Monday, November 17, 2008

Teman-teman Salman

Ketika bertemu mereka hari Sabtu lalu di Pusdai, aku merasa seolah bertemu anggota keluarga yang lama tak berjumpa. Kerinduan yang sangat alami, bukan artifisial, kurasakan saat mereka menyapaku dengan hangat dan tentu saja kubalas tak kalah hangat. Akupun merindukan kalian, teman-teman. Nyaman rasanya berada di antara kalian yang saling berpegang teguh dalam Islam, sama-sama merasakan kuatnya tali silaturahim. Semoga Allah meridhoi. Amiin.
Mari kuperkenalkan teman-teman terbaik yang kumiliki, insya Allah masih tetap kumiliki hingga saat ini. Perkawanan tak mesti putus kan hanya karena kita berbeda ladang jihad (jie... bahasanya tinggi ya? Ladang jihad, gitu ;)) Dari kiri ke kanan...
Bu Ratna. Guru PAI (Pendidikan Agama Islam) ini setelah menikah dan berputra kok malah kelihatannya semakin kurus saja. Capek, pasti, mengurus keluarga di samping sibuk mengajar di Salman. Tak pernah berkeluh kesah, kecuali ketika Salman kebanjiran dulu. ;)
Saat itu longsoran di tebing belakang kompleks sekolah Salman membendung aliran sungai kecil dan akhirnya air tumpah ruah ke kelas-kelas. Sebagai salah satu guru yang kelasnya ikut tergenang, bu Ratna tentu ingin menyelamatkan berbagai dokumen. Maka dengan sigap, dia angkat rok dan mencemplung begitu saja ke dalam air setinggi separuh betis yang sudah memenuhi kelasnya. Dalam kondisi demikian, seorang guru laki-laki melintas dan menengok ke dalam kelas, yang kuyakin, tak ada maksud lain selain ingin menawarkan bantuan jika diperlukan. Tapi... ikhwan, gitu lho. Dengan spontan, bu Ratna melepaskan rok yang sedang dipegangnya, pasrah kebasahan juga, asal jangan sampai betisnya terlihat oleh yang bukan muhrim. Walah... padahal si bapak ikhwan itu belum tentu juga melihat ‘sesuatu’, toh saat itu dia sedang tidak mengenakan kacamata minusnya. Nah... karena roknya terlanjur basahlah (atau karena ada kemungkinan betisnya terlihat oleh si guru ikhwan), makanya bu Ratna jadi misuh-misuh. “Teu rido...!” Hihi... ;)
Bu Ine. Guru bahasa Indonesia ini berpembawaan kalem. Eh tapi jangan salah... dia bisa all-out juga lho di satu kesempatan lomba mengajar intern Salman, PAIKEM. Hmm... paikem tuh apa ya... atau siapa? ;) Temennya pak Ridwan, pasti :p Pokoknya paikem ini lomba mengajar antar-MGMP di lingkungan SD Salman yang tujuannya untuk merangsang kreativitas guru dalam mengajar. Aku sempat ikut, 2 kali, dan melihat aksi bu Ine saat merayakan keberhasilan ‘murid’ di kelas, dengan menari ala Dora. Yes! Berhasil, berhasil, berhasil, HORE! Sukses selalu ya, bu Ine ;)
Bu Liyah. Guru ini sudah alih subjek (bukan alih profesi) beberapa kali. Nggak jauh dari pengalamanku-lah, bu. Guru IPS, pernah. Guru bahasa Inggris, lama juga, dan seusai cuti melahirkan anak keduanya, kabarnya dia ini jadi guru Leadership, subjek yang spesial, cuma ada di lingkungan YP SaF. Asyik juga kan, ngajar Leadership? ;) Enjoy it!
Bu Tika. Guru PAI yang pengantin baru ini rupanya masih sedikit merahasiakan pernikahannya. Masih ada yang belum tahu bahwa bu guru yang kecil mungil ini ternyata sudah menikah. Muridnya sampai mutung karena nggak dikasih tahu, dan terus menagih undangan pernikahannya. Hayo... gimana tuh?
Bu Endang. Kadang iseng kupanggil dia dengan sebutan “Bu Dendang”. Itu teh panggilan sayang, bukan ejekan. Tapi jika tidak berkenan, mohon dimaafkan m(_ _)m Ibu berputra 3 ini masih asyik-asyik aja bermotor-ria ke mana-mana. Tampilannya yang lembut gemulai membuat orang-orang tak akan menyangka subjek yang diajarnya. Penjas, gitu lho. Satu-satunya guru penjas perempuan di Salman. Wow... ini baru yang namanya cantik perkasa. Setuju? ;)
Bu Tia. Satu lagi guru PAI di Salman, tapi yang ini mah rada-rada okem. hehe...;) Kalau sudah ketemu dia, kayaknya ketawa nggak bakalan berhenti-berhenti. Adaa... saja celetukannya yang bisa bikin kita ketawa. Aku sampai niat mau ikutan audisi API-TPI bareng bu Tia. Untung dia masih berakal sehat (berarti aku yang kurang waras dong? hah???) dan menolak ide itu mentah-mentah. Kalau sampai lolos audisi, wah... Bajaj pasti lewat deh ;) Kita naik taksi aja kali ye... Hehe...
btw, terakhir kali ketemu bu Tia, kayaknya makin cantik aja nih. Sedang perawatan kulit ya? Jelang pernikahan, mungkin? Hayo.. undangannya jangan sampai kelewat ya. Jangan sampai saya mutung seperti muridnya bu Tika, dan nagih terus... sampai kurus... (ih, udah kurus juga :p)
Bu Ecin. Dia salah satu pengajar subjek Sains di Salman. Satu lagi guru Salman yang kurus. Dia nih kurus banget. Bahkan ketika hamil sekalipun, yang gendut cuma perutnya. Nggak kebayang deh beratnya membawa bayi berbulan-bulan, dan ternyata kembar dua! Melahirkan normal pula! Subhanallah... Huibatt. Saat ini kabarnya beliau dan keluarga sudah menempati rumah baru, rumah sendiri. Alhamdulillah. Barakallaah.
NRF. Pendeknya dibilang begitu. Lengkapnya: Neneng Rohmatul Fitria. Ini salah satu ‘kembaranku’. Yang kembar, tanggal lahirnya. Beda tahun, dikit. Kami masuk Salman barengan, tapi maaf ya, aku keluar Salman duluan. Bu Neneng ini mengajar PAI. Banyak betul ya guru PAI di Salman? Ya iyalah... karena di kelas kecil (1-3), dengan metode pembelajaran tematik, tiap kelas harus punya guru PAI sendiri. Makanya guru PAI di Salman banyak (banget).
Satu foto lagi untuk ‘dibahas’. Eh... aku nongol lagi di situ. Nggak usah dikenalkan lebih jauh ya. Sudah kenal kan? ;) (Hihi.. Pe-De banget ya?)
Di sebelahku, Bu Nelly yang jadi partner pertamaku di Salman, mentorku. Aku belajar banyak darinya, tentang manajemen kelas, tentang penanganan masalah anak, wah... pokoknya kalaulah sekarang ini aku pinter, ya bu Nelly yang berperan banyak dalam mencerdaskanku. Jie..ting... ting... kedip kedip. Ketika berpartner denganku dulu, sekitar 11 tahun yang lalu, dia masih gadis. Sekarang sudah berubah status jadi istrinya pak Agus, dan ibu dari Dani, Ilma dan Luqman. Sebagai lulusan sastra Indonesia, kapasitas keilmuannya dimanfaatkan secara optimal. Kalau nggak ngajar kelas 6, beliau akan mengajar kelas 1. Penempatan yang tepat. ;)
Bu Tika. Cerita apalagi ya tentang dia? Lain kali lagi deh. Kan di atas sudah diulas. ;)
Bu Dewi. Ini guru yang relatif baru di lingkungan SD Salman. Aku tidak kenal cukup dekat dengan guru yang satu ini. Sebelumnya bu Dewi ini beraktivitas di TK Salman, lalu penugasan baru menempatkan ibu guru lemah lembut ini di SD. Ketika aku keluar dari (SD) Salman, bu Dewi justru masuk ke lingkungan SD. Ayo bu, bawa keceriaan TK ke SD, tapi harus siap-siap dengan kerja ekstra di SD. Selamat berjuang ya.
Bu Mei. Guru bahasa Inggris ini sempat menjadi partnerku di MGMP, tepat sebelum aku pergi meninggalkan Salman. Selain bahasa Inggis, dia juga ‘penguasa’ bahasa Sunda. Jagoan banget! Aku baru tahu istilah ‘si utun’, ya dari dia ini. Ketika bicara dengan bahasa Inggris, logat western-nya terasa, dan ketika switch ke bahasa Sunda, alah... meni katara urang Sundana. Bu Mei ini selalu mengenakan gaun terusan dalam keseharian. Ketika yang lain asyik-asyik bercelana panjang, dengan tunik panjang sekalipun, bu Mei mah teteup... gamis forever!
And for me, our friendship is forever, with you all, my best friends in my best period of time, the sweetest time in Salman Al Farisi (da di mana deui, perkenalan pertamaku dengan dunia kerja dan mengajar ya di Salman, pastilah berkesan begitu mendalam. Jangan ada yang cemburu ya ;))
Oh ya, satu lagi, yang mengambil foto ini adalah bu Sri Artini, guru IT di Salman. Selain ngajar, bisnis souvenir beliau ternyata berkembang pesat lho. Pokoknya, nggak usah ke mana-mana, kalau perlu cendera mata, besar-kecil, yang biasa atau luar biasa, kontak bu Sri saja. Bisa pake cepet kan ya? ;)

No comments:

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka