Thursday, January 04, 2007

Di mana Adam Air?


Selasa tanggal 2 pagi, Ibu nelfon dari Surabaya, ngabari rencana kepulangannya malam ini ke Bandung (Kamis). Beliau sampaikan juga untuk sering-sering memantau berita dari TV. Kabarnya, tete Im (pamannya Ibu) berada di dalam pesawat Adam Air yang sekarang masih belum diketahui keberadaannya. Ya Allah… Aku cek ulang nomor penerbangan pesawat yang membawa tete Im. Mak Is (adik ibu yang di Sidoarjo) mengkonfirmasi kepastiannya. Pesawat Adam Air dari Surabaya memang cuma itu. Tete Im dan menantunya duduk di seat 81 dan 82. Masya Allah…
Tete Im (Tete=kakek, bahasa Melayu Sulut. Namanya Ibrahim Lamani, tapi kami biasa memanggilnya ‘tete Im’), datang ke Surabaya dalam rangka menemani istrinya ‘berobat’ akibat kanker yang dideritanya. Beliau dirawat di rumah sakit haji di Surabaya, tapi kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di Malang, tempat kerabatnya berada. Tete Im ditemani menantunya, Halid. Belum genap sepekan setelah kematian sang istri, beliau memutuskan untuk pulang ke Manado, mungkin untuk menyelenggarakan acara tahlilan di sana.
Tanggal 1 take off dari Surabaya menuju Manado, naik pesawat Boeing-nya Adam Air. Sekitar satu jam mengudara, pesawat hilang kontak di sekitar Sulawesi Barat, dan hingga saat ini, keberadaan pesawat itu beserta seluruh penumpang dan awak kapal yang berjumlah 102 orang, belum diketahui. Innalillaahi… Di mana kiranya mereka berada? Hari Selasa, seharian aku di depan TV, menyimak berita dari berbagai stasiun TV. Sempat dikabarkan, pesawat menabrak bukit, pecah berkeping-keping, tapi sulit dievakuasi karena kondisi medan dan cuaca yang relatif buruk di musim hujan ini. Tapi kemudian, berita itu dibantah, karena ternyata pesawat itu belum diketahui posisinya. Masya Allah…
Bila di waktu-waktu lalu aku hanya melihat berita kecelakaan di TV dan merasa ‘tidak peduli’ terhadap korban dan keluarganya -walaupun tentu saja ber-empati atas kejadian yang menimpa mereka-, ini mungkin karena tidak ada kerabatku di antara mereka. Tapi kali ini, tete Im dan Alit ada di antara mereka, yang keberadaannya ‘ghaib’ sekarang ini. Beberapa kali, kucoba mengontak handphone tete Im, berharap siapa tahu… setelah pendaratan darurat entah di mana, dia mengaktifkan telepon selularnya. Tapi selalu jawaban operator yang kudengar, menyatakan bahwa nomor itu sedang tidak aktif atau di luar jangkauan. Kak Pur (anak tete Im, istri Alit), sempat muncul di televisi, diwawancara salah satu kru TV sebagai keluarga korban. Miris… sekalinya ‘masuk TV’ kok ya karena berita duka.
Sedih, pasti. Cemas, bingung, berdebar-debar menunggu kepastian, ada di mana mereka. Kalau masih hidup, lindungi mereka ya Allah. Jika sudah meninggal, tolong berikan petunjuk agar tim SAR bisa segera menemukan mereka, mengevakuasi ke tempat aman, untuk dibawa keluarga mereka agar jenazahnya bisa diselenggarakan dengan selayaknya. Dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dimakamkan di tempat yang diketahui. Doa kami, di manapun adanya mereka, tentu akan selalu tersampaikan pada-mu, selalu akan bisa Kaudengar, dari manapun kami panjatkan. Tapi tentu keluarga akan lebih tenang jika bisa ‘bertemu’ dengan para korban. Izinkanlah ya Allah… berilah kemudahan…

2 comments:

zuki said...

turut prihatin ... semoga bisa kembali dengan selamat dan berkumpul kembali dengan keluarga ...

Diah Utami said...

Amiin. Terima kasih atas simpati dan doanya.

Koleksi Memori