk acara hari ini. Setiap orang berkontribusi membawa sesuatu untuk berbagi bersama. Nasi dan lauk pauk lengkap bahkan berlebih, rujak, kerupuk, buah, sampai snack yang akhirnya tak tersentuh. Alhamdulillah..., acara makan-makan itu juga melibatkan para staf sekuriti maupun penjaga sekolah. Makan beralas daun pisang, bersama-sama, bareng. Akrab deh. Pengennya acara seperti ini dijadwalkan lagi lain kali. Semoga ada umur dan kesempatan. Insya Allah.

Quote of the Day

Nature teaches more than she preaches. There are no sermons in stones. It is easier to get a spark out of a stone than a moral.
John Burroughs

Tuesday, December 23, 2008

Iceberg Phenomenon

Got these pictures from several sources, forwarded e-mails from friends. I just knew that iceberg could be this beautiful. Subhanallah...
Fabiayyi-aalaa-i Robbikumaa tukadzdzibaan
Amazing striped icebergs
Icebergs in the Antarctic area sometimes have stripes, formed by layers of snow that react to different conditions.
Blue stripes are often created when a crevice in the ice sheet fills up with meltwater and freezes so quickly that no bubbles form.
When an iceberg falls into the sea, a layer of salty seawater can freeze to the underside. If this is rich in algae, it can form a green stripe.
Brown, black and yellow lines are caused by sediment, picked up when the ice sheet grinds downhill towards the sea.
Antarctica Frozen Wave Pixs - Nature is amazing!
The water froze the instant the wave broke through the ice. That's what it is like in Antarctica where it is the coldest weather in decades. Water freezes the instant it comes in contact with the air. The temperature of the water is already some degrees below freezing.
Just look at how the wave froze in mid-air!!!
Full shape of an iceberg
And look how actually one whole iceberg look alike. Isn't it just beautiful? Seems so strong and 'proud', and yet beautiful. The beauty of the nature created by the Greatest Creator of all, Allah Subhanahuwata'ala.

Monday, December 22, 2008

Quote of the Day

Nature does nothing uselessly.
Aristotle

Lembayung di langit Kota baru

Beberapa waktu lalu, aku meluangkan waktu hingga petang di sekolah, di dalam kompleks Kota Baru Parahyangan, dan mendapat kesempatan menyaksikan fenomena alam senja hari yang menakjubkan. Lembayung yang kali ini bernuansa biru hingga merah jambu. Sayang, keindahannya tak tertangkap penuh oleh kameraku.
Tak menyesal aku meluangkan waktu lebih lama di sekolah, dengan keleluasaan memandang nyaris sejauh cakrawala, pemandangan yang kudapat sungguh luar biasa. Sungguh, jauh lebih indah dari pada apa yang tertangkap oleh lensa kameraku yang hanya berkekuatan 4 MP. Memang ciptaan Allah tak bisa ditandingi oleh apapun. Subhanallah...
Hari ini, aku menunggu lembayung lagi.

Quote of the Day

There is a wisdom of the head, and a wisdom of the heart.
Charles Dickens

Keep Our Bandung Beautiful Euy...!

Jargon ini dipakai radio Rase FM 102,3 Bandung, radio yang sesekali kudengarkan pada saat aku berangkat ke sekolah di pagi hari. Perjalanan sekitar satu jam yang kutempuh setiap hari seolah menjadi perjalanan ke masa lampau. Lagu-lagu yang diputar di pagi hari itu biasanya merupakan lagu-lagu yang familiar di telingaku semasa akumasih kuliah atau jaman mahasiswa dulu, belasan tahun lalu. Lama ya...?
Sejak SMA, aku sudah suka ndengerin radio Rase, karena isu-isunya 'hijau', ramah lingkungan. Makanya, jargon "Keep our Bandung beautiful, euy" ini sudah sangat akrab di telingaku. Begitu juga lagu2 yang diputar dari radio itu.
Nah... sore itu, aku bersama mbak Shita dan Erlin melintas jalur Pasteur. Di persimpangan selepas gerbang tol itu, mobilku tepat di belakang sebuah mobil carry yang terlihat penuh penumpang. Kami sedang asyik mengobrol ketika terlihat sebuah benda putih terlempar keluar dari jendela mobil depan. EH??? Aku membunyikan klakson. Sudah tekadku untuk membunyikan klakson setiap kali melihat ada yang membuang sampah sembarangan keluar dari mobil ke jalan. Kami melanjutkan perbincangan. Tak berapa lama kemudian, benda lainnya terlempar keluar lagi dari mobil di depan. Aku bunyikan klakson lagi, lalu kukeluarkan kamera dan memotret momen itu, mobil beserta beberapa sampah kecil di sebelahnya. Kecil sih... terasa tidak seberapa. Tapi bayangkan kalau 100 orang saja yang lewat perempatan Pasteur melakukan hal yang serupa, akan sebanyak apa sampah yang tercecer di jalan?
Merasakan kilatan lampu blitz, penumpang mobil itu menoleh ke arah kami. Mereka pikir, ngapain juga kali ya, motret-motret orang tak dikenal. Kuberi kode supaya mereka tidak membuang sampah sembarangan. Rupanya mereka makan jambu air. Biji dan sedikit sisanya, mereka buang dengan semena-mena ke luar jendela. Ngotorin Bandung aja. Padahal itu mobil bernomor polisi daerah Bandung juga lho. Nggak sayang banget sih sama kotanya sendiri. Hayu atuh... Keep our Bandung beautiful, euy...!
Blogged with the Flock Browser

Quote of the Day

A person without a sense of humor is like a wagon without springs. It's jolted by every pebble on the road.
Henry Ward Beecher

Saturday, December 20, 2008

Masuk Masjid eh... Mobil...

Beberapa waktu lalu aku lihat pemandangan 'unik' ini. Sepasang sepatu ada di samping sebuah mobil di parkiran Bale Pare, Kota Baru Parahyangan. Masuk mobil atau masuk masjid nih, kok mesti buka sandal segala... ;)Belakangan, baru kutahu bahwa sandal itu bukan kepunyaan siapapun di dalam mobil itu. Petugas pembersih yang bertugas di sana malah sempat mempertanyakan apakah sandal itu milikku (karena mobilku parkir di sebelah kiri mobil itu). Hehe... bukan miliku juga. Aku pakai sepatu yang kukenakan terus. ;) Jadi? Sandal siapa tuh...?

Wednesday, December 17, 2008

Quote of the Day

Not everything that can be counted counts, and not everything that counts can be counted.
Albert Einstein (1879-1955)

Tuesday, December 16, 2008

Maryamah Karpov

Buku terakhir dari tetralogi Laskar Pelangi ini akhirnya terbit juga. Aku sama Umi tadinya mau nungguin event book-signing. Tapi kupikir-pikir, dengan adanya masalah pribadi sang Andrea Hirata, bisa jadi event book-signing bakalan susah banget diselenggarakan. Dia sedang menghindari publikasi, kayaknya. Maka ketika buku sudah tersedia di kios-kios buku, aku minta Umi untuk membelikan satu eksemplar buatku (aku bayar, tentunya...)
Okelah, terlepas dari masalah pribadi Andrea hirata, buku ke-4 ini memang jadi penutup kisah petualangan Ikal. Bercerita tentang Nurmi-kah buku ini? Karena di buku sebelumnya, kisah Nurmi anak Mak Cik (?) Maryamah yang jagoan main biola sempat diulas sedikit. Cover novel ini seolah menggambarkan itu. Lucunya, di buku yang kupunya, kepala Nurmi ditutup kerudung 'ala kadarnya', itu juga pasti hasil torehan photoshop. Hehe... Akan ada lagikah kisah petualangan seru (dan gila) Ikal dan Arai? Akan terjawabkah perjuangan Ikal mencari A Ling? Maka dengan penasaran, kubaca lembar demi lembar novel setebal lebih dari 500 halaman itu.
Hm... mulai 'kecewa' nih. Alurnya terasa datar. Maju begitu saja, sesuai waktu. Jarang... sekali ada flashback yang membuat jalan cerita jadi 'beriak'. Ketawa-ketiwi di sana-sini sih masih ada... seru juga. Gaya bercerita Andrea Hirata masih apik-lah. Lelaki berwajah dangdut (padahal kasidah) itu ternyata pandai juga berkisah. Tetap kuacungi jempol dia, untuk stamina menulis naskah setebal itu.
Eh... sedang asyik-asyiknya membaca bagian awal buku itu, tahu-tahu sms dari Umi masuk ke ponselku. Dia bilang, 'Eh, ternyata MarPov berakhir tragis.' Arrrgh... Aku sudah terlanjur baca keseluruhan pesan sms dari Umi. Hm.. jadi nunggu-nunggu, kisah tragis apakah yang menunggu di lembar-lembar terakhir novel itu. Apakah Ikal tidak berhasil menemukan A Ling? Apakah Ikal berhasil bertemu dengan A Ling yang sudah jadi istri orang? Apakah Ikal berhasil bertemu dengan A Ling tapi mati karena terjatuh dari komidi putar, wahana di pasar malam yang jadi kesukaan Ikal? Nah, tragis kan? Ah... baca sendiri deh. Biarpun jadi kurang seru karena udah dapat bocoran akhir kisah ini.

Sunday, December 14, 2008

Quote of the Day

Kesuksesan bukanlah kunci kebahagiaan. Kebahagiaanlah kunci kesuksesan. Jika Anda mencintai apa yang Anda kerjakan, Anda akan meraih kesuksesan.
(Herman Cain, Pengusaha, Penulis, Pembicara Bisnis, AS)

'menemukan' Muridku (dulu)

Sedikit menjelajah situs pertemanan facebook, dalam waktu satu-dua jam sambil menunggu hujan reda di sekolah, aku 'menemukan' murid-muridku di SD Salman Al Farisi dulu, sudah jadi pemuda-pemuda yang gagah, pemudi-pemudi yang cantik. Semoga tambah shalih & shalihat. Amiin. Kisah sukses mereka membuatku bangga. Senang rasanya bisa ambil sedikiiiit bagian dalam proses pendidikan mereka. Semoga Allah berkenan menjaga jalinan silaturahim ini -melalui dunia maya sekalipun- agar tetap terjalin dengan baik. Amiin.
Kusempatkan juga membaca blog mereka. Asyik juga ya, mbaca blog 'anak muda' ;) 'Terkagum-kagum' dengan gaya bahasa dan isi pembicaraan mereka di forum itu. Memori yang kuingat tentang mereka memang masa kecil mereka, polosnya pemikiran mereka sebagai anak SD (walaupun sempat ketemu dengan salah satu dari mereka saat sudah menjadi mahasiswa). Tanpa kusadari, saat aku 'terperangkap' di dunia pendidikan dasar, anak-anak itu telah 'meninggalkanku' jauh. Ah... anak-anak itu benar-benar telah tumbuh besar.

Friday, December 12, 2008

Quote of the Day

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,
tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
(Confusius)

Thursday, December 11, 2008

Sedih di Hari Bahagia?

Kuambil dari conectique.com dan sedikit kuedit ulang. Mengingatkan diri sendiri.
Pernah dilanda rasa 'sepi', kosong dan tidak merasa bahagia di saat yang mestinya Anda berbahagia? Seperti di saat hari ulang tahun atau hari ulang tahun pernikahan Anda misalnya... Salah satu pemicu timbulnya bad mood tersebut mungkin karena sikap Anda yang cenderung terlalu keras pada diri sendiri. Cari tahu gejala lainnya dan segera lepaskan diri dari perangkap yang merusak mood bahagia Anda.
Mood Musiman
Mood musiman ini disebut sindrom SAD atau Seasonal Affective Disorder, yaitu kesedihan yang dialami seseorang pada musim-musim tertentu. Psikolog Peggi Elam dari situs ivillage.com mengatakan, mood ini bisa mengakibatkan seseorang kehilangan semangat saat langit mulai mendung. Walau pada awalnya ia berada dalam mood yang baik secerah sinar matahari, namun dengan mudah berubah bersamaan dengan langit yang gelap atau hujan dan badai. Bisa juga mengakibatkan ia 'alergi' terhadap cuaca tertentu. "Perasaan tidak nyaman yang terjadi terus menerus ini dapat mengakibatkan depresi," ujar Elam.
Si penderita umumnya cepat merasa lelah, senang mengkonsumsi karbohidrat serta makanan berkalori tinggi secara berlebihan, mengalami insomnia, bahkan sistem kekebalan tubuhnya mengalami penurunan. "Meski demikian perubahan mood berdasarkan cuaca ini masih tergolong normal dan bukan kelainan yang bersifat akut," tambah Elam
Coba lakukanlah hal-hal yang Anda sukai saat perasaan yang mengganggu itu mulai menghampiri. Menikmati makanan yang memberikan efek menenangkan seperti cokelat amat disarankan. "Perasaan tidak enak ini bisa diatasi dengan menambah insentisitas cahaya di sekitar Anda atau mewarnai dinding rumah dengan warna-warna terang," ujar Norman E. Rosethal penulis buku Winter Blues. Upayakan untuk menata ruangan sedemikian rupa sehingga kesan yang tercipta adalah ruangan yang terang dan cerah. Jangan biarkan benda-benda di sekeliling Anda penuh debu dan jangan lupa tempatkan bunga segar di dalam ruangan untuk menciptakan suasana hati yang menyenangkan.
Benci Hari Ulang Tahun
Saat pesta ulang tahun Anda sedang berlangsung meriah, justru Anda merasa tidak nyaman. Atau rencana yang sudah tersusun rapi tak berjalan mulus karena sebagian teman berhalangan hadir. Situasi ini kemudian membuat Anda merasa 'sendirian' dan tidak dipedulikan. Fakta mengatakan, perempuan memang memiliki kecenderungan berpikir dan bersikap lebih emosional dan mudah tersinggung di hari ulang tahunnya.
Perasaan ini timbul ketika Anda memasang harapan terlalu tinggi dan kemudian tidak tercapai. Bisa jadi hari ulang tahun membuat Anda teringat bahwa usia Anda semakin bertambah. Perasaan sensitif dan cemas tersebut sesungguhnya merupakan manifestasi dari rasa takut dan cemas. Anda khawatir tidak akan berhasil meraih cita-cita yang direncanakan sementara usia Anda terus bertambah. Cobalah pikirkan, emosi negatif muncul karena alam bawah sadar Anda yang menginginkannya. Untuk itu, katakan pada diri Anda bahwa pikiran negatif ini bisa Anda halau, karena tak memberikan manfaat apa-apa bagi kebahagiaan Anda.
"Menjaga perasaan agar tetap positif itu penting. Perasaan merefleksikan respon Anda terhadap hidup, harapan serta kepercayaan diri Anda," ujar Roberta Shaler,Ph.D, penulis Optimize Your Day. Pikirkanlah hal-hal yang sudah Anda dapatkan daripada hal-hal yang belum Anda raih. Mulai dari masa indah ketika sekolah, kucing lucu yang Anda temui, perjalanan penuh kesan yang Anda lakukan, sampai hadiah terindah yang pernah Anda dapatkan.
Tak Bisa Menikmati Kebahagiaan
Selalu berusaha menghindar setiap kali diundang ke sebuah resepsi pernikahan? Rasa sesak dan sedih mulai datang silih berganti memenuhi dada. Alih-alih rasa ikut bahagia yang muncul, malah rasa tak betah dan ingin pulang yang Anda rasakan...
Orang yang kerap merasa depresi ketika berada di lingkungan yang dipenuhi orang-orang yang sedang berbahagia biasanya disebabkan karena mereka membandingkan dirinya dengan orang-orang tersebut, dan melihat bahwa mereka tidak cukup bahagia.
Cara Mengatasinya:
Bersyukurlah dengan apa yang Anda miliki. Anda bisa bernafas dengan teratur setiap detik saja sudah merupakan anugerah Tuhan yang tak terkira nilainya. Bayangkan orang yang menderita radang paru-paru sehingga kesulitan bernapas misalnya....Carilah hal positif dalam setiap situasi dan rasakanlah kebahagiaan orang lain dan pikirkan suatu saat Andapun akan bisa menikmati rasa bahagia tersebut, walau mungkin bukan saat ini. Ciptakan pembicaraan ringan dan menarik dengan teman-teman serta buka hati Anda untuk menikmati setiap pembicaran tersebut.

Quote of the Day

Di tiap jengkal kehidupan, sang hujan memang harus tercurahkan.
Kadang hari-hari memang harus dilalui dalam selingkup awan kelabu dan kedukaan.
(Henry Wadsworth Long Fellow, Pujangga AS, 1807-1882)

Udah lama nggak menyisipkan quote of the day. Kali ini pake yang bahasa Indonesia ah... ;)

Tuesday, December 09, 2008

Idul Adha Berbunga... :)

Idul Adha tahun ini, alhamdulillah... sempat mengikuti shalat Ied bareng ibu dan kakak. Mendengarkan khutbah yang cukup kupahami, walaupun 95% disampaikan dalam bahasa Sunda. Mengingatkan diri agar selalu minta ditunjukkan jalan yang lurus untuk menuju Allah, dan jangan marah ketika kita diberi cahaya penerang untuk mengerjakan kebaikan.
Pulang ke rumah, rehat sebentar dan makan-makan dulu. Pikiranku sudah di sekolah. Ada kegiatan berkurban juga di sekolah, dan agak siangan aku baru bergabung. Karena pembagian tugas tidak cukup jelas, aku menempatkan diri di posisi mana saja yang tersedia. Awalnya di bagian penghitungan bungkusan daging kurban. Tapi kok kayaknya aku nggak cukup berguna ya. Menempatkan diri di sebelah bu Anne, memanfaatkan pisau miliknya yang sempat menganggur, aku kebagian tugas memotong2 daging hingga jeroan (hati, paru, usus yang panjang terburai, dengan sebagian masih terisi). Ditingkahi komentar sana-sini, juga kena cipratan darah maupun serpihan tulang dari pencacah tulang di seberangku yang begitu semangatnya menggunakan kampak, suasana di bawah tenda biru itu jadi agak meriah. Suara dari radio MQ menambah syahdu suasana qurban.
Lepas tengah hari, aku meninggalkan area sekolah. Ada tempat lain yang ingin kutuju. Bandung Orchid Festival, pameran bunga bulanan yang diselenggarakan di Metro-Bubat. Ada yang ingin kubeli untuk ibu. Soalnya, kapan lagi? Nunggu pekan depan berarti harus siap dengan stok bunga sisa, yang mungkin bukan bunga terindah yang tersedia. Hari kerja? Jelas nggak mungkin-lah, karena perjalanan dari Padalarang (Bandung Barat) ke daerah Bubat ujung (sudah dekat Bandung Timur), pasti makan waktu banyak. Tidak akan optimal juga berkunjung dan melihat-lihat arena pameran di saat menjelang tutup. Maka... kupaksakan diri di hari Idul Adha ini untuk mengunjungi arena pameran dan penjualan bunga itu. Masih bau kambing? Cuek aja deh...
Sendirian, aku menyusuri arena pameran yang tidak terlalu luas itu, dan jatuh cinta pada beberapa bunga yang terpajang di sana. Untuk beberapa item, tentu saja aku harus 'tahu diri' karena harga yang tak tergapai tangan (nggak bisa cukup jauh merogoh kantong. hehe...) Tapi gara-gara sudah kadung jatuh cinta, kubawa pulang cukup banyak bunga cantik juga untuk melengkapi koleksi di taman ibuku. Salah satu yang jadi incaranku kali ini adalah sejenis anggrek brassidium berujung lancip yang kadang-kadang dijuluki "the shooting star", mungkin karena bentuknya memang jadi serupa bintang. Indah. Sungguh. Kubagi keindahannya di sini agar kita semua bisa ikut menikmati.

Saturday, December 06, 2008

Perangkap Tikus Di Ladang Pertanian

diambil dari www.darulbayan.com
Oleh khairilmustapha
Rabu, 10 September 2008
Seekor tikus mengintip di sebalik celah di tembok untuk mengamati sang petani dan isterinya membuka sebuah bungkusan. Ada makanan fikirnya?
Dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Lari kembali ke ladang pertanian itu, tikus itu menjerit memberi peringatan, "Awas, ada perangkap tikus di dalam rumah, awaslah, ada perangkap tikus di dalam rumah!"
Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruk tanah, mengangkat kepalanya dan berkata, "Ya maafkan aku, Pak Tikus, aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara peribadi tak ada masalahnya. Jadi jangan buat aku peninglah."
Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing, katanya, "Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di rumah!"
"Wah, aku menyesal dengar khabar ini," si kambing menghibur dengan penuh simpati, "Tetapi tak ada sesuatupun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu sentiasa ada dalam doa doaku!"
Tikus kemudian berbelok menuju si lembu.
"Oh? sebuah perangkap tikus, jadi saya dalam bahaya besar ya?" kata lembu itu sambil ketawa.
Jadi tikus itu kembalilah ke rumah, kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian.
Malam itu juga terdengar suara bergema diseluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya menangkap mangsanya. Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahawa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu sempat mematuk tangan isteri petani itu.
Petani itu bergegas membawanya ke hospital. Dia kembali ke rumah dengan demam. Sudah menjadi kebiasaan setiap orang akan memberikan pesakitdemam panas minum sup ayam segar, jadi petani itu pun mengambil goloknya dan pergilah dia ke belakang mencari bahan bahan untuk supnya itu.
Penyakit isterinya berlanjutan sehingga teman teman dan jiran tetangganya datang menjenguk, dari jam ke jam selalu ada saja para tamu. Petani itu pun menyembelih kambingnya untuk memberi makan para pengunjung itu.
Isteri petani itu tak kunjung sembuh. Dia mati, jadi makin banyak lagi orang orang yang datang untuk pengkebumiannya sehingga petani itu terpaksalah menyembelih lembunya agar dapat menjamu makan orang orang itu.

Moral kisah ini:
Apabila kamu dengar ada seseorang yang menghadapi masalah dan kamu fikir itu tiada kaitan dengan anda, ingatlah bahawa apabila ada 'perangkap tikus' didalam rumah, seluruh 'ladang pertanian' ikut menanggung risikonya .
Sikap mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan dari baiknya.

Friday, December 05, 2008

Telat Beraaaaat!!

Pagi tadi berangkat lebih pagi, mengantisipasi kejadian macet di jalan di hari sebelumnya. Hujan deras mengguyur Bandung semalaman. Citarum meluap lagi, menggenangi ruas jalan yang biasa dilalui kendaraan umum. Arus lalu lintas beralih ke ruas jalan yang biasa kulalui, membuatnya padat luar biasa.
Para pengemudi tak sabaran, menyerobot jalan di kanan-kiri 'jalur resmi', membuatnya 'bertemu muka' dengan arus lalu lintas berlawanan arah, membuat macet makin tak terkendali. Tak bergerak, tak berkutik. Polisi tak bisa mencapai tempat kami untuk mengatur lalu lintas. Kesal, sebal gara-gara para pengemudi mobil dan motor yang tak berpikir logis itu, aku mulai mengambil gambar orang-orang di sekitarku. Bapak pengemudi di mobil belakangku terlihat tetap tersenyum berjuang di antrian yang tak bergerak itu, membuat suasana hatiku agak sedikit cerah. Dia tidak tersenyum ke arahku, tentu, tapi tensiku jadi agak sedikit turun karenanya. Subhanallah... begitu besarnya pengaruh sebuah senyum kecil.
Pengendara motor menepikan kendaraannya, beristirahat. Para karyawan pabrik turun dari bus jemputan mereka, berjalan kaki berlawanan arah. Ada yang bergerak maju mendekati tempat kerja mereka, sementara sebaliknya, ada yang berjalan melawan arus, kembali ke rumah masing-masing. Beberapa anak sekolah (laki-laki) di mobil jemputan tepat di depanku akhirnya pipis di pinggir jalan, tak tahan dengan desakan proses metabolisme yang sudah menanti untuk dilepaskan. Penjual air minum memanfaatkan momen, menawarkan barang dagangan mereka kepada para pengendara yang kelelahan-kepanasan di bawah matahari pukul sembilan yang mulai menyengat.
Sungguh, arus kendaraan (terutama mobil) terhenti sama sekali. 1,5 jam aku berada di titik yang sama, mematikan mesin kendaraan dan membuka jendela, membuat aroma sapi calon hewan kurban yang ditambat di tepi jalan bebas masuk memenuhi katana kecilku. Tak kunikmati, tapi mau apa lagi? Waktu kumanfaatkan dengan membaca. Luar biasa ya? Bisa lho, mbaca sambil nyetir mobil. Haha...! Buku The Secret yang kupinjam dari seorang teman membuatku bisa meredam rasa sebal dalam perjalanan kali ini. Kutuliskan data 'pemindah frekuensi', beberapa poin ingatan bahagia yang bisa mengubah energi negatif menjadi positif. Serta merta aku mulai merasa lebih bahagia. Sesekali, arus lalu lintas bergerak sedikit.
Maju dua meter, berhenti 10 menit... maju dua meter, berhenti 7 menit... sampai akhirnya maju perlahan, menembus lautan helm para pengendara motor yang menghabiskan ruas jalan. Lihat saja foto di bawah ini, sejauh mata memandang, puncak-puncak helm mengisi selebar jalan, di antara satu-dua bis yang jadi minoritas.
Akhirnya... aku berhasil 'meloloskan diri' dari kemacetan dan masuk gerbang tol Buah Batu menuju Padalarang. Jam 11 baru aku sampai sekolah. Jam 11, sodara-sodara...!!! Rekor nasional, menempuh jarak 35 km dalam waktu hampir 5 jam!!! Luar biasa. Sementara itu, tugas masih menanti. Anak-anak yang baru selesai ulangan umum hari terakhir perlu ditangani, surat untuk dibagikan belum selesai dilengkapi lampiran, pelatih ekskul janjian mau ketemu, dsb dst. Langsung 'in' ke kegiatan rutin di sekolah. Hari banjir pun terlupakan, walaupun masih khawatir. nTar malam, hujan lagi nggak ya...? :(

Monday, December 01, 2008

Terkunci!!!

Udahan dulu ah cerita-cerita tentang bunga. Kali ini mau 'curhat' tentang ketololanku hari Kamis beberapa waktu yang lalu. :p
Pagi-pagi nih... udah mau buru-buru berangkat ke sekolah. Waktunya mepet...! Tahu-tahu kondisi mobil celemongan banget, sisa hujan semalam. Aaahh...! Masa sih mesti 'ngeratain jeblok' dulu sebelum pergi? Agak kesel juga sih, tapi sadar ya ini salahku sendiri. Kenapa juga nggak dari tadi malam mbersihin mobil (dingin sih... aku kan masih agak sakit. :( ha... alasan!!). Setelah memasukkan tas dan peralatan lainnya, aku ambil chamois untuk mulai ngelap katana ijo itu. Eh, belum lagi satu menit aku ngelapin mobilku, tahu-tahu... "cuit!" mobilku ngunci sendiri, dengan kunci mobil lengkap di dalamnya!!! HA!!??!! Segala tas, handphone, kunci termasuk kunci serep yang kusimpan di dalam tas, kamera, laptop, pokoknya semua deh, terkunci di dalam mobil. Waduh... バカな私。
Mulai keringat dingin deh. Bakalan telat ke sekolah, sementara nomor telfon teman-teman, semuanya ada di phonebook handphone yang juga terkunci di dalam mobil. Jam setengah tujuh begitu, di sekolah pun belum ada orang. Mau ngontak siapa dong...? Bantuin...!
Nelfon A Lulu, kakak iparku. Siapa tahu dia bisa bantu. Dikasih petunjuk-petunjuk via telefon, tapi tak berhasil diterapkan pada katana ijo itu. Tentang buka kap mobil dan melepas koneksi aki. Konon, pada saat disambungkan kembali, kunci mobil akan terbuka secara otomatis. Tapi apa daya... kap mobil saja tak berhasil terbuka. Mulai deh utak-atik mencoba berbagai tips dan trik. Mulai dari ngakali kunci ala mcGyver, sampai trik maling mobil, semua tak kunjung berhasil (emang nggak berbakat maling mobil :p). Cape deh...
Setengah jam otak-atik pintu dan kaca mobil, nggak berhasil juga. Kutelfon sekolah. Sudah ada teman yang sampai di sana. Aku titip pesan karena bakalan terlambat datang. Titip jam ngajar periode pertama. Pasti nggak akan terkejar nih. Dia maklum.
Aku kembali ke mobilku. Mau coba trik apa lagi ya...? Ibuku mengontak tetangga belakang rumah yang berprofesi teknisi jempolan. Dia bilang, dia baru pulang dari Jakarta di malam sebelumnya. Ketika datang, dia membawa 'senjata' kecil yang dipakainya 'mengakali' kunci. Hanya dengan sentuhan kecil, klik, kunci mobil pun terbuka. Alarm berbunyi sih... tapi segera dinon-aktifkan dengan kunci otomatis. Eh... ternyata cuma dibegitukan saja? Ah... memang harus ditangani ahlinya. Sedangkan tanganku sempat lecet gara-gara sok jadi McGyver ;), pak Parman tetangga belakang rumahku itu cuma perlu 30 detik untuk membuka pintu mobil. Ah... mungkin itu kekuatan silaturahim ya? ;) Alhamdulillah.
Pergilah aku ke sekolah. Masih telat 10 menit-an di periode kedua, tapi untunglah murid-murid itu kooperatif dan berlatih sendiri di dalam kelas. Kujanjikan tes main musik di hari itu. Sisa hari kujalani dengan sukses. Alhamdulillah...
Pelajaran hari itu: jangan pernah meninggalkan kunci di dalam kendaraan ketika akan menutup pintu. Pastikan kunci ada dalam genggaman ketika hendak menutup pintu. Jangan sampai deh kejadian lagi.

Wednesday, November 26, 2008

Bunga Kaktus

Lagi asyik-asyik 'mantengin' bunga-bunga di taman ibu. Satu bunga kaktus yang kunanti-nanti mekarnya, ternyata 'meninggalkanku'. Dia mekar duluan, mengembang seharian tanpa sempat kulihat proses puncak keindahannya. Tapi inilah 'yang tersisa darinya'. Entah apa nama sebenarnya, tapi kunamai saja kaktus bintang.

Friday, November 21, 2008

Bunga Kaktus

Awalnya...Kemudian...Sehingga...Subhanallah... Indah...
Note: Bunganya sebesar piring makan. Berat menyangga kelopak bunga yang saling tumpang-tindih. Ternyata bunganya mirip sekali dengan bunga Wijayakusuma. Mereka memang sepupuan, kayaknya. Tapi bunga kaktus ini mekar di siang hari, sedangkan Wijayakusuma mekar malu-malu di malam hari. Tapi keduanya sama-sama tak mau lama memamerkan diri, cukup satu hari saja. Sore hari, dia sudah layu... :(

Tuesday, November 18, 2008

Taman Bunga Bunda

Alhamdulillah… hari-hari belakangan ini banyak tanaman bunga di taman kecil ibuku berbunga. Cantik-cantik.
Mawar batik berbunga lagi. Setelah sempat mekar kembaran, segera disusul dengan satu tangkai lagi yang awet mekarnya. Menyambutku setiap pulang kerja. Sekali lagi, mawar jenis ini memang tak begitu harum, tapi tetap indah.Musim hujan begini, bunga bulan desember bermunculan. 3 bunga mekar bergantian. Warnanya yang cerah menceriakan halaman depan rumah kami.Sementara itu, di taman samping, setangkai anggrek hijau juga mulai mekar bermunculan. Dengan kombinasi warna ungu di bagian tengahnya, kurasa bunga ini cantik sekali. Tapi kenapa juga ya tuh bunga diikat-ikat? 'Ulah' ibuku tuh. Atau mungkin ulah bunganya. Mungkin dia bersalah, jadi diikat, tak boleh kabur. Hehe... Nggak deng... Biasanya anggrek hijau ini berbunga banyak sekali, memberati batangnya. Sayang kan kalau sampai patah gara-gara terguncang angin? Makanya diikat di batang pralon supaya posisinya mantap. ;)Di ‘taman’ atas, kaktus ternyata juga berbunga. Cantik ketika masih kecil-kecil, dan dia akan terus tumbuh membesar, seperti buah naga, tapi sayang tak bisa dimakan :(

Seorang Teman Lagi. Alhamdulillah...

1 musuh terlalu banyak. 1000 teman masih kurang.
Itu aku pernah baca di sebuah poster beberapa tahun yang lalu, dan kurasa benar sekali. Banyak teman dan kenalan datang dan pergi dalam kehidupanku. Kenalan bisa datang dan pergi tanpa kesan, terlupakan begitu saja. Teman adalah seseorang yang bisa kita andalkan, dengan siapa kita mempercayakan sebagian hati kita, perasaan kita, pikiran kita, dan begitupun sebaliknya. Dengan teman kita dapat bertukar rasa, bertukar idea tanpa prasangka, saling mendukung dan menyemangati.
Beberapa waktu lalu, kuterima pesan singkat melalui ponselku. Dari Bu Suzana, memintaku untuk tidak membeli agenda 2009 karena sudah dia belikan untukku. Terima kasih banyak... sungguh kejutan yang manis. Sebetulnya, aku memang menunggu gratisan, mungkin dari majalah yang biasa kubeli. Akhir tahun begini, berbagai majalah pasti 'bertaburan' hadiah sebagai ajang promosi, termasuk menyisipkan agenda harian sebagai bonus. Tapi tak kusangka aku akan mendapatkannya dari seorang teman baik. Jazaakillah, anti.
Kami janjian ketemu di food court Riau Junction, salah satu tempat favoritku. Sambil menunggu, kunyalakan notebook dan menulis beberapa tulisan pendek. Ketika bu Jana datang, kami pun terlibat perbincangan seru. Selalu. Saling menyemangati untuk mengembangkan diri, mengikuti berbagai lomba menulis yang sama-sama kami minati. Saling memberi informasi mengenai lomba yang bisa kami ikuti. Alhamdulillah, tak terbersit sedikitpun rasa iri ketika saling bertanya mengenai progress yang sedang kami jalani. Yang terasa justru semangat saling dukung untuk memunculkan potensi terbaik kami. Semoga hanya yang terbaik yang kami upayakan, semoga hanya yang terbaik yang kami dapatkan, semoga Allah meridhoi pertemanan ini. Amiin.
Ternyata, selain agenda 2009 yang berkesan eksklusif dan classy, bu Jana pun memberi beberapa pin yang bisa kusematkan di berbagai benda. Terima kasih banyak... Apa ya yang bisa kuberikan sebagai balasan? Bukankah dalam Islam kita disarankan untuk saling memberi hadiah agar makin saling cinta sesama muslim. Bu Jana bilang, simpan saja hadiah untuknya hingga kelak pengumuman lomba menulis buku keluar, akhir bulan ini (eh, diundur sampai awal tahun depan). Dia sangat berharap akan menjadi salah satu pemenangnya, akupun mendoakan. Yang terbaik untukmu, bu Jana. Kita saling mendoakan, karena begitulah teman kepada yang lainnya, hanya mendoakan kebaikan semata. Semoga Allah ridha. Amiin.
Blogged with the Flock Browser

Monday, November 17, 2008

Teman-teman Salman

Ketika bertemu mereka hari Sabtu lalu di Pusdai, aku merasa seolah bertemu anggota keluarga yang lama tak berjumpa. Kerinduan yang sangat alami, bukan artifisial, kurasakan saat mereka menyapaku dengan hangat dan tentu saja kubalas tak kalah hangat. Akupun merindukan kalian, teman-teman. Nyaman rasanya berada di antara kalian yang saling berpegang teguh dalam Islam, sama-sama merasakan kuatnya tali silaturahim. Semoga Allah meridhoi. Amiin.
Mari kuperkenalkan teman-teman terbaik yang kumiliki, insya Allah masih tetap kumiliki hingga saat ini. Perkawanan tak mesti putus kan hanya karena kita berbeda ladang jihad (jie... bahasanya tinggi ya? Ladang jihad, gitu ;)) Dari kiri ke kanan...
Bu Ratna. Guru PAI (Pendidikan Agama Islam) ini setelah menikah dan berputra kok malah kelihatannya semakin kurus saja. Capek, pasti, mengurus keluarga di samping sibuk mengajar di Salman. Tak pernah berkeluh kesah, kecuali ketika Salman kebanjiran dulu. ;)
Saat itu longsoran di tebing belakang kompleks sekolah Salman membendung aliran sungai kecil dan akhirnya air tumpah ruah ke kelas-kelas. Sebagai salah satu guru yang kelasnya ikut tergenang, bu Ratna tentu ingin menyelamatkan berbagai dokumen. Maka dengan sigap, dia angkat rok dan mencemplung begitu saja ke dalam air setinggi separuh betis yang sudah memenuhi kelasnya. Dalam kondisi demikian, seorang guru laki-laki melintas dan menengok ke dalam kelas, yang kuyakin, tak ada maksud lain selain ingin menawarkan bantuan jika diperlukan. Tapi... ikhwan, gitu lho. Dengan spontan, bu Ratna melepaskan rok yang sedang dipegangnya, pasrah kebasahan juga, asal jangan sampai betisnya terlihat oleh yang bukan muhrim. Walah... padahal si bapak ikhwan itu belum tentu juga melihat ‘sesuatu’, toh saat itu dia sedang tidak mengenakan kacamata minusnya. Nah... karena roknya terlanjur basahlah (atau karena ada kemungkinan betisnya terlihat oleh si guru ikhwan), makanya bu Ratna jadi misuh-misuh. “Teu rido...!” Hihi... ;)
Bu Ine. Guru bahasa Indonesia ini berpembawaan kalem. Eh tapi jangan salah... dia bisa all-out juga lho di satu kesempatan lomba mengajar intern Salman, PAIKEM. Hmm... paikem tuh apa ya... atau siapa? ;) Temennya pak Ridwan, pasti :p Pokoknya paikem ini lomba mengajar antar-MGMP di lingkungan SD Salman yang tujuannya untuk merangsang kreativitas guru dalam mengajar. Aku sempat ikut, 2 kali, dan melihat aksi bu Ine saat merayakan keberhasilan ‘murid’ di kelas, dengan menari ala Dora. Yes! Berhasil, berhasil, berhasil, HORE! Sukses selalu ya, bu Ine ;)
Bu Liyah. Guru ini sudah alih subjek (bukan alih profesi) beberapa kali. Nggak jauh dari pengalamanku-lah, bu. Guru IPS, pernah. Guru bahasa Inggris, lama juga, dan seusai cuti melahirkan anak keduanya, kabarnya dia ini jadi guru Leadership, subjek yang spesial, cuma ada di lingkungan YP SaF. Asyik juga kan, ngajar Leadership? ;) Enjoy it!
Bu Tika. Guru PAI yang pengantin baru ini rupanya masih sedikit merahasiakan pernikahannya. Masih ada yang belum tahu bahwa bu guru yang kecil mungil ini ternyata sudah menikah. Muridnya sampai mutung karena nggak dikasih tahu, dan terus menagih undangan pernikahannya. Hayo... gimana tuh?
Bu Endang. Kadang iseng kupanggil dia dengan sebutan “Bu Dendang”. Itu teh panggilan sayang, bukan ejekan. Tapi jika tidak berkenan, mohon dimaafkan m(_ _)m Ibu berputra 3 ini masih asyik-asyik aja bermotor-ria ke mana-mana. Tampilannya yang lembut gemulai membuat orang-orang tak akan menyangka subjek yang diajarnya. Penjas, gitu lho. Satu-satunya guru penjas perempuan di Salman. Wow... ini baru yang namanya cantik perkasa. Setuju? ;)
Bu Tia. Satu lagi guru PAI di Salman, tapi yang ini mah rada-rada okem. hehe...;) Kalau sudah ketemu dia, kayaknya ketawa nggak bakalan berhenti-berhenti. Adaa... saja celetukannya yang bisa bikin kita ketawa. Aku sampai niat mau ikutan audisi API-TPI bareng bu Tia. Untung dia masih berakal sehat (berarti aku yang kurang waras dong? hah???) dan menolak ide itu mentah-mentah. Kalau sampai lolos audisi, wah... Bajaj pasti lewat deh ;) Kita naik taksi aja kali ye... Hehe...
btw, terakhir kali ketemu bu Tia, kayaknya makin cantik aja nih. Sedang perawatan kulit ya? Jelang pernikahan, mungkin? Hayo.. undangannya jangan sampai kelewat ya. Jangan sampai saya mutung seperti muridnya bu Tika, dan nagih terus... sampai kurus... (ih, udah kurus juga :p)
Bu Ecin. Dia salah satu pengajar subjek Sains di Salman. Satu lagi guru Salman yang kurus. Dia nih kurus banget. Bahkan ketika hamil sekalipun, yang gendut cuma perutnya. Nggak kebayang deh beratnya membawa bayi berbulan-bulan, dan ternyata kembar dua! Melahirkan normal pula! Subhanallah... Huibatt. Saat ini kabarnya beliau dan keluarga sudah menempati rumah baru, rumah sendiri. Alhamdulillah. Barakallaah.
NRF. Pendeknya dibilang begitu. Lengkapnya: Neneng Rohmatul Fitria. Ini salah satu ‘kembaranku’. Yang kembar, tanggal lahirnya. Beda tahun, dikit. Kami masuk Salman barengan, tapi maaf ya, aku keluar Salman duluan. Bu Neneng ini mengajar PAI. Banyak betul ya guru PAI di Salman? Ya iyalah... karena di kelas kecil (1-3), dengan metode pembelajaran tematik, tiap kelas harus punya guru PAI sendiri. Makanya guru PAI di Salman banyak (banget).
Satu foto lagi untuk ‘dibahas’. Eh... aku nongol lagi di situ. Nggak usah dikenalkan lebih jauh ya. Sudah kenal kan? ;) (Hihi.. Pe-De banget ya?)
Di sebelahku, Bu Nelly yang jadi partner pertamaku di Salman, mentorku. Aku belajar banyak darinya, tentang manajemen kelas, tentang penanganan masalah anak, wah... pokoknya kalaulah sekarang ini aku pinter, ya bu Nelly yang berperan banyak dalam mencerdaskanku. Jie..ting... ting... kedip kedip. Ketika berpartner denganku dulu, sekitar 11 tahun yang lalu, dia masih gadis. Sekarang sudah berubah status jadi istrinya pak Agus, dan ibu dari Dani, Ilma dan Luqman. Sebagai lulusan sastra Indonesia, kapasitas keilmuannya dimanfaatkan secara optimal. Kalau nggak ngajar kelas 6, beliau akan mengajar kelas 1. Penempatan yang tepat. ;)
Bu Tika. Cerita apalagi ya tentang dia? Lain kali lagi deh. Kan di atas sudah diulas. ;)
Bu Dewi. Ini guru yang relatif baru di lingkungan SD Salman. Aku tidak kenal cukup dekat dengan guru yang satu ini. Sebelumnya bu Dewi ini beraktivitas di TK Salman, lalu penugasan baru menempatkan ibu guru lemah lembut ini di SD. Ketika aku keluar dari (SD) Salman, bu Dewi justru masuk ke lingkungan SD. Ayo bu, bawa keceriaan TK ke SD, tapi harus siap-siap dengan kerja ekstra di SD. Selamat berjuang ya.
Bu Mei. Guru bahasa Inggris ini sempat menjadi partnerku di MGMP, tepat sebelum aku pergi meninggalkan Salman. Selain bahasa Inggis, dia juga ‘penguasa’ bahasa Sunda. Jagoan banget! Aku baru tahu istilah ‘si utun’, ya dari dia ini. Ketika bicara dengan bahasa Inggris, logat western-nya terasa, dan ketika switch ke bahasa Sunda, alah... meni katara urang Sundana. Bu Mei ini selalu mengenakan gaun terusan dalam keseharian. Ketika yang lain asyik-asyik bercelana panjang, dengan tunik panjang sekalipun, bu Mei mah teteup... gamis forever!
And for me, our friendship is forever, with you all, my best friends in my best period of time, the sweetest time in Salman Al Farisi (da di mana deui, perkenalan pertamaku dengan dunia kerja dan mengajar ya di Salman, pastilah berkesan begitu mendalam. Jangan ada yang cemburu ya ;))
Oh ya, satu lagi, yang mengambil foto ini adalah bu Sri Artini, guru IT di Salman. Selain ngajar, bisnis souvenir beliau ternyata berkembang pesat lho. Pokoknya, nggak usah ke mana-mana, kalau perlu cendera mata, besar-kecil, yang biasa atau luar biasa, kontak bu Sri saja. Bisa pake cepet kan ya? ;)

Sunday, November 16, 2008

'Reuni' Salman Al Farisi Berujung Sakit... :(

Sabtu ini, sepulang dari sekolah, kusempatkan untuk mampir ke Pusdai. Ada rencana ketemu bu Tika untuk melanjutkan sesi bincang-bincang yang lama terputus.
Sebetulnya, sejak di sekolah aku sudah merasa demam. Tenggorokan terasa bengkak, ya... pokoknya nggak enak badan deh. My body is not delicious. :pSampai di Pusdai bada ashar, gerimis baruuu saja turun. Nekat, lari-lari sedikit tanpa payung, kuterjang saja jarak 20 meteran dari tempat parkir ke selasar Pusdai, menemui teman-teman Salman Al Farisi yang baru saja bubaran seusai pelatihan manasik haji di sana (hari Rabu, mereka akan melaksanakan simulasi manasik haji untuk murid-murid SaF. Hm... jadi ingat masa awalku di Salman dulu, manasik haji di Sabuga).
Ketemu bu Nelly dan Bu Mei yang masing-masing menunggu 'my husband'. Yeah... and I'm gonna fetch 'my wife'. :p Semua orang kayaknya dijemput suami. Bu Tika juga kali ya. But... instead of her husband, it's me whose come and fetch her. So... does it mean I become her husband? Ha... no-lah... Bu Nelly mau walking-walking dulu bersama keluarga. Oke deh... save walking-walking (selamat jalan-jalan ;))
Note: Tahun depan Insya Allah SaF akan mulai ber-bilingual, maka dimulailah dari sekarang. Kali ini sih lucu-lucuan aja. Sementara itu, aku bergabung dengan beberapa rekan guru SaF lainnya yang masih menanti hujan reda di lantai 1 Pusdai. Ramailah dengan perbincangan tentang berbagai hal, termasuk konten blog-ku yang ternyata mereka baca juga, kadang-kadang. Termasuk kisah pernikahan bu Tika yang ramai jadi pembicaraan di SaF, baik oleh guru maupun murid-murid. Hihi... Hayo atuh... jangan cuma baca... kasih komentar juga ya. Bukti bahwa teman-teman sudah berkunjung. Kritik dan saran juga boleh kok.
Nggak berlama-lama, aku dan bu Tika pergi dari Pusdai, setelah berfoto dengan teman-teman SaF yang ingin foto mereka dipajang di blog ini. Mangga... yeuh. Rencananya, aku mau mampir sebentar ke suatu tempat, nyari hadiah untuk kakakku. Hari Sabtu ini dia berulang tahun. Mampir ke Borma Bubat yang nggak terlalu besar, ternyata lama juga kita 'berputar-putar' di sana. Bukannya nyasar atau apa sih, cuma sekedar cuci mata akhirnya. Belinya sih kagak. Setelah hadiah buat kakak dan satu pesanan teman yang lain sudah kudapat, aku sudah pengen pulang nih. Ujung-ujung jariku terasa sedikit kesemutan, sementara suhu tubuhku terasa meninggi. Wah... bakal selamat nggak nih nyopir mobil sampe ke rumah, mana bawa istri orang lagi? ;)
Alhamdulillah... jalan yang sedikit macet bisa kulalui, juga jalanan yang banyak macet. Malam minggu, gitu. Ketemu suami bu Tika di area 'Rencong', lalu aku melanjutkan perjalanan yang tinggal 1-2 km lagi ke rumah. Sampai rumah, sudah tinggal istirahat saja.
Suhu badanku mulai meninggi. Agak pusing dan sakit kepala juga. Tidur dengan kompres di dahi, berkali-kali juga aku terbangun, tidak nyaman dengan kondisi badanku. Paginya, rasanya sih suhu badan agak menurun, tapi masih leng-lengan. Badan rasanya ringan bener... Disuruh ke dokter, aku nggak mau nyetir sendiri, ogak juga naik angkot (manja bener ya? ;p) Akhirnya kakak iparku yang njemput ke rumah dan mengantar kami sekeluarga ke dokter, emang seisi rumah lagi sakit. Kompak kan? ;)
Di klinik 24 jam Moh.Toha, dokter yang memeriksa kami agak-agak 'okem' juga nih, tapi asyik aja. Karena badanku masih panas, dia beri aku surat sakti untuk istirahat di rumah selama dua hari. Wadduh...! Aku teringat rentetan jam ngajarku di hari Senin. Kasihan teman-teman yang harus nggantiin. Sing ikhlas nya... Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian. Amiin.

Saturday, November 15, 2008

Bu Didi Deui...

Terinspirasi dari tulisan di blog-nya mbak Diana (berkas-cahaya), aku ingin juga mempublikasikan tulisan lamaku di sini. Temanya tentang nama pasaran... (Ternyata, yang punya nama Diah bahkan Diah Utami atau Diah Lestari, wah... banyak sekali!)
Sejak kecil, aku bercita-cita jadi guru, dan alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga. Setelah menjalani serangkaian tes dan wawancara, aku mulai mengajar di sebuah sekolah swasta di kawasan Bandung Utara.
Dari delapan orang rekan seangkatan, ada satu teman lain yang juga bernama Diah. Kompromi punya kompromi, harus ada salah satu yang rela mengubah nama panggilan. Okelah... aku ngalah... toh kadang temen-teman kuliah juga memanggilku "Di" atau "Di... Didi...!" Jadilah aku 'terkenal' sebagai "Bu Didi".
Aku dan Diah jadi akrab sejak awal. Ke mana-mana kami biasa barengan. Pada intinya sih supaya gampang ngasih petunjuk... yang mana Diah, yang mana Diah eh... Didi. Sementara aku mulai populer dengan nama Bu Didi, Diah yang satu lagi punya nama panggilan lain yang hanya beredar di kalangan guru tertentu. Kebetulan dia masih termasuk kalangan ningrat Sunda dengan gelar Nyi Raden di depan namanya. Maka dari itu, seorang guru senior kadang iseng memanggilnya "Bu Nyi" ;)
Setelah 5 tahun-an mengajar, nama bu Didi atau b'Deedee sudah melekat dan jadi trade mark-ku. Tapi rasanya, kadang-kadang be-te juga. Peluang untuk salah sangka jadi cukup besar juga sih... Dalam beberapa kesempatan berbincang dengan orang tua murid, kadang pembicaraan menyangkut ke hal-hal pribadi. Aku ngerti, mereka hanya bermaksud mengakrabkan diri, dan setelah ngobrol ke sana ke mari, dengan percaya diri, ada juga yang bertanya, "Pak Didi-nya kerja di mana ya bu?" Hmm... mereka pikir aku pakai nama suami, padahal suami saja belum punya. Kalau pembicaraan sudah sampai ke sana, maka bla...bla...bla... berbusa lagi deh mulut ini menceritakan sejarah munculnya nama bu Didi. Bosan juga kalau harus terus menceritakan kisah yang sama berulang kali. Tapi rupanya kisah ini beredar juga di kalangan orang tua murid. Lama-lama pertanyaan tentang 'Pak Didi' tidak muncul lagi. Mereka sudah mahfum bahwa 'Pak Didi'nya masih 'ghaib'. Hehe...
Beberapa waktu berselang, Bu 'Nyi' Diah mengundurkan diri dari sekolah tempatku mengajar, maka aku bertekad untuk 'mengembalikan kejayaan' nama Diah Utami. Hehe... Kuperkenalkan diriku sebagai 'Bu Diah' di depan murid-murid kelas 1, sekalian untuk menghindari kesalahpahaman panggil memanggil dengan Didi asli yang jadi muridku (Sebetulnya, namanya Zuhudi. Didi tuh cuma nama panggilan juga). Lucu aja kali ya kalau "Bu Didi berkata kepada Didi..." Haha... Sementara itu, kolega masih harus menyesuaikan diri dengan panggilan baru buatku. Ah, itu cuma masalah pembiasaan kok.
Baru 2 bulan-an mengajar di kelas 1, di bulan Oktober 2002 aku harus pergi meninggalkan sekolah tempatku mengajar dan baru kembali lagi di bulan Juni 2004.
Ketika bertemu dengan anak-anak yang sempat kuajar sebelumnya, dengan bersemangat mereka menyapaku, "Bu Diah, bu Diah, mengajar di sini lagi?" Duh.. bikin terenyuh hati. Iya nak... bu Diah akan kembali mengajar kalian. Sementara kakak kelas mereka masih teteup... memanggilku dengan sapaan Bu Didi. Rupanya, nama bu Didi sudah terlanjur lekat di benak mereka. Sudah terlanjur ngetop. Ya udah deh... pasrah aja. Teman-teman di tempatku ngajar sekarang ini,ada juga yang menyapaku dengan sebutan 'Mbak Didi'. Sok-lah, suka-suka aja. Siap-siap lagi nih menjelaskan tentang pak Didi yang 'masih ghaib' hingga hari ini. Hihi...

Tuesday, November 11, 2008

Musim Hujan pun Dimulai...

Beberapa hari ini cuaca Bandung mendingin. Hujan mulai sering mengguyur kota bunga ini. Aku suka sekali bau tanah basah yang tersiram hujan pertama, tapi hujan ini juga mulai membawa cemas, karena di hari-hari pertama turunnya saja jalanan sudah mulai tergenang. Air sungai Citarum sudah mulai terlihat meninggi. Akankah Bandung (Selatan) tergenang lagi? Hh... Cappek deh...
Sementara itu, di kios buah di tepi jalan sudah mulai terlihat beberapa ikat rambutan segar dijual. Buah kesukaanku, yang memang biasa meramaikan musim hujan ini mulai ramai dijajakan para penjual buah. Saat ini harganya masih mahal, memang. Tapi tunggu saja beberapa pekan mendatang. Puas-puasin deh makan rambutan. ;)
Blogged with the Flock Browser

Saturday, November 08, 2008

Eyang Mangkat

Beberapa hari lalu, sebuah berita singkat via e-mail mengatakan bahwa eyang putri di Solo (ibu dari ayahku) tidur lama sekali. 30 jam! Tidak biasanya bukan? Beberapa waktu kemudian, update berita menyatakan bahwa eyang sudah bangun, bisa minum susu lalu tidur lagi. Lama juga. Tito, sepupuku yang dokter dan memang berdomisili di Solo, jadi dokter pribadi eyang. Dia bilang, kondisi jantung eyang baik, tapi memang pola tidurnya yang lama (sekali) sempat bikin khawatir. Update kabar di hari-hari berikutnya mengabarkan bahwa kondisi eyang kurang stabil. Sempat dipasangi sonde (selang) untuk makan dari hidungnya dan infus. Kabarnya dicurigai ada stroke. Kondisinya nggak stabil.
Usia eyang saat ini sudah 91 tahun. Sudah sepuh, memang... kondisinya memang ya... sakit tua-lah. Tante Wiwik dan tante Sri langsung berangkat ke Solo untuk menemui eyang, sementara cucu-cucunya yang tersebar di Bandung, Bogor, dan Jakarta, 'asyik-asyik' bertukar kabar via sms dan e-mail. Kita doakan yang terbaik untuk eyang. Jika memang Allah masih memanjangkan umurnya, semoga diberi sehat. Tapi jika Allah berkehendak lain, semoga eyang diberi kemudahan pada saat Dia memanggilnya.
Putra-putri eyang ada 10, dan 3 di antaranya sudah meninggal dunia mendahului ibu mereka. Menantu eyang pun, 3 orang telah mendahului beliau dipanggil ke haribaan-Nya. Selain itu, cucu eyang pun sudah 3 orang yang meninggal. Ketiganya cucu menantu. Yang lebih muda malah sudah meninggal dunia lebih dulu. Ini sungguh jadi bukti bahwa usia adalah rahasia Allah, dan hanya Dia yang berhak mengetahui, kapan saat seseorang sudah tiba.
Jumat malam, kudengar kabar eyang mangkat. Innalillaahi wa inna ilayhi raaji'uun. Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik sesuai dengan amal ibadah eyang. Amiin. Ibu dan kakakku memang sudah pesan tiket untuk berangkat ke Solo hari Sabtu pagi. Tak sempat melihat eyang terakhir kali selagi masih hidup, mungkin hanya sempat menziarahi makamnya. Selamat jalan, eyang.
Blogged with the Flock Browser

Friday, November 07, 2008

Ak! Obama Menang

Foto hasil jepretan Reuters yang muncul jadi headline koran Republika tanggal 17 Oktober lalu ini menunjukkan kandidat presiden AS John McCain yang bereaksi spontan saat salah jalan pada debat terakhir capres di New York. Hal ini mungkin jadi pertanda bakal kekalahannya dari kandidat kuat capres AS, Barack Obama.
Setelah kemenangan Obama tanggal 4 November lalu, Indonesia pun seolah ikut merayakan dan berpartisipasi dalam kemenangan presiden kulit hitam pertama di Amerika ini. Sekitar 3 tahun masa bersekolah dasar, dilewatkan Obama di Indonesia, di sebuah sekolah di kawasan Menteng. Sedangkan saudara tirinya -dari sang ayah tiri yang memang orang Indonesia- berdomisili di Cirebon, Jawa Barat. Berita di media cetak dan elektronik ramai memperbincangkan hal ini.
Amerika sedang mengukir sejarah sekarang ini. Obama adalah capres kulit hitam pertama, sedangkan di kubu lawannya, McCain adalah capres tertua sepanjang sejarah AS, demikian pula cawapresnya, Sarah Palin, yang merupakan cawapres wanita pertama. Dan ketika akhirnya Amerika memilih Obama, sejarah baru telah dibuat. Semoga Obama dapat membawa perubahan baik tidak hanya bagi Amerika, namun juga pada negara lain yang menjadi rekanan politik dan ekonominya, termasuk Indonesia. Amiin.

Blogged with the Flock Browser

Thursday, November 06, 2008

Triplet Wijayakusuma

Pulang sekolah kemarin malam, capek... ngantuk... kedinginan... udah terserang pilek pula, nggak mood banget deh untuk ngeringin mobil yang butek gara-gara hujan seharian. Tapi terhibur rasanya hati melihat bunga wijayakusuma kembar tiga yang menyambutku di taman ibu. Belum mekar sempurna sih karena memang belum tengah malam, tapi indah... sungguh. Lebih indah daripada gambar yang berhasil kutangkap dan kupampang di sini. Kalau di depan rumah, ditambah efek aroma semerbak samar-samar. Sungguh indah ciptaan Allah.

Sunday, October 26, 2008

Pra-Reuni Angkatan 90

Sabtu siang menjelang sore, aku sudah menjadwalkan waktu untuk bertemu dengan teman-teman ITB angkatan 90. Dari perbincangan di milis, sebetulnya tak banyak nama yang kukenal, tapi dengan sok PD, aku memutuskan untuk hadir di event itu. Mumpung di Bandung, mumpung ada waktu, mumpung lagi musim reuni... ;) Sudah berapa pekan ini, reunian melulu. Hehe...
Jadwal, pukul 14.00-16.00 registrasi. Aku agak nervous karena merasa datang telat. Gara-garanya... setelah acara ulang tahun-an Rasyad di seputaran Wastu Kencana, aku mampir dulu di Balubur mengurusi ini-itu. Mumpung mampir. Setelah itu, terjebak antrian panjang di Taman Sari karena wisudaan ITB (jadi ingat masa silam. ;)) Setelah itu, masih mampir di rumah mbak Indri di Bukit Dago. Menjemput dan 'menculik'nya untuk menemani ke acara pra-reuni 90. Membuatnya menjadi 'penyelundup' di acara 90-an itu. Hehe...
Menjelang jam 4 sore, aku sampai di Kafe Sierra. Aku jadi orang kedua yang mengisi buku tamu. Surprise...!!! Baru ada Mulya di sana. Kita kenalan lagi. Mukanya sih familiar, tapi jaman kuliah dulu, aku tidak akrab dengannya. (Emangnya, aku akrab sama siapa sih...? Cuma tahu Vera doang, juga. :p)
Satu persatu, teman-teman angkatan 90 mulai berdatangan. Akhirnya... ada juga wajah-wajah yang kukenal. Ervan yang sukses berjodoh dengan Ambar, Ima-Kimia, Ayi (mamanya Rifqi, salah satu muridku di Salman dulu), Chitra dan Puspa yang bolak-balik dari Bogor/Jakarta, hingga Dini yang bela-belain sedang sedikit demam juga bu Rai alias mama Hafizh yang datang selepas malam. Kenalan lagi dengan teman-teman se-angkatan lainnya. Lia yang baru wisuda doktoralnya dari Farmasi, Moris yang asyik-asyik aja pake sweater olahraga angkatan 90, Hari yang suaminya Chitra, Bambang AR yang ketemu di bandara ketika sama-sama berangkat ke Jepang tahun 2002 lalu. Waduh... Pokoknya wajah-wajah yang lama tak terlihat, saat ini berseliweran di depan mata, mengingatkan akan masa lalu.
Tentu tidak semua teman seangkatan bisa hadir. Hanya sekitar 60-an dari total 1600-an mahasiswa angkatan 90 ITB. Lulusan FSRD saja, ternyata cuma aku yang datang! Padahal mah bukan ketua angkatan, bukan aktivis himpunan, wah... awalnya sih sempat salting juga karena nyaris nggak kenal siapa-siapa, tapi kemudian muncul wajah-wajah yang kukenal dan bisa ngobrol seru sama mereka-mereka, membicarakan special interest yang akan ditindaklanjuti kemudian.
Mudah-mudahan di tahun 2010 nanti, di reuni akbar 20 tahun angkatan 90, bisa ketemu lebih banyak teman, dengan lebih banyak jejak terpateri, sebagai pionir perubahan untuk adik-adik angkatan. Semoga sudah bisa mewujudkan karya untuk diteladani oleh angkatan berikutnya.
Blogged with the Flock Browser

Quote of the Day

Action is the foundational key to all success.
Pablo Picasso

Saturday, October 25, 2008

Ilang Tahun Rasyad

Pagi tadi, jadwal pertama adalah mengantar ibu ke terminal Leuwi Panjang. Ibu mau berangkat ke Depok karena ada acara pertemuan keluarga besar Mangundimedjan di Jakarta hari Ahad besok. Aku nggak ikut karena sore nanti ada pertemuan keluarga besar angkatan 90 ITB. ;)
Rasyad, salah satu murid di 'kelas tetangga' mengundang ke acara syukuran ulang tahunnya. Hanya 4 orang guru yang bisa datang menghadiri acara itu. Anak-anak yang datang pun tidak lengkap dari keseluruhan murid kelas 1 yang diundang Rasyad.
Acara... overall... biasa-biasa saja. MC dan sound system tidak begitu optimal. Tapi asyik juga karena kita bisa ikutan 'kitchen tour' , make our own pizza, dan pizza bikinan kita itu dibawa pulang sebagai kenang-kenangan. Asyiik...! Sementara di sana juga kita disuguhi pizza dan spaghetti yang ennak! Beneran, spaghetti-nya enak. Kapan-kapan, berkunjung ke sana lagi ah... ;)

Thursday, October 23, 2008

Bunga Anggrek

Belakangan ini, bunga-bunga anggrek mulai bermekaran di taman ibuku. Ditunggu-tunggu buat Lebaran, eh baru belakangan ini mulai muncul satu-satu. Belum mekar sempurna, seperti si anggrek bulan mini ini. Imut dan lucu. Aku jadi ingat lagu keroncong Bunga Anggrek. Ingat jaman SMP dulu ketika ikutan sub-kegiatan Vocal.
Bunga Anggrek
by Ike Sato/Ismail Marzuki

Bunga Anggrek mulai timbul
aku ingat padamu
waktu kita berkumpul
kau duduk di sampingku

Engkau cinta kepadaku
bulan menjadi saksi
dan engkau telah berjanji
sehidup dan semati

Kini kau cari yang lain
ingkar dengan janjimu
sudah ada gantinya
kau lupa kepadaku

Oh sungguh malang nasibku
kini kau telah jauh
engkau mengingkari janji
kau pergi tak kembali

Wednesday, October 22, 2008

Reuni lagi...!

Belakangan ini, jadwal reuni padat sekali. Setelah dengan pak Rombang dan rekan-rekan Salman beberapa waktu lalu, dilanjut dengan pertemuan dengan bu Meity dan rekan-rekan SMP Salman. Lanjut lagi dengan pertemuan singkat dengan Evi bersama suami dan anaknya plus Lina sang adik yang sudah dua tahun-an nggak ketemu muka. Sabtu ini, mudah-mudahan ada umur, akan pra-reuni dengan teman-teman alumni ITB angkatan 90. Asyiknya sih reuni 20 tahun angkatan kita, yang akan genap tahun 2010 nanti. Apa sajakah kira-kira agenda pertemuan nanti? Mudah-mudahan yang ringan dan yang lucu saja. Ngobrol-ngobrol, 'studi banding' tentang kondisi kita dulu dan sekarang, membicarakan rencana masa depan, berbagi mimpi dan saling menyemangati, wah... apa lagi ya? Jangan bahas politik-lah. Bikin mumet.
Blogged with the Flock Browser

Tuesday, October 21, 2008

Quote of the Day

I trust that everything happens for a reason, even when we're not wise enough to see it.
Oprah

Sunday, October 19, 2008

Minggu Seru

Minggu pagi, jadwal rutinku jadi "Upik Abu". Harus hari ini, soalnya pekan lalu nggak bisa nyuci gara-gara pompa air rusak, nggak ada air-lah buat nyuci. Jadi, nyuci harus hari ini!
Selesai nyuci, segera siap-siap menyongsong saat kondangan ke nikahannya bu Tini, salah seorang rekan di Salman dulu. Janjian dengan Intan, kami sampai di tempat kondangan selepas dzuhur. Ketemu teman-teman Salman, lagi-lagi serasa reuni. Ada b'Neneng Ami yang kabarnya jadi caleg PKS, ketemu dengan pasangan pak Ridwan dan bu Tina, ketemu b'Neneng R.F. (kembaranku yang lain. kembar tanggal lahirnya. ;) ), ketemu b'Endang beserta ketiga anaknya yang asyik-asyik aja bermotor-ria. Eh, ketemu juga dengan Ita yang dulu sempat jalan bareng di Jepang. Dia sedang hamil anak kedua. Alhamdulillah. Semoga sehat. Nah, ketemu juga dengan tiga orang 'petinggi' Salman (soalnya kantor mereka ada di tempat yang tinggi. Hehe...), mereka 'konfirmasi' tentang berita paling gres tentang aku. (Eh, berita apa tuh? Masa aku sendiri nggak tahu?) Menurut sumber mereka yang entah siapa (tapi jadi penasaran nih), katanya aku akan segera menikah. "Ditunggu undangannya ya." kata mereka kompak. Iddih... itu berita dari mana? Kalau dimaksudkan sebagai doa sih, boleh-boleh aja (sekalian aja, kabarnya, sama siapa nikahnya? :p) tapi kalau gara-gara itu aku lantas batal dilamar orang (gara-gara disangka sudah akan segera menikah, lha... situ berani tanggung jawab?) Bikin berita tuh yang bener dong. Jadi lapar nih. Aku dan Intan lantas beranjak dari hadapan mereka, berburu makan siang.
Sayang, nggak dapat foto yang bagus dari acara nikahannya bu Tini, padahal aku sudah nitip kamera. Lagi-lagi kamerawannya mungkin tidak biasa dengan kamera saku otomatis yang harus dapat 'perlakuan khusus'. Padahal pengantennya cantik sekali. Bu Tini yang biasa nggak berdandan, jadi manglingi banget ketika didandani dengan riasan pengantin. Periasnya pinter. Oya, pengisi acaranya juga asyik, nasyid life, dari Ed-coustic. Aku sendiri nggak begitu tahu, mereka personil asli Ed-coustic atau bukan, tapi yang jelas, lagu-lagunya sangat familiar buatku. Asyik-lah. ;)
Selepas kondangan, sempat telefon-telefonan sama Evi yang saat itu masih di Garut. Mereka berencana mau ke Bandung sih, tapi belum bisa memastikan jadwal. Entah bakalan sempat ketemuan atau nggak. Untuk merintang waktu, aku dan Intan berencana mampir ke CiWalk dulu. Kebetulan aku mau nyari kado ultah buat Panji, salah satu ponakanku. Alhamdulillah. Dapat-lah, satu kaos yang kayaknya sih kegedean. Tapi harganya pas (sama kantongku) Hehe...
Abis beli kaos, mampir ke supermarket sebentar beli snack dan minum. Niatnya buat bekal nonton "Laskar Pelangi". Yang kedua buatku (tapi kayaknya asyik aja nonton lagi) tapi yang pertama buat Intan. Nonton bareng temen, tanpa interupsi dari kanan-kiri, kayaknya asyik juga. Dapat jadwal yang jam 16.45, kebagian tempat di barisan kedua kanan. Leher pegel juga nih nengok kiri sambil setengah tengadah.
Selepas nonton, Evi masih belum ngontak lagi nih. Akhirnya kita memutuskan untuk pulang. Dari Cihampelas aku naik jalan layang ke daerah Dago. Karena kondisi bensin agak kritis, kuputuskan untuk isi ulang di SPBU Dipati Ukur. Sebelum nyampe sana, eh... mampir lagi di Rabbani. Cari kerudung praktis ah. Milih buat Evi juga. Siapa tahu sempat ketemu.
Agak lama juga rasanya di Rabbani, sibuk milih-milih yang modelnya nggak terlalu aneh, yang masih gampang urusan nyuci dan nyeterikanya. ;) SSetelah itu, siap-siap pulang deh kita. Ngisi bensin di Dipati Ukur, lalu nelfon Evi di depan perpus Unpad. Eh, ternyata mereka sedang di SuperIndo Dago, nggak jauh dari tempat kita berada. Yuk atuh, ketemuan ah. Mumpung ada di Bandung, harus sempat ketemuan dong. nTar kalo udah balik ke Amrik, nggak tentu setahun sekali bisa ketemu. Via e-mail ataupun sms juga jarang, ya ketemu muka sekalian ajalah. Harus hari ini!
Ketemu Evi yang sedang hamil anak kedua, Ibrahim sang suami dan anak mereka, Maryam Muthmainnah yang nggak rewel, mau aja kugendong. Ketemu Lina juga, adik Evi yang mulai kuliah S-2 di Unpad. Cerita-cerita, nggak bisa panjang-panjang juga, soalnya kita sudah sama-sama jalan seharian, ya capeklah. Perlu istirahat. Ayolah, insya Allah jika Allah memberi umur, kita bisa ketemuan lagi di lain waktu dan lain tempat. Insya Allah.

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka