Tuesday, January 23, 2007
Apa Kabar Adam Air?
Wednesday, January 17, 2007
Daichi-kun to Deatta
Saat ini, Daichi duduk di kelas 4 SD di Jepang sana. Kemampuan bahasa Indonesianya sudah menurun drastis. Sayang sekali. Terkadang, dia masih mengerti kalimat yang diucapkan dalam bahasa Indonesia, tapi biasanya menjawab dalam bahasa Jepang. Aku sendiri sempat kesulitan juga menemukan kata-kata yang tepat untuk memberi penjelasan yang tepat ketika berkomunikasi dengannya. Mou dandan wasurete shimaimashita kara. Zannen desu ne...
Setengah hari dia ‘dititipkan’ di kelas 5B, bersama teman-teman yang dulu pernah sekelas dengannya. Ikut 'belajar', makan siang bersama, dan tak lupa berfoto-ria dong... Mereka senang bertemu kembali dengan Daichi, dan berharap dia bisa bergabung lagi belajar bersama di Salman.
Saat ini, kunjungannya ke Indonesia dalam rangka khitanan Daichi. Bolos juga dari sekolahnya di Jepang, karena saat ini liburan musim dingin sudah usai. Dijadwalkan, akhir pekan ini mereka (Daichi, ibu, dan ayahnya) akan kembali ke Jepang. Mata itsuka Indoneshia ni kitara, renraku shite kudasai.
Monday, January 15, 2007
. . . (No comment deh)
Kabarnya, akan ada satu anak baru pindahan dari kota lain yang akan datang mengisi posisi kosong di kelasku. Tapi sampai hari ini, sepekan lebih sejak masa belajar di semester 2 ini dimulai, anak itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Entah apa yang membuat dia ragu. Whatever deh...
Satu lagi. Satu anak di kelasku mogok sekolah. Yang bener aja... Sudah kelas 4, gitu...! Dan dia sudah mulai ogah-ogahan sejak akhir semester 1 lalu. Kerjaannya uring-uringan, nangis, dan maunya curhat, tapi mohon maaf... di saat yang nggak pas-lah. Beberapa kali juga ibunya mesti datang dan nungguin dia belajar, bahkan di saat ulangan umum! Anak ini juga dengan Pe-Denya minta kepala sekolah untuk melayani curhat-annya. Biasanya anak-anak kan segan kalau disuruh menghadap kepala sekolah. Ini, malah ogah masuk kelas dan 'ngetem' di ruang kepsek. Sebagai wali kelasnya, aku jadi malu hati juga nih. Rasanya jadi nggak punya wibawa di depan anak yang belum lagi genap 10 tahun itu. Mungkin dia males juga masuk kelas karena aku terlalu galak? Halah...! Tanyain murid-muridku deh. Kalau di-survey, aku mungkin memang masuk kategori guru galak (mungkin 'tegas' merupakan kata yang lebih tepat), tapi seringkali baik hati dan suka menolong juga kok, selain pandai bercerita, juga menyanyi. Apa nggak asyik tuh? Hehe... kok jadi promosi begini ya?
Tapi bagaimanapun, aku juga jadi introspeksi diri kok. Apa sih yang mbikin anak mogok belajar? Faktor guru pasti jadi salah satunya, walaupun mungkin dalam kasus anak di kelasku, faktor terbesar adalah karena dia sirik aja sama kakaknya yang sudah lulus SD dan sekolah di SMP negeri, dan bisa pulang lebih cepat. Sementara dia harus sabar nunggu sampai jam 4 sore sebelum bisa pulang. Buat dia, nunggu 2,5 tahun lagi dalam kondisi itu sampai lulus SD? Nggak tahan kali ya...? Makanya mutung.
Sunday, January 14, 2007
Nirmana 3D
Thursday, January 11, 2007
Grateful for being Single. ;)
Dear Diah,
Here is your single's love horoscope for Tuesday, January 9:
This morning, you're probably delighted to be single, if only because other people are driving you nuts. Later, you may be delighted to be single for entirely different reasons -- like all the sweet possibilities.
Yah... kadang aku ngerasa 'kurang beruntung' sebagai lajangster, tapi itu hanya di saat 'sensitif' aja (dan itu nggak sering, kok). Lebih sering bersyukur kok sebagai lajang, for entirely different reasons. Alhamdulillah.
Saturday, January 06, 2007
Tahajjud Bersama
Tadi malam sebagian guru SD nginap di sekolah, dan dini hari kita tahajjud bersama. Aku ikut nginap di sekolah. Jam 3-an pagi, ikut duduk di barisan belakang aula, menyimak bacaan quran dalam shalat yang dipimpin pak Soleh. Khusyuk. Auranya terasa syahdu, tapi bukan itu yang mbikin aku nangis, melainkan doa yang kuucapkan dalam hati yang membuat air mataku mengalir. Masih doa yang serupa dengan yang biasa kupinta pada-Nya, berharap Dia akan mengabulkannya. Mungkin dalam doaku kali ini.
Begitu indah kebersamaan ini, ya Allah. Begitu indah bila shalat sudah padu dalam keseharian kita pula. Jika kebersamaan ini baik untukku, tetapkanlah aku di dalamnya. Tapi sekiranya jamaah lain akan lebih baik untukku, mudahkanlah jalanku. Amiin.
Usai shalat subuh, kita sempat nonton bareng film dubbing Harun Yahya, tentang hidup dan tujuan hidup. Mungkin perlu nonton ulang supaya maknanya lebih meresap. Berarti harus beli CD-nya, kali.
Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh pak Nino. Doa sempat terputus karena dia nangis-nangis. Begitu juga dengan banyak teman lainnya. Aku, kali ini tidak bisa menangis. Usai berdoa, kita saling bermaafan, mudah-mudahan tulus, dan benar-benar mentekadkan langkah terbaik ke depan di semester dua ini. Bismillah…
Friday, January 05, 2007
Lokaria!
Diawali dengan senam bersama, pemanasan… supaya otot tidak kaku.
Guru-guru putri mulai dengan tanding bola tangan. Dua tim saling bertanding keunggulan. Strategi yang sudah disusun, terlihat apik dijalankan oleh kelompok lawan, menghasilkan kemenangan 5-3 (satu di antaranya dengan pinalti, dengan jarak pinalti yang sangat dekat… mana mungkin tidak menghasilkan gol. :P) Tapi kita mesti sportif-lah. Akui kemenangan lawan, dan mesti introspeksi diri, menyadari bahwa kerjasama tim kita masih perlu diperbaiki.
Berikutnya, lomba dayung perahu. Kelihatannya mudah. Teorinya, arah kayuhan dayung tentu akan menentukan arah meluncurnya perahu. Beberapa kali aku menyemangati teman-teman yang sedang mendayung supaya tetap ‘di jalan yang benar’. Hehe… Kalau mereka melaksanakan arahan yang kuberikan, sukses-lah tim dayung itu. Setelah beberapa kali menyemangati teman-teman, akhirnya kuputuskan aku harus ikut jadi salah satu anggota tim dayung. Ternyata… praktek tak semudah teori. Dengan 3 orang ‘kru’ di atas satu perahu, kerjasama ternyata tak semudah yang dibayangkan. Beberapa kali perahu kami ‘keluar jalur’, tapi bisa kembali ‘ke jalan yang benar’, dan keluar sebagai pemenang. Yess! I like being the winner. ;)
Yang berikutnya, meniti jembatan bambu di atas kolam renang yang tidak begitu dalam. Tak ada yang sukses sampai ke seberang. Tapi tercebur di kolam yang jernih itu, akhirnya teman-teman memanfaatkan momen untuk belajar berenang, ‘main polo air’, balap lari dalam air, atau sekedar berkecipak. Seru! Banyak yang tidak mau keluar dari kolam. Haha…
Rangkaian terakhir, flying fox. Ini sudah jadi wahana standar uji nyali. Beberapa rekan guru mencoba posisi terbang (diikat di punggung, lalu diluncurkan dalam posisi horizontal). Tangan terentang, tak berpegangan. Ketika kuamati, dengan posisi itu kontrol pendaratan jadi sulit dilakukan. Beberapa orang guru wanita terpaksa merelakan diri bersentuhan dengan petugas di ujung rentangan tali dan menunggu dilepaskan dari ikatan dalam posisi menungging. Kelihatannya tidak nyaman. Maka dari itu, ketika giliranku tiba, aku pilih posisi konvensional, ‘berdiri’, dan meluncur menuruni tali dengan gaya berlari. Di ujung rentangan, aku bisa melakukan pendaratan sendiri. Suksess!
Hari yang menyenangkan, berkesan mendalam, akhirnya usai. Banyak komentar positif dari teman-teman, yang sangat mengharapkan acara serupa dijadwalkan rutin di waktu mendatang. Lokakarya kali ini, beda. Betul-betul jadi ajang refreshing and recharging. Alhamdulillah.
Thursday, January 04, 2007
Di mana Adam Air?
Selasa tanggal 2 pagi, Ibu nelfon dari Surabaya, ngabari rencana kepulangannya malam ini ke Bandung (Kamis). Beliau sampaikan juga untuk sering-sering memantau berita dari TV. Kabarnya, tete Im (pamannya Ibu) berada di dalam pesawat Adam Air yang sekarang masih belum diketahui keberadaannya. Ya Allah… Aku cek ulang nomor penerbangan pesawat yang membawa tete Im. Mak Is (adik ibu yang di Sidoarjo) mengkonfirmasi kepastiannya. Pesawat Adam Air dari Surabaya memang cuma itu. Tete Im dan menantunya duduk di seat 81 dan 82. Masya Allah…
Tete Im (Tete=kakek, bahasa Melayu Sulut. Namanya Ibrahim Lamani, tapi kami biasa memanggilnya ‘tete Im’), datang ke Surabaya dalam rangka menemani istrinya ‘berobat’ akibat kanker yang dideritanya. Beliau dirawat di rumah sakit haji di Surabaya, tapi kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di Malang, tempat kerabatnya berada. Tete Im ditemani menantunya, Halid. Belum genap sepekan setelah kematian sang istri, beliau memutuskan untuk pulang ke Manado, mungkin untuk menyelenggarakan acara tahlilan di sana.
Tanggal 1 take off dari Surabaya menuju Manado, naik pesawat Boeing-nya Adam Air. Sekitar satu jam mengudara, pesawat hilang kontak di sekitar Sulawesi Barat, dan hingga saat ini, keberadaan pesawat itu beserta seluruh penumpang dan awak kapal yang berjumlah 102 orang, belum diketahui. Innalillaahi… Di mana kiranya mereka berada? Hari Selasa, seharian aku di depan TV, menyimak berita dari berbagai stasiun TV. Sempat dikabarkan, pesawat menabrak bukit, pecah berkeping-keping, tapi sulit dievakuasi karena kondisi medan dan cuaca yang relatif buruk di musim hujan ini. Tapi kemudian, berita itu dibantah, karena ternyata pesawat itu belum diketahui posisinya. Masya Allah…
Bila di waktu-waktu lalu aku hanya melihat berita kecelakaan di TV dan merasa ‘tidak peduli’ terhadap korban dan keluarganya -walaupun tentu saja ber-empati atas kejadian yang menimpa mereka-, ini mungkin karena tidak ada kerabatku di antara mereka. Tapi kali ini, tete Im dan Alit ada di antara mereka, yang keberadaannya ‘ghaib’ sekarang ini. Beberapa kali, kucoba mengontak handphone tete Im, berharap siapa tahu… setelah pendaratan darurat entah di mana, dia mengaktifkan telepon selularnya. Tapi selalu jawaban operator yang kudengar, menyatakan bahwa nomor itu sedang tidak aktif atau di luar jangkauan. Kak Pur (anak tete Im, istri Alit), sempat muncul di televisi, diwawancara salah satu kru TV sebagai keluarga korban. Miris… sekalinya ‘masuk TV’ kok ya karena berita duka.
Sedih, pasti. Cemas, bingung, berdebar-debar menunggu kepastian, ada di mana mereka. Kalau masih hidup, lindungi mereka ya Allah. Jika sudah meninggal, tolong berikan petunjuk agar tim SAR bisa segera menemukan mereka, mengevakuasi ke tempat aman, untuk dibawa keluarga mereka agar jenazahnya bisa diselenggarakan dengan selayaknya. Dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dimakamkan di tempat yang diketahui. Doa kami, di manapun adanya mereka, tentu akan selalu tersampaikan pada-mu, selalu akan bisa Kaudengar, dari manapun kami panjatkan. Tapi tentu keluarga akan lebih tenang jika bisa ‘bertemu’ dengan para korban. Izinkanlah ya Allah… berilah kemudahan…
-
Hari Minggu pagi, pukul 3 dini hari, telefon berdering. Kupikir, pasti bukan kabar yang terlalu baik. Emergency, pasti. Pada intinya, kesimp...
-
Suatu siang di Kota Baru Parahyangan. Aku berada di kawasan niaga di tatar Ratnasasih. Kuparkir mobilku menghadap jalanan supaya memu...
-
Berawal dari keingintahunan tentang kisah dan cerita di balik benda koleksi orang-orang, kuusung tema koleksi ini untuk menjadi salah satu t...