Yaa ayyatuhannafsul muthmainnah. Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan-mu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku (Q.S. Al Fajr 27-30)
Aku tak bisa hadir untuk menyalatkan dan mengantarkan teteh ke tempat peristirahatan terakhirnya. Saat itu aku sedang tidak di Bandung. Simpang-siur SMS sejak jam setengah dua-an pagi membangunkan aku dari lelap tidur, mengabari berita duka itu. Innalillaahi wainna ilayhi raaji’uun. Kita semua sayang teteh, tapi Allah mungkin lebih sayang padanya, sehingga dipanggilnya ia segera.
Kudengar, hampir seluruh sekolah datang untuk melayat. Sekolah nyaris sepi! Nyaris semua guru ingin ikut hadir mengantar jenazah teh Dewi ke ‘rumah masa depannya’. Armada mobil jemputan sekolah stand by, siap mengantar siapapun yang akan pergi ke sana. Kendaraan orang tua murid pun membentuk konvoi panjang. Bahkan pesan yang berantai sangat cepat juga membuat beberapa ‘alumni’ Salman ikut hadir, selain tentu saja murid-murid yang dulu pernah belajar bersama ibu guru yang lembut dan baik hati itu. Semoga teh Dewi meninggal dalam keadaan husnul khatimah, dengan iringan doa dari semua teman dan kerabat yang mencintainya. Ya Allah, terimalah amal ibadahnya, ampuni dosa-dosanya, dan tempatkan beliau di tempat terbaik di sisi-Mu. Amiin.