Friday, November 24, 2006

Kontainer Keren

Truk kontainer di Jerman yang body-nya dimanfaatkan optimal sebagai space iklan. Keren... tapi pasti cuma kalau dilihat dari sudut ini. Kalau dari depan, pasti kelihatan aneh. Hehe...

Tuesday, November 21, 2006

Panen Undangan Nikah

Pekan ini, 4 buah undangan nikah ditempel di papan pengumuman kantor guru. Pekan sebelumnya, dua helai yang lain baru saja dicopot. Bulan depan, sudah ada 2 teman yang berada dalam 'waiting list'. Sampai-sampai ada yang iseng juga, "ketik Merried (spasi) Meity" atau "ketik Merried (spasi) Erwin" dsb dengan menyebutkan nama calon pengantin yang berbahagia itu. Hm... lalu, dikirim ke mana, pak? Hadiahnya apa? Ah... ada-ada saja.
Hari Minggu kemarin, aku pergi ke Jakarta, menghadiri undangan pernikahan bu Meity. Aku sudah janji sejak lama akan mengupayakan hadir di acara walimahannya.
Jam 8, berangkat dari tempat kos. Janjian sama bu Umi di BMI Cihampelas, dan nggak berapa lama kemudian dijemput kijang putih yang dikemudikan pak Maman. Fully loaded. Bu Anna sang istri dan bayinya yang murah senyum duduk di depan. Bu Indri sang pemilik kendaraan bersama ibu dan anaknya berada di tengah, diapit oleh bu Santika dan bu Umi. Aku di belakang, bareng bu Puji bersama suaminya, berhadapan dengan Dadan (yang akhirnya seru bernostalgia-ria).
Dalam perjalanan, eh... sms dari sebuah nomor yang belum terdaftar di handphone baruku datang, ngajakin barengan ke nikahannya pak Erwin. "Boleh nebeng nggak?" tulisnya di akhir pesan, mengetahui bahwa aku biasa bawa mobil ke mana-mana. Si kukut tea... Wah, kebetulan pulsa lagi abis, akhirnya baru bisa mbalas setelah beli pulsa di dekat tempat walimahan. Sorry-sorry... bukannya sok sombong nggak mau mbalas pesan atau nggak boleh nebeng, tapi aku memang sedang nggak beredar di Bandung nih hari itu.
Bu Meity menikah dengan seorang berkebangsaan Pakistan yang sudah dikenalnya sekitar 6 tahun. Beberapa hari mendatang, dia akan segera menyusul suaminya ke luar negeri setelah menyelesaikan pengurusan visa-nya. Semoga urusannya lancar. Barakallaahu lakum.

Saturday, November 11, 2006

Nengokin Teh Dewi

Sudah lebih dari 2 minggu ini teh Dewi terbaring di rumah sakit. Trauma Pankreas. Begitu kata dokter. Pankreas-nya memproduksi enzym berlebihan. Untuk menghindarinya, teh Dewi belum bisa makan banyak, bahkan nyaris belum bisa makan. Asupan gisinya saat ini tergantung pada botol infus yang sudah berulang kali diganti.
Subhanallah... teteh yang satu ini memang tegar sekali. Setelah 9 kali pindah titik infus-an di kedua lengannya, akhirnya jarum infus itu 'ditanam' di dekat bahunya, di vena terbesar. Gitu kabarnya.
Setiap kali kita tengok, teteh selalu berhasil memunculkan senyum bahkan tawa canda hingga kisah-kisah lucu dari kamar tempatnya melewatkan hari belakangan ini. Sebaliknya, kita yang nengok juga menceritakan berbagai kisah yang menyenangkan. Dari sekolah bersama murid-murid ataupun kisah lainnya yang kita temui 'di jalanan'. Sejujurnya, aku nggak tahu apakah kita mesti mengimbangi keceriaan teteh itu dengan keceriaan serupa. Di satu sisi, teteh mungkin terhibur dengan keberadaan, cerita dan canda kita, tapi mungkin kelak malah membuat teteh 'menderita' karena dia merasakan nyeri setelah otot perutnya terguncang karena tawa bersama kita. Tapi sebetulnya, mungkin memang sebaiknya orang yang sakit 'disuguhi' banyak cerita lucu ya. Seperti kisah dokter Patch Adams. Hm... boleh juga deh ya teh? Kita perbanyak cerita lucu supaya teteh terhibur. Semoga cepat sembuh. Syafakillah wabarakallah. Amiin.

