Sunday, January 06, 2008

Pelajaran Hari Ini

Pagi ini, matahari mulai menampakkan semangatnya untuk bersinar dan mengalahkan mendung, setelah berhari-hari ‘dikalahkan’ mendung. Akupun ikut bersemangat dan mencuci mobilku. Siap-siap berangkat ke sekolah untuk memperbaiki laporan departemenku plus mempersiapkan pelajaran untuk hari Senin nanti. Sambil membawa kulit lumpia dan terigu untuk membuat pisang goreng dan pisang aroma (pisangnya dibawa Reni), agak siang juga sih aku akhirnya berangkat dari rumah.

Dalam perjalanan menuju gerbang tol, sebuah mobil kijang kapsul berwarna perak, ber-pelat nomor Jakarta berjalan pelan, menghalangi jalanku dan bikin geregetan. Susah nyari kesempatan untuk menyusul kendaraan itu di jalanan yang relatif lengang tapi tidak terlalu lebar. Di tanjakan landai sebelum jembatan pertama, mobil itu mendadak berhenti, memberi jalan untuk kendaraan lain yang akan melintas. Segera kuinjak pedal rem, menyisakan jarak sempit antara bemper depan mobilku dengan bemper belakang mobil itu. Tahu-tahu, dia mundur!!! Dan aku tak bisa mundur karena sebuah mobil besar menunggu di belakangku dengan jarak yang tidak jauh juga. Kubunyikan klakson panjang, tapi dengan kecepatan yang lambat namun konstan, mobil perak itu terus mundur dan...“jdut!!” bemper depanku ‘diciumnya’. Tidak mesra sama sekali. Aku sebal, kesal, tapi males banget berurusan dengan dia. Aku lihat si sopir menepikan kendaraannya. Kulirik sekilas bemper belakangnya, kelihatan tetap mulus. Kuharap bemper depanku juga baik-baik saja. Kusalip dia dan segera memacu kendaraanku menghindarinya. Bukannya takut menghadapi si sopir, wong dia yang salah kok. Sudah pelan dan bikin kagok, mundur-mundur di tanjakan, diklakson nggak nginjak rem, ya salah dia dong. :p

Jalan lagi, kupacu mobilku sedikit lebih cepat, berusaha mengejar ketinggalan. Reni nelfon ketika aku terjebak padatnya lalu lintas, memastikan bahwa aku akan datang. Tentu saja. Tahu-tahu... di bawah jembatan turn-over tol Bubat, cuma beberapa ratus meter sebelum gerbang tol, ada pemeriksaan rutin polisi. Seorang polisi memintaku menepi, dan aku tahu... “I’m in trouble”. STNK-ku sedang kutitip ke A-Lulu untuk dibayarkan pajaknya, dan aku hanya pegang copy-nya tanpa ada resi resmi dari kepolisian. Ya jelas salahku. Sempat lama juga ‘bincang-bincang’ dengan pak polisi yang untungnya baik hati. Bolak-balik nelfon A-Lulu untuk konfirmasi tindakan, apa yang sebaiknya aku lakukan. Sempat juga kirim sms ke orang sekolah, sebagai perintang waktu, sambil nunggu pak polisi memberi ‘kebijakannya’. Dia menawarkan 3 opsi untukku. Ditilang dan sidang (oh.. jelas bukan pilihanku); Ditilang dan bayar denda ke bank, tapi dengan konsekuensi SIM ditahan sementara. Tentu saja akan dikembalikan setelah aku bayar denda (ribet juga sih, yang berarti aku harus tetap berurusan dengan polisi di daerah teritori mereka. Bukan pilihan yang mudah juga); yang ketiga, ditilang dengan menitipkan denda tilang kepada petugas (hm... emang ada ya prosedur ini? Sebetulnya aku sangsi, tapi ini opsi termudah). Kulihat daftar bea denda yang harus dibayar untuk pelanggaran tertentu. Resmi. Untuk pelanggaran tak bisa menunjukkan surat kendaraan, pembawa kendaraan pribadi harus menyetorkan Rp 60.000,- Aah...! Padahal aku baru saja membayar pajak mobilku yang nyaris sejuta. Mendadak miskin deh aku bulan ini. Dan sekarang harus bayar denda pula? Ya... tapi karena ini salahku, ya harus terima konsekuensinya. Untungnya ada uang sejumlah itu di dompetku. Pas, nggak perlu minta kembalian pak polisi. ;)

Kulihat bukti tilang yang ditulis pak polisi. Namaku, nomor kendaraanku, jumlah bea tilang, tepat sesuai perbincangan. Mudah-mudahan dia sampaikan denda itu kepada yang berwenang. Hh... ini tentu jadi pelajaran buatku.

Setelah itu, meluncurlah aku ke sekolah. (Masih bandel ya? nggak bawa STNK tapi nekat bawa kendaraan jalan-jalan. Hehe...) Sudah siang. Menjelang dzuhur. Akhirnya nggak banyak juga yang kulakukan di sekolah. Masak bareng Reni dan Nova, bikin lesson plan sepotong, lalu pulang deh. Nggak berani ke mana-mana lagi. Harus langsung ke GBA untuk ngambil STNK. Jangan bandel! Jangan sampai ditangkap polisi lagi. Urusannya bisa jadi lebih rumit nanti.

Menyusur jalan tol, lagi-lagi menjelang tol Buah Batu, antrian kendaraan mengular. Kelihatannya ada kecelakaan. Benar saja. Melibatkan 2 truk dan 2 mobil. Sebuah truk melintang disundul sedan kecil dari belakangnya. Sebuah mobil lain (lagi-lagi kijang kapsul warna perak) dengan kaca belakang pecah berantakan sudah menepi. Penumpangnya tampak berkumpul di sebelah mobil itu. Kelihatannya tidak ada yang terluka. Antrian panjang membuatku sempat-sempatnya ngambil foto. Sebagai pelajaran lain yang kuambil hari ini, agar lebih berhati-hati di jalanan. Patuhi aturan lalu lintas, dan waspada!!!

No comments:

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka