Thursday, October 31, 2013

Saatnya Mencuci Dengan Rinso Cair

Mesin cuci di rumah sedang rusak. Maklum juga sih, soalnya umurnya memang sudah uzur. Tabung pengeringnya sih sebetulnya masih berfungsi dengan baik, tapi kelihatannya ada masalah dengan saluran air di tabung pencucinya. Bocorrr. Sementara, sebagai single fighter yang sok sibuk kerja, keluar pagi pulang malam, aku belum bisa menyempatkan diri untuk memanggil tukang (dan menungguinya di rumah) untuk memperbaiki mesin cuci, apalagi membawa si Melati (heMat air dan Listrik, tahan karat dan TIkus) itu ke tempat reparasi.
Sebetulnya urusan cuci mencuci bukan barang baru yang terlalu merepotkan juga sih... Sejak masih SD dulu (maap, jangan tanya tahun berapa ya :p), aku dan kakak-kakak sudah diajari untuk mandiri dan mencuci pakaian sendiri. Segala macam sabun cuci sudah aku jajal. Sabun batang yang baunya iddih... lalu muncul generasi sabun batang yang lumayan wangi, tapi kurasa kurang efektif untuk mencuci pakaian. Sabun batang hanya efektif untuk proses mengucek tapi kurang asoy ketika hendak digunakan untuk merendam pakaian.
Sabun colek pun, beragam merek sudah kucoba. Untuk merendam pakaian, kadangkala sabun colek tak seluruhnya larut kecuali dikocok berulang kali, sedangkan untuk mengucek, penggunaannya perlu cukup banyak sehingga boros juga jadinya.
Sabun detergen? Nggak jauh dari sabun generasi sebelumnya. Untuk merendam, OK-lah... tapi untuk mengucek, kok jadinya bubuk sabung sering bertaburan ke mana-mana ya. Iya, mungkin aku yang sering tergesa saat mencuci (maklum, turunan Flash nih, gerakan tanganku bisa secepat kilat saat mencuil sabun dan mengucek :p). Dan solusinya adalah mengencerkan sebagian sabun detergen bubuk untuk disimpan di wadah terpisah. Seringkali sisa detergen menjadi keras karena tidak habis dipakai sekali mencuci. Sedangkan ketika sudah ada mesin cuci, sesekali kutemui sisa detergen terselip di lipatan pakaian. Hadeuh... Aku yang clumsy atau memang nasibku begini? :p
Sebenarnya, kalau disuruh memilih antara kegiatan mencuci atau menyeterika, tanpa berpikir dua kali, aku pasti akan pilih mencuci. Tapi dengan loading kerja (and having fun. Haha...!) yang kujalani, acara mencuci cukup merepotkan kalau tidak dibantu mesin cuci.
Kembali ke cerita mesin cuci yang rusak tadi, sesekali aku membawa cucian ke rumah kakak dan numpang mencuci di sana. Di sana ada mesin cuci satu tabung yang praktis untuk digunakan. Memasukkan sabun cuci hingga pewangi/pelembut pakaian tinggal dilakukan di tahap awal, setelah itu cucian bisa ditinggal hingga dia memberi tanda bahwa proses mencuci sudah selesai. Asyiknya. Lebih asyik lagi, di rumah kakak ini, selain numpang mencuci, aku juga berkesempatan menjajal keefektivan detergen baru, Rinso cair. Gratislah awalnya. Tapi lama-lama, nggak enak juga kan kalau mesti ambil keuntungan ganda dari urusan numpang mencuci ini. Aku belilah rinso cair untukku sendiri. Marii...!
Benefit Rinso Cair yang Irit
Rinso Molto cair sachet
Dari dulu, aku sudah suka dengan daya cuci Rinso ini. Sejak dulu, ketika tayangan iklan ini mengusung jargon bahwa 'Rinso mencuci sendiri', hingga sekarang dengan jargon 'berani kotor itu baik', aku nggak ragu pakai Rinso. Dengan dua varian Rinso cair yang tersedia, aku sendiri lebih suka Rinso Molto cair yang merupakan deterjen cair konsentrat yang memiliki seluruh keunggulan dari Rinso Cair ditambah dengan kesegaran Molto Ultra yang tahan lama. Rinso cair 2x lebih efektif, meresap lebih ke dalam serat kain saat perendaman, untuk seluruh cucian sehari-hari. Rinso Molto Ultra cair dapat meresap langsung ke dalam serat kain sehingga efektif dan cepat membersihkan noda membandel. Warna kain tetap cemerlang, dan lembut di tangan. Tersedia dalam kemasan botol, refill, dan sachet, aku sih pilih yang sachet ukuran 45ml. Pas untuk sekali pakai. Bahkan nggak jarang, aku bisa mencuci lebih banyak dengan satu sachet Rinso cair ini. Asyiknya lagi, aku nggak perlu lagi pakai segala pewangi dan pelembut. Rinso molto cair saja, sudah, cukup. :)
Kenapa juga sih aku mesti repot-repot dengan urusan detergen ini? Penting, lagi...! Sebagai seorang guru di salah satu sekolah Islam di Bandung Barat, tentu aku mengenakan busana muslimah, lengkap dengan kerudung dan kaos kaki. Ketika aktivitas di kelas tidak menggunakan sepatu, kaos kaki tentu jadi kotor sekali. Mesti tiap hari ganti. Sedangkan kerudung pun seringkali bernoda keringat, minyak -terutama di bagian dagu- dan tak jarang, bedak. Kalau baju, jangan ditanya deh... aktivitas yang padat sebagai guru kesenian membuatku banyak berurusan dengan crayon, cat, tanah liat, pensil, hingga arang. Berani kotor-lah demi proses belajar murid-muridku. Seluruh kegiatan ini juga pastinya bikin aku berkeringat banyak. Dan dengan Rinso molto cair, semua jenis pakaian bisa dicuci sekaligus. Rinso cair 2x lebih efektif, meresap lebih ke dalam serat kain saat perendaman, untuk seluruh cucian sehari-hari, mulai dari kerudung hingga kaos kaki. Merendam nggak perlu lama, mengucek sebentar saja, cuci dan bilas nyaris tak perlu usaha. Asyiklah pakai Rinso. Like this banget. Psst, Laiqa magazine mau tahu lho liputan seru kamu tentang Rinso cair juga. Sementara itu, kalau mau tahu lebih banyak tentang tips dan trik membersihkan noda pada pakaian, bisa banget lho berkunjung ke web-nya Rinso. Silakan ubek-ubek di sana.
Kembali ke cerita mesin cuci uzur di rumah, ngarep dong dikasih yang baru sama Laiqa magazine & Rinso cair. Tapi postingan ini sih di luar tanggung jawab Laiqa magazine karena ini pengalamanku sendiri. Kalau kamu? Apa ceritamu?

Sunday, October 13, 2013

Upik Abu Bertemu 'Peri Biru'

Pagi ini aku bebenah rumah. Biasa deh, jadwal Sabtu off adalah jadi Upik Abu. Memang mesti ngurusin rumah yang -uhm- udah seperti rumah kecil di rimba besar :p Hari ini jadi pak bu kebun dulu deh. Nyabutin rumput dan tanaman liar di halaman, mangkas sulur-sulur tanaman Markisa yang masih adaaa aja, menjalar sampai ke genting rumah segala. Cabuuut...! 
Sambil berdiri di atas bangku pendek tempat pot, aku tarik-tarik tuh sulur Markisa. Ternyata, dia sudah cukup kuat mencengkeram sela-sela genting. Susah juga nyabutnya. Dengan segenap kekuatan, tarik, dan... prak!!! Bangku tempatku berpijak patah kaki dong. Untungnya aku bisa sigap melompat, jadi nggak ikut jatuh bersama satu pot tanaman yang isinya tumpah ke tanah. Haaa...
Oke deh. ganjel sana-sini, si bangku masih bisa berdiri, dan aku melanjutkan merambah bagian lain dari taman hutan kecil di seputar rumah. Kali ini aku ngurusi rumpun pisang-pisangan yang sudah tumbuh teramat subur. Rasanya perlu juga mencabut sebagian rumpunnya. Ah... rupanya akarnya sudah menancap kuat ke dalam tanah. Dengan segenap kekuatan, aku coba deh mencabut satu-dua batang musacea ini. Huuuup, kukerahkan segenap tenaga, dan... yak, suksesss!!! Tapi sebagai akibatnya, aku terjerembab ke belakang, jatuh terduduk di atas kursi malas bambu. Lagi-lagi terdengar... prak!!! Ruas bambu itu pun patah tertimpa berat tubuhku yang jatuh menimpanya secara tiba-tiba. Huwwaaa... Sabtu pagi ini dua kursi rusak gara-gara aku. Memang sudah lapuk dimakan usia juga sih (maap maap... cari pembenaran :p)
Baiklah, mari lanjutkan kerja. Berikutnya adalah menyirami tanaman di seputar rumah yang jumlahnya puluhan (haha... iya gitu???), lalu nyapu-ngepel teras luar yang sempat kubiarkan berdebu beberapa hari ini. Biasanya ada emak-emak tetangga depan yang bantu-bantu nyapu-ngepel sesekali, tapi kali ini aku ambil alih kerjaannya. Lebih puas dong dengan hasil kerjaan sendiri. 
Ketika sedang menyirami anggrek merpati (hmm? Betul nggak ya, namanya anggrek merpati? Kayaknya sih begitu) di bawah pohon mangga, eh... ada ibu-ibu penjual peralatan rumah lewat. Nawarin, tentunya. Awalnya sih nggak niat beli, tapi tentu ada 'sesuatu' di balik kejadian lewatnya si ibu ini. Suatu hal lain yang merupakan bagian dari rencana Allah. Akhirnya kupanggil juga dia untuk masuk halaman rumah untuk melihat-lihat barang-barang yang dibawanya. Ada keset anyam, keset handuk (biasanya untuk di depan kamar mandi deh), handuk tangan, sampai cempal. Pilih-pilih, lama juga sih aku menentukan pilihan, sambil ngobrol ngalor-ngidul sama si ibu ini.
Dari Majalaya, dia bawa hasil karya para difabel ini untuk dipasarkan ke mana-mana seputar Bandung Selatan. fyi, Majalaya itu jauh juga lho dari tempat tinggalku saat ini. Kalo jalan, waaah, lumayan banget pegelnya. Mungkin beliau naik angkot dulu sampai manaa gitu, lalu dilanjut jalan kaki masuk ke kawasan perumahan. Dia tanya-tanya juga tentang aku. Mana suaminya, katanya. Ketika kubilang belum ada, dia sok sok nggak percaya gitu. Orang tua di mana, tanyanya lagi. Ketika kukatakan keduanya sudah meninggal, dia pun menyampaikan simpatinya. Bagaimana mungkin mengurus rumah besar yang aku tinggal itu sendirian, tanyanya lagi. Hmm... saat ini sih kebetulan ada ponakan yang datang dari Depok. Tapi harus jujur kuakui, memang seringkali rumah yang kutinggali sekarang ini nggak keurus sih. Tepatnya, nggak berupaya lebih keras untuk ngurusi :p. Dia sempat menyampaikan keinginannya untuk menitipkan salah satu anaknya untuk ikut bantu-bantu di rumah, mungkin? Sambil menemani aku. Tapi... rasanya belum terlalu perlu ya saat ini, walaupun aku sempat tergoda, ingin juga menanyakan nomor kontaknya ;) Lumayan kan buat tunggu rumah ketika ada tukang ngerjain urusan rumah yang sudah perlu perbaikan di sana-sini.
Setelah perbincangan ini itu, aku pun memutuskan untuk membeli beberapa produknya. Memang perlu juga sih, dan ibu dengan 7 anak ini pun berlalu dengan menyampaikan doa tulusnya untukku. Semoga segera dipertemukan dengan jodohnya ya, begitu ujarnya. Subhanallah...kita nggak pernah tahu doa siapa yang akan segera dipilih Allah untuk dikabulkan. Siapa tahu justru doa dari ibu berhati tulus ini yang mendapat prioritas untuk segera diijabah. Insya Allah, aamiin.

Friday, October 11, 2013

Bola Coklat Nutrishake

Akhirnya... jadi juga bikin bola coklat dengan campuran Nutrishake. Rasa coklat, tentunya. Biskuit marie gosong 12 keping, 1 scoop Nutrishake coklat, susu kental manis (berapa sendok makan ya, tadi? :p), sedikit mentega, dan coklat beras alias meisses.
Setelah biskuit diremuk kasar, campurkan dengan Nutrishake, tinggal tambahkan susu kental manis dan mentega, lalu diuleni sampai kalis. Buat deh bola-bola kecil, lalu digulingkan di atas meisses. Tapi entah apa yang salah, meissesnya nggak terlalu nempel tuh di bola-bola coklatnya. Jadi banyak bola coklat yang 'gundul' :p Biar deh. Tampilan boleh seadanya, tapi rasa tetap luar biasa. Jadi pengen ngemil lagi sebelum makan siang.
Enaknya mengonsumsi Nutrishake dalam bentuk begini, nggak perlu langsung habis sekali bikin. Biasanya, kalau bikin shake, sekali bikin harus segera habis. Tapi kalau bentuknya bola-bola kering begini, mau dimakan sekarang, simpan buat nanti atau besok, masih bisa deh... Makin asyik nih mengonsumsi Nutrishake. Yang berikutnya, bikin dari yang rasa vanilla, dengan 'kejutan' sukade di adonannya, bisa juga kali yaa. Mau aaaah ;)

Koleksi Memori