Sunday, October 13, 2013

Upik Abu Bertemu 'Peri Biru'

Pagi ini aku bebenah rumah. Biasa deh, jadwal Sabtu off adalah jadi Upik Abu. Memang mesti ngurusin rumah yang -uhm- udah seperti rumah kecil di rimba besar :p Hari ini jadi pak bu kebun dulu deh. Nyabutin rumput dan tanaman liar di halaman, mangkas sulur-sulur tanaman Markisa yang masih adaaa aja, menjalar sampai ke genting rumah segala. Cabuuut...! 
Sambil berdiri di atas bangku pendek tempat pot, aku tarik-tarik tuh sulur Markisa. Ternyata, dia sudah cukup kuat mencengkeram sela-sela genting. Susah juga nyabutnya. Dengan segenap kekuatan, tarik, dan... prak!!! Bangku tempatku berpijak patah kaki dong. Untungnya aku bisa sigap melompat, jadi nggak ikut jatuh bersama satu pot tanaman yang isinya tumpah ke tanah. Haaa...
Oke deh. ganjel sana-sini, si bangku masih bisa berdiri, dan aku melanjutkan merambah bagian lain dari taman hutan kecil di seputar rumah. Kali ini aku ngurusi rumpun pisang-pisangan yang sudah tumbuh teramat subur. Rasanya perlu juga mencabut sebagian rumpunnya. Ah... rupanya akarnya sudah menancap kuat ke dalam tanah. Dengan segenap kekuatan, aku coba deh mencabut satu-dua batang musacea ini. Huuuup, kukerahkan segenap tenaga, dan... yak, suksesss!!! Tapi sebagai akibatnya, aku terjerembab ke belakang, jatuh terduduk di atas kursi malas bambu. Lagi-lagi terdengar... prak!!! Ruas bambu itu pun patah tertimpa berat tubuhku yang jatuh menimpanya secara tiba-tiba. Huwwaaa... Sabtu pagi ini dua kursi rusak gara-gara aku. Memang sudah lapuk dimakan usia juga sih (maap maap... cari pembenaran :p)
Baiklah, mari lanjutkan kerja. Berikutnya adalah menyirami tanaman di seputar rumah yang jumlahnya puluhan (haha... iya gitu???), lalu nyapu-ngepel teras luar yang sempat kubiarkan berdebu beberapa hari ini. Biasanya ada emak-emak tetangga depan yang bantu-bantu nyapu-ngepel sesekali, tapi kali ini aku ambil alih kerjaannya. Lebih puas dong dengan hasil kerjaan sendiri. 
Ketika sedang menyirami anggrek merpati (hmm? Betul nggak ya, namanya anggrek merpati? Kayaknya sih begitu) di bawah pohon mangga, eh... ada ibu-ibu penjual peralatan rumah lewat. Nawarin, tentunya. Awalnya sih nggak niat beli, tapi tentu ada 'sesuatu' di balik kejadian lewatnya si ibu ini. Suatu hal lain yang merupakan bagian dari rencana Allah. Akhirnya kupanggil juga dia untuk masuk halaman rumah untuk melihat-lihat barang-barang yang dibawanya. Ada keset anyam, keset handuk (biasanya untuk di depan kamar mandi deh), handuk tangan, sampai cempal. Pilih-pilih, lama juga sih aku menentukan pilihan, sambil ngobrol ngalor-ngidul sama si ibu ini.
Dari Majalaya, dia bawa hasil karya para difabel ini untuk dipasarkan ke mana-mana seputar Bandung Selatan. fyi, Majalaya itu jauh juga lho dari tempat tinggalku saat ini. Kalo jalan, waaah, lumayan banget pegelnya. Mungkin beliau naik angkot dulu sampai manaa gitu, lalu dilanjut jalan kaki masuk ke kawasan perumahan. Dia tanya-tanya juga tentang aku. Mana suaminya, katanya. Ketika kubilang belum ada, dia sok sok nggak percaya gitu. Orang tua di mana, tanyanya lagi. Ketika kukatakan keduanya sudah meninggal, dia pun menyampaikan simpatinya. Bagaimana mungkin mengurus rumah besar yang aku tinggal itu sendirian, tanyanya lagi. Hmm... saat ini sih kebetulan ada ponakan yang datang dari Depok. Tapi harus jujur kuakui, memang seringkali rumah yang kutinggali sekarang ini nggak keurus sih. Tepatnya, nggak berupaya lebih keras untuk ngurusi :p. Dia sempat menyampaikan keinginannya untuk menitipkan salah satu anaknya untuk ikut bantu-bantu di rumah, mungkin? Sambil menemani aku. Tapi... rasanya belum terlalu perlu ya saat ini, walaupun aku sempat tergoda, ingin juga menanyakan nomor kontaknya ;) Lumayan kan buat tunggu rumah ketika ada tukang ngerjain urusan rumah yang sudah perlu perbaikan di sana-sini.
Setelah perbincangan ini itu, aku pun memutuskan untuk membeli beberapa produknya. Memang perlu juga sih, dan ibu dengan 7 anak ini pun berlalu dengan menyampaikan doa tulusnya untukku. Semoga segera dipertemukan dengan jodohnya ya, begitu ujarnya. Subhanallah...kita nggak pernah tahu doa siapa yang akan segera dipilih Allah untuk dikabulkan. Siapa tahu justru doa dari ibu berhati tulus ini yang mendapat prioritas untuk segera diijabah. Insya Allah, aamiin.

No comments:

Koleksi Memori