Di Masa Itu
Bersama mama angkat di kebun tomat. |
Di akhir masa 2 pekan, setiap perwakilan area diminta untuk unjuk kebolehan, baik bersama keluarga angkat maupun secara individual. Saat itu kami menyanyikan lagu 'It's A Small World' dalam 3 bahasa yang dinyanyikan secara bersahut-sahutan. Latihannya dilakukan dalam bus yang melaju menuju lokasi. Mudah eksekusinya, apalagi mamak-mamak angkat kita bersuara merdu dan sangat paham nada. Paduan suara yang kami tampilkan terasa sangat padu dan harmonis, megah juga saat seluruh audiens dipersilakan ikut bernyanyi dalam bahasa mereka masing-masing. Lagu ini juga sangat universal, tersedia dalam berbagai bahasa, hingga semua orang di dalam aula saat itu bisa ikut menyanyi dalam bahasanya masing-masing. Meriah.
Dalam sesi performance itu, tentu saja banyak tampilan lain yang unik dan menarik. Ada yang menampilkan tarian Jepang, namun ada pula yang menampilkan tarian tradisional negara tempat peserta homestay berasal. Ada yang tampil solo bermain biola, namun ada juga yang peserta negara asing yang dengan percaya diri tampil solo memainkan alat musik Jepang. Di saat itu, aku terpikir betapa inginnya aku menampilkan salah satu kekayaan budaya Indonesia di kancah internasional semacam itu.
Alat musik kecapi. Sumber: wikipedia. |
Di Masa Kini
Sepulang dari Jepang aku baru mulai mencari kesempatan untuk belajar memainkan kecapi. Terus terang saja, instrumennya pun belum aku miliki. Gitar sih aku punya, dan bisa memainkannya secara otodidak dengan chord dasar. Kupikir, memainkan kecapi tak akan jauh dari itu lah. Tapi engkau salah duga, Marbela...!
Beberapa waktu (tepatnya beberapa tahun) kemudian, kutemukan seorang guru yang bisa mengajarkan cara memainkan kecapi. Guru privat, datang ke rumah, dengan imbalan fee yang masih murah meriah. Saat itu bersama dengan salah satu keponakanku, kami bergantian belajar kecapi di rumah. Suatu kebetulan bahwa keluarga kakak iparku punya sebuah kecapi yang bisa kita pakai. Niatnya siiih, buat latihan di rumah, memperlancar keterampilan bermain kecapi. Tapi niat tinggallah niat.
Ternyata memainkan kecapi tak semudah yang kukira. Perlu koordinasi jari kanan dan kiri yang padu. Jari kanan memainkannya dengan cara dipetik ke arah depan, sedangkan jari yang kiri justru memetik senar ke arah yang berlawanan. Dan itu harus dilakukan bersamaan. Dalam beberapa pertemuan saja, aku sudah ketinggalan dari keponakan yang belajar lebih cepat (hadeuww... ini tantenya yang sudah mulai 'karatan' nih. Belajar keterampilan baru tak lagi secepat dulu). Selain itu, kuku juga harus dipelihara cukup panjang supaya bisa memetik senar kecapi dengan nada yang jernih. Sementara aku malah nggak betahan dengan kuku panjang, selain gampang rusak pula, makanya perlu suplemen.
8 comments:
Unik juga tertarik belajar memainkan kecapi. Saya kayanya bahkan belum pernah lihat langsung alat musiknya. Mungkin perlu jadwal manggung yang pasti biar semangat untuk belajar ilmu baru lebih mudah tercapai ya. Kalau nggak ada targetnya, jadi lebih mudah nyerahnya kita. Iya nggak sih?
aku suka loh dengar denting petikan kacapi ... rasanya tuh adem dan tenang banget. waktu nikah aku minta orangtua untuk menampilkan seni sunda degung yang ada kacapinya he3 ...
salam semangat ya teh Diah
@Teh Shanty... bener ya, kalau nggak dikasih target, emang jadi mudah letoy nih semangatnya. Dulu kan 'targetnya' pengen bisa tampil solo main kecapi. Sekarang setelah kesempatan untuk perform tampak tinggal bayang-bayang dan angan-angan, motivasi main kecapi juga terhapus dengan sendirinya (selain memang ahahaa... susah ternyata main kecapi teh :p)
@Teh Dewi: Setuju. Kacapi nih instrumen yang sentimentil ya, gampang nyentil perasaan. Pasti jadi memori manis banget acara nikahan dengan iringan kacapi.
Belajar thumb piano aja Teh, kemarin sempet kabita karena....kok lucuu bentuknyaaa hehe. Apa ya namanya kalimba deh kalau engga salah. Bukan khas Indonesia sih unik juga.
Wah Mba Diah, pasti akan selalu menjadi pengalaman yang tak terlupakan ya Mba, sempat tinggal di Jepang selama 1.5 tahun dan mengikuti program homestay di pulau Kyushu. :)
Mba, btw saya ingetnya tuh kecapi yang sering ada di film-film silat China jaman dulu ahahahaha. Pasti kalau ada petikan kecapi, saya langsung merinding, karena itu momen di mana penjahatnya datang. Penjahatnya dandanannya serem pula.
***
Ketawa-ketawa sendiri membaca tulisan Mba. Kocak wkwkwk. 'Ngibrit', 'karatan', 'Marbela', ehehehe.
***
Mungkin kalau ingin tetap belajar di area musik, biola juga bisa jadi pilihan bagus, Mba, gak perlu manjangin kuku ehehehe. Semoga segera nemu yang pas ya Mba Diah... :)
@Teh Laksita: ide thumb piano-nya lucu juga. Instrumennya kecil, mudah mobilitasnya, kayak ponsel ya. Eh... kok jadi kepikiran buat alternatif pengganti gadget nih buat anak-anak. Mau coba ah. Makasih idenya yaa.
@Teh Uril: instrumen kacapi ini kayaknya memang banyak kembarannya ya di negara Asia lainnya. Di Cina dan Jepang ada instrumen yang mirip-mirip begini. Bisa bikin konser & perform bareng. Asal jangan ujug-ujug datang penjahat seperti di film yang Teh Uril tonton ya. Ngeri kalau sampai 3 penjahat lintas negara datang sekaligus. :D
Post a Comment