Lebaran lalu, kakakku dan anak-anaknya kembali berkunjung ke rumah kami di Bandung. Setiap tahun selalu begitu. Rutin dijalaninya. Transportasi Bandung-Depok saat ini, tidak sulit lagi. Jika dulu aku bolak-balik Bandung-Depok dengan bus harus ‘transit’ dulu di Bogor atau Kampung Rambutan, sekarang tidak lagi. Ada rute bus khusus Bandung-Depok yang kini sering kugunakan jika aku perlu berkunjung ke rumah kakak di Depok. Kakak dan keluarganya, lebih sering membawa kendaraan sendiri, dengan rute perjalanan yang nyaman melalui tol Cikunir, sambung menyambung hingga tol Padaleunyi. Sungguh perjalanan yang tidak lagi merepotkan.
Aku sendiri, belum pernah membawa kendaraan sendiri ke Depok. Kalaupun aku beberapa kali ada urusan di Jakarta, aku masih sering numpang menginap di rumah kakak yang terletak di
Depok. Tapi kendaraan? Aku lebih suka memanfaatkan fasilitas angkutan umum saja deh. Sebagai sebuah kota satelit dari Jakarta, Depok memiliki akses yang makin lama makin mudah saja. Mulai ojek, angkutan umum, bus, hingga kereta api, semua mendapat tempat di Depok, walaupun keberadaannya tentu saja membuat lalu lintas di Depok, juga dari dan menuju Depok makin lama makin padat saja.
Kemacetan tak terhindarkan ada di mana-mana, sementara perilaku pengemudi juga tak jarang gila-gilaan, menerjang segala jalanan berlubang sesukanya saja. Belum lagi pengendara motor yang menyalip dari kanan dan kiri dengan lihainya. Wah… tak jarang aku ‘memuji’ mereka, tapi tentu saja was-was juga. Kalau aku yang mengendarai mobil di Depok, wah… alamat bakalan terjaga selalu. Alert! Tapi lama-lama mungkin jantungan juga, atau malah kebas dan mati rasa :p Sisi baiknya, kondisi itu membuat kita belajar sabar dan ikhlas, dan banyak-banyak berdzikir di dalam kendaraan. Sama sekali tidak jelek, bukan? Hikmahnya kita bisa cepat sampai tujuan, dan... makin dekat pada Tuhan sepanjangnya dzikir yang dirapal sepanjang jalan. Bukankah itu baik? ;)
Belasan tahun berlalu sejak pertama kali kakakku menetap di Depok. Saat ini kota itu sudah berkembang sangat pesat. Pusat perbelanjaan, jangan ditanya… banyak tersebar di seantero Depok. Mulai dari
Tiptop, Depok Plaza, Depok Town Square hingga
Margo City, semua bisa dicapai dengan akses yang begitu mudah. Gebyar potongan harga yang selalu ada, wah… membuat kita tak boleh sering-sering berkunjung ke sana jika ingin isi dompet tetap selamat ;) Tapi justru hal inilah yang membuat laju roda ekonomi di Depok berputar kencang. Banyak tenaga kerja terserap, yang ujung-ujungnya, memakmurkan warga juga kan? Salut-lah untuk Depok.
Kota yang lahir kembali 11 tahun lalu ini, semakin berkembang saja.
Depok yang ’berubah wujud’ dari sebuah kota administratif ini telah berubah menjadi kotamadya, dan kini bisa disejajarkan dengan Bogor, Bekasi dan Tangerang sebagai sebuah kota yang maju dengan dukungan infrastruktur yang memadai. Seperti Bogor, salah satu Perguruan Tinggi besar di Indonesia, ada di Depok.
Universitas Indonesia sepertinya sudah
bedol desa, transmigrasi ke Depok, menjadikan kota ini sebagai salah satu pusat pendidikan tinggi terpercaya. Dengan kampus yang luas dan asri, UI masih selalu menjadi salah satu perguruan tinggi favorit putra-putri terbaik bangsa ini. Satu poin lagi untuk Depok.
Dengan adanya salah satu Perguruan Tinggi terbesar dan tertua di Indonesia,
Universitas Indonesia yang telah menjadi ikon Depok, ditambah dengan perguruan tinggi swasta lainnya, Depok menjadi ramai dengan banyaknya pendatang dari berbagai daerah, terutama tentu saja mahasiswa yang notabene pintar dan terpelajar. Tak lama lagi, Depok bisa menyaingi Yogyakarta dan Bandung dengan predikat sebagai kota pelajar juga.
Lagi-lagi berkait dengan roda perekonomian, banyaknya pendatang ini tentu saja membuat bertumbuhnya sebuah bahkan beberapa peluang bisnis baru bagi warga setempat. Mulai dari pengadaan tempat kost, servis cuci-
laundry pakaian dengan harga mahasiswa, warung makan, rental komputer, perpustakaan, dan… tinggal sebut saja, banyak peluang bisnis ada di sana.
Depok makin berkembang, dan hanya tinggal menunggu waktu, ketika usai lebaran nanti, Jakarta tidak lagi jadi tujuan utama para perantau yang ingin mengadu nasib, tapi Depoklah yang akan jadi tujuan berikutnya, yang akan menerima para pendatang itu dengan tangan terbuka.