Tema Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Mei ini adalah "Makanan Khas Kota Mamah". Duh... apa ya yang khas dari sini? Sebagai orang yang numpang hidup di Bandung hampir seumur hidup, aku nggak terlalu familier juga dengan kuliner Bandung. Lahir dari pasangan Jawa dan Tondano, selera di keluarga cukup beragam. Aku sendiri cenderung lebih suka gudeg dan makanan yang manis-manis, seperti seleranya bapak dan nggak ngikut seleranya ibu yang lebih suka ikan serta segala rica yang pedas-pedas. Lama tinggal di Bandung ternyata membuat ibu agak menurunkan standar kecintaannya pada masakan berbahan dasar ikan. Kenapakah? Katanya ikan di Bandung rata-rata tidak segar, akibat 'sudah mati 7 kali'. 🤣
Mengingat ini masih suasana lebaran, aku tuliskan serba sedikit memori tentang makanan khas Idul Fitri (dan Idul Adha) yang selalu ada di meja makan kami setiap tahun. Ketupat ketan, yang dimasak dengan santan. Lauknya bisa apa saja, sesuai usulan kami. Bisa rendang, opor ayam, gulai, kare, apapun lah, suka-suka saja.
Ketupat ketan dan lauknya. Bisa apa saja. |
Ketupat ketan selalu jadi favoritku setiap tahun, dinanti-nanti keberadaannya karena rasanya yang gurih, beraroma sedap santan dengan tekstur yang kenyal. Apapun padanan lauknya, aku tak terlalu ambil pusing. Ketupatnya sendiri sudah enak kok. Mengingat kami adalah keluarga campuran dari dua suku yang berbeda, tak nampak dominasi suku tertentu di meja makan. Saling toleransi sajalah. Bapak juga nggak rewel kok soal makanan. Makan apapun, dibawa asik aja. Hal ini terbawa ke kami, anak-anaknya. Hayu, mau makan ketupat ketan pakai lauk apa? Setelah 1-2 hari lebaran, bosan dengan rendang atau opor ayam, ketupat ketan dimakan dengan abon saja pun jadilah.
Perdana memasak ketupat ketan hitam.
Setelah ibu meninggal dunia, tradisi memasak ketupat ketan dilanjutkan oleh kakak sulungku. Pernah di sebuah momen lebaran, kakakku ingin memasak ketupat memakai beras ketan hitam. Hmm...? Tidak biasa tapi ya kita turuti saja. Mengenai rasa, tak jauh berbeda dengan ketupat beras ketan putih. Cuma warnanya saja tampak eksotis.
Ketupat rice cooker vs presto. |
Untuk mengabadikan tradisi hidangan lebaran ini, kubagikan langkah-langkah pembuatan ketupat ini di salah satu aplikasi memasak. Ternyata eh ternyata, ada web yang mengambil gambarku dan menyalin tulisan dari aplikasi memasak itu tanpa menyebut sumber. Untuk kali ini, aku tak akan mempermasalahkan deh... berprasangka baik saja karena ini adalah masalah tradisi, jadi dirasa pantas untuk dibagikan kembali. Kumaafkan lahir dan batin, semoga bermanfaat dan selamat menikmati ketupat ketan.
13 comments:
Ketupat ketan ini kalau di Malaysia disebutnya Ketupat Palas Teh, tapi kalau disini ukurannya kecil, segitiga, jadi ga usah dipotong-potong.
Unik juga tradisi keluarga Teh Diah, baru sekarang aku nemu ada yang masak ketupat ketan untuk Lebaran, kebayang enaknya dicocol sama rendang hehe.
Iya Teh May. Jadi udah kebiasaan aja tiap lebaran mesti ada ketupat ketan. Lauk ya sih menyesuaikan dengan selera aja. Tahun kemarin saya pesan dendeng lado mudo ke warung masakan Padang buat temen makan ketupat. :)
Waw, unik juga ya makan ketupat ketan. Kayanya kalau di masakan suku Minang, ini mirip lamang yang ditulis Teh Dini mungkin ya? Asyik Teh baca tulisannya😄
Betul, Teh Meta. Memasak ketupat ketan ini mungkin tradisi 'orang seberang' ya. Makanya mirip dengan lamang di Sumatera. Tapi saya belum pernah makan ketupat ketan bersama tapai. Mungkin kapan-kapan mesti dicoba. ;)
Teh Diah, membaca sejarah penyajian ketupat ketan setiap lebaran di dalam keluarga Teteh (tradisi), yang sudah dilakukan sejak dulu, membuat saya terharu.
Masya Allah, sampai sekarang pun Teh Diah melestarikan resep ini ya. :)
Saya belum pernah mencoba, tetapi membayangkan ketupat yang ada santannya, sudah terasa lezatnya Teh ehehe. :)
Pernah nyoba yang bungkus ketupatnya pake daun pandan kah (bukan daun kelapa)😊
Belum pernah lihat seumur2 yg pakai ketupat ketan hitam teh, hihi.. jd penasaran :D
Salfok sama paragraf terakhir, mudah2an jd amal jariyah aja ya tehh resepnya hehe
@Teh Uril: Ini sedang berusaha melestarikan tradisi keluarga. Tapi memang enak sih, ketupat ketan. Setahun sekali atau 2 kali sih masih amaaan. ;)
@Teh Aity: Saya juga sekali-sekalinya bikin ketupat ketan hitam. Kayaknya ketan hitam sih lebih enak dijadiin camburan bubur kacang ijo aja. :D
@Unknown (duh, maafkan, di sini tak terlihat identitasnya). Saya belum pernah coba ketupat pakai daun pandan. Tapi kebayang wangi pandan berpadu dengan santan. Gurih ya kayaknyaaa...
Salam kenal teh Diah. Tehh rasanya saya pernah juga berkunjung ke kerabat yang masakan idul fitrinya ketupat ketan+rendang enaak. Jadi ketupat ketan itu khas Jawa atau Tondano? Hehehe
Salam kenal kembali, Teh Yulianti. Pertanyaannya menarik. Saya jadi mikir sendiri, sebetulnya ketupat ketan ini siapa/dari mana ya mulainya? Masih belum nemu sumber yang meyakinkan.
Wah baru tau ada ketupat ketan sebagai makanan Idulfitri. Dalam benakku langsung terbayang lupis malahan hihi. Jadi pengen nyoba dipadu dengan beraneka lauk. Memorable banget ya Teh, apalagi mengingatkan pada ibu dan kakak.
Hayu, Teh Yustika, cobain bikin ketupat ketan sekali-sekali. Obat penasaran ;) Buat saya siih, iya, ini sangat mengingatkan pada ibu dan kakak sulung yang dua-duanya sudah nggak ada. Ilmu masak ketupat ketannya, semoga jadi jariah buat mereka.
Post a Comment