Wednesday, November 08, 2006

Kakak Beradik

Tahun ini, kami berempat bisa berfoto bersama libur lebaran yang lalu di depan rumah ibu. Ini salah satu pose ceria (atau gila?) kami. Mbak Yayu serius berpose 'gila'. Haha... Dia mungkin mau menerkam teh Trini yang duduk manis di depannya. Sementara aku yang mengusulkan pose gila malah cuma senyum lebar. Sama dengan mbak Rani yang berdiri tepat di belakangku. Semoga keceriaan ini akan terus berlanjut. Amiin.

Monday, November 06, 2006

Tsunami desu ka?

Gambar cantik ini selalu saya suka. Menggelorakan semangat, kekuatan, menebar ketakutan, tapi juga harapan bahwa suatu saat badai kan menepi dan lautan tempat kita berlayar akan menjadi laut tenang yang nyaman untuk dilayari. Kirei, janai?

Saturday, November 04, 2006

Sehari Bersama Bu Tika

Hari ini aku nyaris selalu bersama bu Tika. Pagi-pagi nebeng motornya ke sekolah. Aku ngerjain display buat kelasku. Hmm… bukan display yang kayak apa sih…, cuma lembar evaluasi harian aja buat siswa, supaya termotivasi untuk selalu lebh baik setiap hari. Seperti yang pernah kuterapkan di kelas 3A yang lalu. Rencananya, anak-anak menuliskan perbuatan baik yang mereka lakukan di hari tertentu, supaya jadi motivasi untuk yang lain. Mudah-mudahan efektif. Amiin.

Setelah itu aku nggarap presentasi PowerPoint buat ngelengkapi laporan kegiatan KBM Lapangan kelas 4 ke Wiyata Guna yang lalu. Hampir selesai. Tinggal beberapa slide lagi. Mungkin tinggal 3 yang akhir aja. Insya Allah hari Senin bisa selesai. Kalau komputer di ruangankepsek punya CD writer, aku bisa selesaikan sekaligus. Tapi kalau nggak, mungkin aku harus minta bantuan pak Amin atau pak Cucu atau pak Devi untuk mengisikan file itu ke dalam CD. Kalau bisa sih, CD yang berisi file foto aja sekalian, biar ‘sepaket’. ;)

Sekitar jam setengah dua, kita berbondong-bondong ke aula belakang untuk bersilaturahmi dengan pihak Yayasan dan perwakilan orangtua murid. Di awal acara, aku dan bu Reni sempat ‘membajak’ buku yang sedang dibaca bu Tika, tentang kisah para ‘lajangster’ yang hmm… beberapa di antanya ‘gue banget deh’. Aku sama bu Reni sama-sama bertekad untuk menyamai prestasi mereka, bahkan kalau mungkin, melebihi! Wah…. Apa ya yang bisa kita lakukan? Hmm… Nulis buku bareng, mungkin? Bikin grup nyanyi dengan lagu-lagu karangan sendiri, atau… apapun. Pokoknya mengibarkan nama deh, jangan jadi lajang kuper, lajang frustrasi, lajang cengeng, dsb dsb, pokoknya jangan jadi lajang negatif deh. Jangan sampai…!!!

Bada ashar, kita berangkat ke kondangannya pak Iwan. Anaknya sunatan. Masih sempat makan-makan dengan menu lengkap biarpun kita datang udah sore banget. Hihi… Dari sana, masih bu Tika yang bawa motor. Persinggahan berikutnya adalah BIP. Bu Tika rencananya mau beli sepatu olahraga. Bu Westri bilang, lagi ada gemebyar diskon di Matahari dept.store-nya BIP. Eh… sepatu nggak ketemu, malah beli jaket. Termasuk aku! Dengan model yang sama, cuma beda ukuran dan warna, akhirnya kita beli jaket ‘kembar’. Aku beli yang hitam, bu Tika dapat yang biru muda. Konon, diskonnya mencapai 70%. Kita ‘cuma’ mbayar 50.000 setelah korting. Harga yang tertera di bandrol sebetulnya 125 ribu. Wah… aku nggak mau kehilangan momen. Di kesempatan lain, belum tentu kita akan dapat jaket serupa dengan harga segitu. Lagian, aku kan udah niat mau beli dan mbawa motor sendiri. Anggap aja jaket ini sebagai ‘modal awal’ untuk masa-masa bermotor-ria nanti. ;)

Dari BIP, masih bu Tika yang bawa motor, karena aku agak gamang kalau harus mbawa beban penumpang dan belanjaan seperti itu, ditambah lagi dengan kondisi lahan parkir di basement yang berupa tanjakan miring dengan alur berputar. Rada ngeri-lah. Kita sempat berhenti di pom bensin dekat gerbang tol moh. Toha. Dari sana aku menawarkan diri untuk mbawa motor Mio-nya. Bu Tika setuju, jadilah aku mbawa motor itu sampe gang dekat rumah. Lumayan juga. Caraku membawa motor, hm…nggak mengecewakan-lah. Sok atuh, SIM udah punya, jaket udah punya, cara mbawa motor juga sudah lumayan. Tinggal mbeli motornya aja nih… Kapan ya…?

Friday, November 03, 2006

Teh Dewi Sakit

Beberapa teman berniat untuk mendonorkan darahnya untuk teh Dewi yang sedang membutuhkan transfusi (HB-nya nge-drop), tapi nggak bisa pergi pake mobil yayasan, terlebih lagi karena nggak ada sopir. Aku nyaris didaulat untuk jadi sopir mobil yayasan. Tentu saja kutolak, karena aku toh bawa mobil sendiri. Akhirnya kita ‘bolos’ dari acara evaluasi sekolah, lalu berangkat ke PMI. Aku, bu Westri, dan bu Umi, plus bu Tia yang berencana untuk jadi donor. Bu Rika berangkat dengan suaminya, pak Edi dan pak Erwin juga berangkat sendiri-sendiri, ketemuan di sana.

Bu Tia ternyata ‘tereliminasi’ gara-gara Hb-nya kurang dari 12,5. Pak Erwin pun kemudian ‘tersingkir’. Jadinya, cuma pak Edi dan bu Rika yang sukses mendonorkan darahnya. Setidaknya… sesuai dengan yang diminta deh, 2 labu untuk persediaan. Karena nggak ada kerjaan di PMI, kita akhirnya ke RS, nengokkin teh Dewi lagi. Di sana, ketemu Intan dan bu Tika yang kebetulan datang barengan, juga pak Soleh dan pak Yadi yang datang untuk nganterin sumbangan dari temen-temen di sekolah. Nggak seberapa sih kalau dibandingkan dengan biaya pengobatan yang katanya, sampai hari ini saja udah mencapai 6 jutaan. Masya Allah… Ringankanlah rezeki mereka ya Allah. Mudahkanlah urusannya. Amiin.

Tak berapa lama selepas adzan maghrib, ketika kita tinggal, teteh sempat nangis. Katanya sih sedih (terharu, kali…) karena temen-temen begitu baiknya. Ah, itu kan hanya karena kebaikan yang teteh semai. Sebagiannya sudah membuahkan kebaikan juga, teh. Semoga makin banyak kebaikan yang teteh ‘panen’. Amiin.

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka