Lebaran baru saja usai. Seperti tradisi di keluargaku, ketupat ketan selalu terhidang di meja makan. Lauknya saja yang selalu berganti setiap tahun. Tahun ini keponakan yang biasa berkunjung ke Bandung tak berkesempatan datang. Qadarullah, dia masih menjalani masa isoman (masih musim aja nih, si covid?). Padahal dia ini, yang bidang pekerjaannya di bidang boga, kan sebetulnya bisa dikaryakan untuk membantu masak-masak di rumah. Hahaa... Azas manfaat banget ya si tante.
Intinya sih... aku memang mencari partner masak dan ide untuk membuat lauk pendamping untuk ketupat ketan tahun ini. Berakhir dengan memasak gulai yang rasanya nggak ke sana nggak ke sini, yang akhirnya lebih banyak kumakan sendiri. Mau bagi-bagi tetangga kok ya nggak laku ya. Rata-rata mereka juga masak lebih 'grande' dibanding aku.
Ketupat ketan #batch2 kubuat beberapa hari selepas Idul Fitri, untuk menghabiskan kulit ketupat dan beras ketan yang sudah kubeli. Aku memasak ketupat ketan setengah kiloan (untuk sekitar 6-7 buah ketupat berukuran sedang) yang bisa habis dalam beberapa hari. #Batch1 sudah habis dimakan bersama kakak-kakak. #Batch2 giliran kumakan sendiri karena kakak yang tinggal serumah denganku lebih suka nasi daripada ketupat ketan. Aku nggak ambil pusing lah. Yang pusing adalah aku, akan makan pakai apa lagi kali ini?
Ada gudeg kalengan dalam beberapa varian yang kubeli tempo hari.
Gudeg kaleng Bu Tjitro yang rasanya sudah kuakrabi sejak lama. Rasa dan aromanya cukup dekat dengan
Gudeg Banda kesukaanku. Kali ini, aku coba varian rasa rendang. Biasanya rendang adalah lauk paling pas buat ketupat ketan karena rasanya yang cenderung pedas, bisa jadi penyeimbang gurihnya ketupat ketan. Tapi review jujurku untuk gudeg varian rendang ini, humm... kurang cocok ah. Rasa gudegnya jadi samar karena adanya rasa rendang yang jadinya juga nggak ke mana-mana. Mana nggak ada dagingnya pula. Jadi rendang apa ini teh...? Tapi sejujurnya, varian gudeg originalnya sih enak juga, jadi salah satu favoritku, pengobat kangen pada gudeg yang sedep.
|
Gudeg Banda komplit-dari laman ig Gudeg Banda |
Duh... jadi kangen banget nih sama Gudeg Banda kesukaan. Perkenalan pertamaku dengan Gudeg Banda adalah di jaman kuliah medio 90-an, ketika diajak teman akrabku membeli gudeg ini. Waktu itu lokasinya terletak di sebuah paviliun di Jalan Banda, di seberang Gedung Wahana Bakti Pos yang tentu saja juga berlokasi di Jalan Banda. Lapaknya masih berupa warung semi permanen dengan tenda di bagian depannya. Biasanya temanku membeli gudeg untuk dibawa pulang sebagai lauk makan nasi. Sesekali, aku dan dia makan juga sih di warung itu. Kunikmati sekali daging buah nangka muda yang lembut, dengan campuran kerecek yang tak kalah lembut, dengan pelengkap tahu, dan opor telur atau ayam, disiram kuah santan yang encer melembabkan nasi (fyi, aku suka yang becek-becek begini), ditambah dengan sambal yang pedasnya pas sesuai selera (nggak terlalu pedas) dan bebas biji cabai. Damai banget makan nasi dengan Gudeg Banda ini. Kunikmati sekali setiap suapannya hingga piring licin tandas.
Belakangan, semakin berkembang pesat warung Gudeg Banda ini, dia membuka gerai di f
ood court Yogya Dept Store. Kalau berkesempatan berkunjung ke f
ood court Riau Junction atau BIP, hampir bisa dipastikan aku akan memilih Gudeg Banda sebagai
main course. Tak cukup puas dengan kelas
food court, Gudeg Banda membuka restoran yang berlokasi di Jalan Lombok. (Pusing... pusing deh. Ini sebetulnya gudeg Yogya, yang mulai dengan gerobak dorong yang mangkal di Jalan Riau di tahun 1976, lanjut numpang berdagang di sebuah paviliun di Jalan Banda, tapi sekarang jadi resto permanen di Jalan Lombok di kota Bandung). Rasa gudeg ini masih otentik cenderung manis. Seleraku banget yang ngikutin lidah bapak yang keturunan Solo-Yogya. Sejauh ini, gudeg paling favorit itu ya Gudeg Banda ini. Ketika berkunjung ke Yogyakarta dan mencicip gudeg di sana, ah... aku masih terkenang-kenang Gudeg Banda. Gudeg paling juara. Saat ini,
Gudeg Banda punya 3 lokasi permanen, yaitu di
Jalan Lombok no 57, Jalan Taman Cibeunying Selatan No 33, dan Topaz Commercial No 28, Summarecon yang semuanya di Bandung. Tinggal pilihlah, mau makan di outlet mana. Tersedia juga kok di layanan pesan-antar makanan.
|
3 lokasi Restoran Gudeg Banda |
Sekiranya pembaca punya referensi gudeg juara lainnya, silakan menjejak komentar ya, siapa tahu aku bisa menjajal rasanya dan pasti... pasti akan membandingkan dengan Gudeg Banda sebagai benchmark. Aku berani ngadu jagoanku deh, yang kunobatkan sebagai makanan favorit walaupun jarang-jarang juga kunikmati (makanya akan sangat mengapresiasi ketika berkesempatan menikmatinya lagi, di mana pun tempatnya, apakah di outlet/restonya, di food court Yogya, atau sesekali memesan lewat layanan pesan-antar).
Tulisan tentang Gudeg Banda kesukaan ini kusetorkan untuk menjawab
Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog yang digelar komunitas MGN setiap bulan yang bulan ini mengusung tema Makanan Favorit. Boleh bilang dong, apa makanan favorit kalian. Siapa tahu aku juga suka. Kasih tahu yaa...