Monday, March 31, 2014

Dinamika Tiga Roda, Perekat Bahan Bangunan Rumah Masa Kini dan Masa Depan

Wacana pindah rumah sudah bergaung beberapa waktu lalu, setelah adanya cukup tenggang waktu pasca meninggalnya ibu. Aku yang kemudian tinggal sendiri di rumah warisan orang tua, cukup keteteran mengurus rumah besar itu sendirian. Belum lagi masalah musim hujan yang seringkali berendeng dengan musim bankir, membuat perjalananku dari dan ke tempat kerja jadi sangat terhambat. Sudah saatnya mencari rumah dengan lokasi yang lebih dekat dengan tempat kerja.
Aku bekerja di kawasan Padalarang, Bandung Barat, sedangkan kediaman saat ini ada di Bandung Selatan. Lumayan jauh juga perjalanan sehari-hari, tapi tertolong dengan adanya jalan tol Padaleunyi yang bisa kutempuh dengan mengendarai Katana hijauku. Ide mencari rumah di dekat tempat kerja? Hmm... tidak terlalu menarik buatku. Aku tak cukup jatuh hati dengan kawasan Bandung Barat. Kota Baru Parahyangan cukup punya magnet, tapi kutubnya saling tolak menolak dengan penghasilanku saat ini. Dengan pertimbangan akal sehat, aku putuskan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengupayakan memiliki rumah di sana. Maka opsi pun melebar kembali. Kawasan Bandung Selatan masih punya daya tarik kuat buatku. Sangat kebetulan bahwa ada sebuah kompleks baru di dekat rumah kakak. Dengan bismillah... aku pun memberanikan diri untuk mengajukan KPR ke BTN. Dengan menjalankan tips dan trik dari sana-sini, ajuan kreditku pun disetujui. Alhamdulillah.
Setelah mulai mencicil angsuran bulanan, sesekali kusempatkan untuk memantau perkembangan pembangunan rumahku. Pihak pengembang tidak mau berspekulasi dan menginvestasikan bahan-bahan bangunan terbaik untuk membangun satu demi satu rumah pesanan pelanggan. Salah satu material bahan bangunan yang digunakan, tentunya semen Tiga Roda, perekat bahan bangunan rumah masa kini dan masa depan.
Karakteristik semen ini sangat pas dengan filosofi hidup yang aku jalani saat ini. Jiaaah, sebegitunya ya? Ayo deh kita telusuri melalui contekan dari situs semen tiga roda yang sedikit kuringkas menjadi paparan di blog ini. Mariii...!
1. Tidak menggumpal
Ciri semen yang baik mudah dikenali secara fisik/kasat mata, yaitu tidak menggumpal. Terkadang semen yang sudah lama disimpan bisa membentuk gumpalan sebaiknya tak lagi digunakan karena sudah bereaksi dengan uap air/kelembaban dan hanya akan menjadi bagian yang lemah pada plesteran/beton/acian.
2. Waktu mengeras
Semen yang baik harus punya cukup waktu untuk tercampur secara merata dengan bahan lain sebelum diaplikasikan menjadi dinding, misalnya. Setelah itu, semen perlu waktu 6-7 jam hingga mengering sempurna. Terlalu cepat mengeras justru akan meningkatkan resiko keretakan pada dinding.
Aku sendiri perlu waktu cukup lama untuk beradaptasi dengan situasi dan lingkungan baru. Jadi, proses ini cukup merepresentasikan diriku.
3. Adukan lebih rapat dan rekat
Material semen kaya akan mineral dan logam. Daya lekat yang baik antara pasta semen dengan bahan lain menghasilkan campuran bahan bangunan yang padat dan baik, yang tentu saja harus berpadu dalam komposisi yang tepat. Campuran yang padat menghasilkan bahan bangunan 
beton/plester/acian yang berkualitas. 
Berkaca diri, aku pun tentu perlu berbaur dan bergaul dengan orang lain. Bisa sangat dekat dengan beberapa sahabat sevisi, kami bisa bersinergi, saling menyemangati, dan berujung pada keluarnya potensi terbaik kami.
4. Kemasan tertutup sempurna
Kualitas semen akan terjaga jika kemasannya tetap tertutup rapat, tidak basah, tanpa bekas tambalan. Setuju sekali. Tapi kurang pas rasanya jika kuanalogikan dengan busana muslimah yang biasa kukenakan di keseharian. Saat ini aku masih terus berusaha menjaga diri agar tidak sembarang orang bisa melihat.
5. Berlogo SNI (Standar Nasional Indonesia)
Sertifikat nasional dengan standar berupa logo SNI atau bukti sertifikasi internasional menjadi jaminan mutu untuk memilih semen terbaik. 
Standar SNI untukku? Sertifikasi dari Diknas atau Cambridge sebagai tenaga pengajar profesional cukup setara-kah dengan SNI? ;)
6. Baik dalam penyimpanannya
Cara menyimpan semen yang baik diantaranya adalah menyimpannya dalam ruangan yang terhindar dari kelembaban tinggi dan jumlah tumpukan tidak melebihi 2 meter. Hindari kontak langsung dengan lantai dan dinding dengan memberi bantalan (palet/kayu). Selain itu, semen yang baik ditumpuk secara berdekatan untuk mengurangi sirkulasi udara.
Begitu juga aku. Nggak nyaman rasanya kalau umpel-umpelan di satu tempat dengan terlalu banyak orang. Aku perlu space supaya bisa leluasa bergerak dan berekspresi, memunculkan potensi terbaikku.
Dan semakin hari, rumah impianku semakin mewujud. Sedikit menambah space di bagian belakang rumah, dengan menambah material bangunan rumah lainnya, pengerjaannya akan rampung dalam beberapa hari ini. Sudah banyak teman dan saudara yang menanyakan tentang rencana kepindahanku ke rumah baru. Insya Allah jika waktunya tiba, aku akan mengabari. Nggak akan diam-diaman lalu tiba-tiba pindah kok.
Buatku, rumah itu, selain sebagai tempat berlindung, juga tempat sembunyi, sanctuary tempatku menyepi. Tapi tentu terkadang pintu kubuka untuk teman-teman dan saudara, menyiapkan ruang untuk silaturahim. Seperti dinamika Tiga Roda, perekat bahan bangunan rumah masa kini dan masa depan, rumahku pun menjadi penghubung dari masa kini dan masa depan yang kujalani saat ini juga di waktu mendatang.

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka