Belakangan ini, blogging buatku jadi sarana untuk curcol aja. Lama nggak update, ketemu tantangan bertema fashion di bulan Juli. Hayulah kita sambut tantangan ini dengan curcol ala Diah Utami.
Dulu, aku sempat berkeinginan jadi fashion designer. Kenapa atuh nggak ambil jurusan kriya tekstil ketika kuliah: Ya itulah... aku terjebak dengan stereotype bahwa masuk DKV tuh lebih bergengsi. Aku bertekad masuk DKV karena cuma 20 seat tersedia. Jiwa kompetitifku bergejolak. Aku bertekad untuk mendapat nilai yang cukup tinggi supaya bisa bersaing masuk ke sana. Setelah lolos, ehh... semangatku malah melempem. Sempat sih ikut matkul pilihan dari jurusan kriya yang kupikir menarik, tapi ternyata nggak terlalu asik juga ya. Aku ambil matkul rajut waktu itu. Bukan seperti rajut yang kubayangkan, ini adalah sesi rajut untuk fabrikasi. Nggak asiiik. Hahaa... akhirnya nggak jadi pindah studio dan bertahan di DKV aja deh sampai lulus. Ini juga udah 'ngos-ngosan' ngejar wisuda.
Sejak masuk Seni Rupa justru aku menarik diri dalam berkarya alias menggambar-gambar gitu. Malah nggak PD, tahu... soalnya yang lain goresan tangannya bagus-bagus bangeeet, bikin minder. Sedangkan aku beginner terus dari awal sampai akhir. Hhaa :p Jadi nilaiku ya biasa-biasa aja. Lumayanlah dapat IPK dua koma alhamdulillah. Berjuang ingin nyampe 3, tapi ternyata tak kuasa. Ya sudahlah, apa adanya saja.
 |
Hasil scan sketsa yang kubuat. |
Masuk dunia kerja, aku bergabung di institusi pendidikan sekolah swasta, di bawah naungan sebuah yayasan di area Bandung Utara. Walaupun kabarnya kerjaan pertama itu seperti ditempa di Kawah Chandradimuka, aku bahagia jadi guru di sana. Aku mengajar di level SD dengan amanah beberapa mata pelajaran. Karena dulu masih merasa muda, banyak energinya, masih ada waktu aja untuk menggambar-gambar desain baju. Iseng-iseng kukirim ke majalah Ummi. Eh... disambut baik dan sempat jadi kontributor selama setahun lebih. Perjuangan lho di masa itu. Gambar dibuat manual, diwarna manual, lalu pergi ke warnet untuk discan. Kadang-kadang sekalian dikirim via e-mail, tapi sesekali kirim dari rumah via koneksi internet yang waktu itu masih mahal sekali.
Ragam sketsa karyaku yang dipublikasikan di majalah Ummi, kudokumentasikan juga di salah satu blog lainnya, sketsamania, selain berbagai issue fashion lainnya. Setelah kerjasama cukup panjang sebagai kontributor rubrik sketsa, aku sempat juga diundang jadi juri lomba sketsa desain yang digelar oleh majalah Ummi, bareng mbak Anne Rufaidah yang desainer busana muslimah ternama. Wah, bangganya... sayangnya aku tidak cukup baik menyimpan dokumentasi ketika acara penjurian itu. Jangan sampai dianggap hoax ya, ini...
 |
Finalis REPC '99 |
Di masa itu juga aku sempat ikut lomba rancang busana. Target besarku adalah Lomba Perancang Mode (LPM) yang rutin digelar grup majalah Femina setiap tahunnya. Beberapa kali aku coba, tapi tak lolos juga. Sempat ikut bantu salah seorang senior di kampus yang lolos jadi finalis. Selain itu, majalah Noor yang mengkhususkan diri sebagai majalah muslimah juga pernah menggelar ajang serupa. Dari 4 kali (berarti 4 tahun yaa) ikut berpartisipasi, ada karyaku yang sempat masuk 40 besar, tapi belum cukup layak untuk jadi finalis. Ada lagi satu event lomba rancang busana yang digelar berskala nasional dengan sponsor utama body lotion Citra. Waktu itu aku lolos jadi salah satu finalis dengan judul karya '
Batik Tak Sampai' walaupun pada praktiknya justru karya batikku malah harus diproses bolak-balik. Jadi setelah selesai jadi batik, prosesnya harus dibalik lagi untuk menghapus beberapa pola yang sudah terbentuk. Untuk jadi 'batik tak sampai' justru harus bolak-balik kayak setrikaan ya. Hahaa....
 |
Celemek bolak-balikku yang pertama. |
Sekarang ini aku masih sesekali menyentuh dan berinteraksi dengan mesin jahit. Bukan membuat proyek jahitan yang rumit-rumit dan idealis, hanya sekedar menjahit
celemek bolak-balik yang mengombinasikan kain polos dengan wastra nusantara. Yang sudah cukup sering digarap, tentu saja batik, tapi tenun ikat, lurik, dan jumputan pun sudah pernah kumanfaatkan. Hasilnya? Nggak terlalu
butut lah ya... buat dibawa sebagai oleh-oleh ke luar negeri tentu nggak akan malu-maluin. Sempat juga kukirimkan karyaku untuk mama-mama angkatku di Jepang sana yang memang sangat dekat kesehariannya dengan celemek berbagai model dan rupa. Salah satunya kukombinasikan dengan kain chirimen yang biasanya dipakai untuk membuat ragam karya kerajinan di Jepang. Semoga mereka suka yaa.
Jadi...? Sejauh apa aku (masih) ingin jadi fashion designer? Sebetulnya sih dari dulu juga nggak pengen-pengen amat, tapi dengan adanya Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog ini, kok aku jadi keidean lagi ya. Hahaa... minimal mendesain baju buatku sendiri lah, yang mudah dieksekusi, nyaman dipakai, dan bangga dengan wastra nusantara. Melestarikan budaya, ceritanya, walaupun baru bisa 'setitik' saja. Kali ini sih setor tulisan dulu aja ya buat tantangan blogging bulan ini.