Wednesday, August 31, 2011

Idul Fitri Tahun Ini

Berkumpul dengan ketiga kakak dan lima keponakan. Ramadhan tahun ini tetap berkesan. Diwarnai dengan insiden 1 Syawal yang berlainan tanggal masehi, kita tergagap-gagap di pagi fitri. Tapi lumayan, jadi ada bahan tulisan buat diposting di kompasiana (lagi keranjingan nulis di sana ;))
Teh Trini datang jelang siang. Ngobrol sebentaran, foto-foto, lalu pergi lagi. Dan inilah foto memori moment idul fitri tahun ini. Idul fitri kedua setelah ibu tiada. Beda, pastinya...
ki-ka (depan): Panji, tante Dee, bude, bunda Trini, adik Rizki, mbak Layla, kakak Tasya. Belakang: tante Rani, Adam,  dan ayah Lulu sebagai fotografer.

Monday, August 29, 2011

Sambut Syawal Fitri

Di penghujung Ramadhan, jelang Syawal... Kusadari betapa masih banyak amalan yang belum dijalani dengan sempurna, walaupun kutahu betul, bahwa sempurna itu hanya milik-Nya saja.
Sambut Syawal yang menjanjikan fitri... Merenung kupertanyakan kelayakan diri untuk kembali suci, rasanya masih jauh panggang dari api.
Mohon maafkan lahir dan batin, atas semua salah dan khilaf. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah shaum kita, dan mempertemukan kita kembali dengan Ramadhan tahun depan, untuk melakukan yang terbaik dalam upaya meraih ridho-Nya. Amiin.

Sunday, August 21, 2011

Renungan Ramadhan

Nyontek dari kiriman e-mail seorang teman, yang mengutip tulisan ini dari blog-nya mas yuliarso di multiply. Jadi pengingat untuk kita agar dapat menjalani hari-hari Ramadhan ini dengan amal terbaik. Insya Allah. Menangis jika perlu, karena telah menjalani lebih dari separuh Ramadhan tahun ini.
Menangislah,
Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubarimu. Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan. Dan tadarus quranpun tak juga beranjak pada Khatam. Jika itu adalah ungkapan penyesalanmu. jika itu merupakan awal tekadmu untuk menyempurnakan tarawih dan qiyamul lailmu yang centang perenang (ah, pasti kamu masih ingat obrolan tadi siang ketika dengan senyum manisnya teman ruanganmu berucap, "alhamdulillah tarawihku belum bolong." dan kamu merasa ada malaikat yang menjauh darimu dan pindah padanya. Kamu merasa sendiri, terasing.)
Menangislah,
Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. Bahwa ada satu hamba Allah yang bodoh, lalai, sombong lagi terlena. Yang katanya berdoa sejak dua bulan sebelum ramadhan, yang katanya berlatih puasa semenjak rajab, yang katanya rajin mengikuti taklim tarhib ramadhan, tapi..., tapi .... sampai puasa hari ini masih juga menggunjingkan kekhilafan teman ruanganmu, masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, tak juga menambah ibadah sunnah... Bahkan hampir terlewat menunaikan yang wajib.
Menangislah, lebih keras...
Allah tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, apakah kamu masih disertakan, sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa beberapa hari. Tak ada yang dapat menjamin usiamu sampai untuk Ramadhan besok, sedang Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah untuk Ramadhan yang kan hilang, bersama nostalgia yang terus tumbuh bersama usiamu. Setengah sadar menatap hidangan saat sahur, kolak-es buah yang tersaji saat berbuka, menyusuri gang sempit saat tadarus keliling, petasan dan kembang api yang disulut usai subuh. Ramadhan yang selalu membuka ingatan masa kecilmu dan terus terulang mengisi tahun-tahun kedewasaan...
Menangislah,
Untuk dosa-dosa yang belum juga diampuni, tapi kamu masih juga menambahi dengan dosa baru. Berapa kali kamu sholat taubat, tetapi tak lama kemudian ada saja kelalaian yang kamu buat? Kamu bilang tak sengaja? Tapi mengapa berulang dan tak juga kamu mengambil pelajaran? Syarat taubatan nasuha adalah bertekad tidak mengulanginya lagi dan bukannya bertobat sambil berucap 'kalau kejadian lagi, yaa taubat lagi'...
Menangislah.
Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. Karena besok waktu akan bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari. Tahu-tahu sudah sepuluh hari terakhir dan kamu belum bersiap untuk itikaf. Dan lembar-lembar quran menunggu untuk dikhatamkan. Dan keping-lembar mata uang menunggu disalurkan. Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.
Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali..

Saturday, August 20, 2011

Silaturahim Ramadhan

Setelah mengunjungi keponakanku, Adam, di pesantren, aku sempatkan untuk mampir bersilaturahim ke rumah seorang teman. Karib yang lama tak bersua. Kangen rasanya, bu Tika...
Karena aku datang ke sana setelah berbuka, diajak makanlah oleh mereka. Jadi nggak enak hati rasanya. Niat bertandang kok kesannya jadi numpang makan. Sebetulnya hari itu aku nggak puasa. Tapi karena tuan rumah mau makan, dan terkesan nggak akan makan kalau aku nggak ikut, ya akhirnya hayulah. Permisi... numpang makan. :) 
Berbincang panjang, dengan ibu dan putri kecilnya, sementara sang suami pergi ke masjid untuk shalat tarawih. Si kecil neng Tami cantik yang awalnya malu-malu (bukan takut kan ya...?) belakangan jadi akrab dan mau main bersama. Sebelum pulang, foto-foto dulu yuk...! Untuk mengabadikan momen indah silaturahim Ramadhan kali ini.

Tuesday, August 16, 2011

Selada Singapur

Ketika masih kecil dulu, ibu sering nyiapin menu ini. Kata ibu, namanya Selada Singapur (hmm... Singapore Salad?) Nyiapin Selada Singapur buat sahur? Gampang banget karena bahan-bahannya nggak perlu dimasak. Siapin sayuran mentah (sawi putih, ketimun, tomat, atau apapun sesuai selera), tambah irisan telur rebus. Salad dressingnya dibuat dari campuran selai kacang, kuning telur, dan cuka atau perasan air jeruk. Icip punya icip, rasanya kok ya jadi seperti gado-gado. Haha... :D

Sunday, August 14, 2011

Buka Bersama, Bareng Umi dan Ita Aja

Kamis, 11 Agustus 2011. Janji yang tertunda-tunda, akhirnya terlaksana juga. Buka bersama bertiga saja, di rumah Umi. Biar cuma bertiga, tetap seru dong pastinya. Cerita segala macam, mulai dari yang lucu-lucu sampai yang (hampir) serius dan berat. Ah, ogah deh ngomongin yang berat-berat di saat penat. Kisah masa lalu dan masa kini, cerita itu dan ini, nggak habis-habis rasanya. Dan setelah berkali-kali kopi darat tanpa dokumentasi foto, kali ini harus ada!
Tapi meni niat teu niat difoto teh. :p Mau pose atau candid nih...? Saling mempersilakan, siapa mau makan duluan. Ayo, silakan tuan rumah memberikan teladan ;) Saya mau jadi fotografer dulu. Umi dan Ita, terima kasih  ya atas moment manis buka bersama-nya. 

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka