Monday, January 15, 2007

. . . (No comment deh)

Semester baru ini, satu anak pintar berhenti belajar di sekolahku. Dia (bersama kakak dan adiknya) pindah sekolah karena ikut ayahnya yang bekerja di Kalimantan. Guru-guru kehilangan sosok anak yang penurut, rajin, shalih, cerdas, wah... pokoknya yang baik-baik deh! Tapi di manapun kau belajar, semoga kebaikan yang kau dapat, juga kebaikan yang kau tebar. Amiin.
Kabarnya, akan ada satu anak baru pindahan dari kota lain yang akan datang mengisi posisi kosong di kelasku. Tapi sampai hari ini, sepekan lebih sejak masa belajar di semester 2 ini dimulai, anak itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Entah apa yang membuat dia ragu. Whatever deh...
Satu lagi. Satu anak di kelasku mogok sekolah. Yang bener aja... Sudah kelas 4, gitu...! Dan dia sudah mulai ogah-ogahan sejak akhir semester 1 lalu. Kerjaannya uring-uringan, nangis, dan maunya curhat, tapi mohon maaf... di saat yang nggak pas-lah. Beberapa kali juga ibunya mesti datang dan nungguin dia belajar, bahkan di saat ulangan umum! Anak ini juga dengan Pe-Denya minta kepala sekolah untuk melayani curhat-annya. Biasanya anak-anak kan segan kalau disuruh menghadap kepala sekolah. Ini, malah ogah masuk kelas dan 'ngetem' di ruang kepsek. Sebagai wali kelasnya, aku jadi malu hati juga nih. Rasanya jadi nggak punya wibawa di depan anak yang belum lagi genap 10 tahun itu. Mungkin dia males juga masuk kelas karena aku terlalu galak? Halah...! Tanyain murid-muridku deh. Kalau di-survey, aku mungkin memang masuk kategori guru galak (mungkin 'tegas' merupakan kata yang lebih tepat), tapi seringkali baik hati dan suka menolong juga kok, selain pandai bercerita, juga menyanyi. Apa nggak asyik tuh? Hehe... kok jadi promosi begini ya?
Tapi bagaimanapun, aku juga jadi introspeksi diri kok. Apa sih yang mbikin anak mogok belajar? Faktor guru pasti jadi salah satunya, walaupun mungkin dalam kasus anak di kelasku, faktor terbesar adalah karena dia sirik aja sama kakaknya yang sudah lulus SD dan sekolah di SMP negeri, dan bisa pulang lebih cepat. Sementara dia harus sabar nunggu sampai jam 4 sore sebelum bisa pulang. Buat dia, nunggu 2,5 tahun lagi dalam kondisi itu sampai lulus SD? Nggak tahan kali ya...? Makanya mutung.

No comments:

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka