Monday, January 28, 2008
Quote of the Day
Kahlil Gibran
Sunday, January 27, 2008
Pak Harto Berpulang
Selamat jalan, pak Harto. Jasa Anda selama memimpin negara ini tak akan bisa dilupakan begitu saja. Sejarah panjang telah Anda jalani, telah cukup langkah Anda menjalani hidup selama 86 tahun usia Anda, jauh lebih panjang dibandingkan Rasulullah yang mulia. Semoga Allah SWT memberikan tempat sesuai dengan amal ibadah yang telah Bapak perbuat. Amiin ya Rabbal'aalamiin.
Saturday, January 26, 2008
Rencana Seru di Hari Sabtu
Pagi hari di sekolah, ketika aku baru saja mulai nge-set notebook-ku untuk mulai bekerja dengan berbagai dokumen yang harus diselesaikan, tahu-tahu ide untuk ‘pindah kerja’ ke lokasi lain di luar sekolah, muncul begitu saja. Semua departemen diajak untuk ikut serta ke Lembang dan Parongpong. Eh??? Dengan rencana dadakan begitu, dengan hampir seluruh sekolah ikut serta, akhirnya mobilku ikut ‘dikaryakan’, tentu saja dengan aku sebagai sopirnya. Yang tadinya ingin santai menumpang mobil siapa.... gitu, akhirnya malah jadi sopir full time!
Mulai jalan jam 9-an, kembali lagi ke sekolah (untuk mengambil notebook-ku yang kutinggal di sekolah) sekitar jam 3-an sore. Lumayan deh, serasa jadi sopir yang melayani rute luar kota. Alhamdulillah, mobil Kijang-ku ternyata kuat juga dibawa jalan-jalan dengan rute yang lumayan susah. Mestinya pakai kendaraan off-road tuh, apalagi ketika menuju lokasi pemanfaatan Biogas di Parongpong. Jalanan berbatu yang sama sekali tidak rata, ‘dihajar’ begitu saja oleh ban Kijang-ku. You are tough, buddy. I’m proud of you. ;)
Perjalanan yang lumayan bikin tegang, sebetulnya. Apalagi dalam perjalanan pulang. Membuntuti sebuah truk di jalan yang relatif kecil, jalanan menurun berkelok-kelok. Harus menahan rem dan kopling terus. Rem sempat agak los, nyaris saja mencium bagian belakang truk bergambar domba di depanku. Phew!!! Alhamdulillah, Allah masih menjaga kita semua, bertujuh di dalam kendaraan yang kubawa. Selamat kembali ke sekolah, dan selamat juga sampai di rumah, termasuk sepohon Anggrek Bulan totol yang kubawa sebagai buah tangan untuk ibuku. Mumpung berkunjung ke pembibitan bunga di Lembang tadi. Dengan harga yang relatif murah, bisa kudapat satu varian anggrek bulan lagi untuk menambah koleksi anggrek ibuku. Bunga yang ini sudah berbunga pula, ditambah satu tunas bunga baru yang akan segera muncul, wah... ibuku senang sekali. Biarpun aku sebetulnya ‘megap-megap’ di akhir bulan begini. Belum gajian, soalnya. Hihi... Tapi melihat ekspresi ibu yang begitu senang, I think it's worthy.
Tuesday, January 15, 2008
Quote of the Day
Josh Billings
Pelangi Kehidupan
Adakalanya kelabu membuat hatiku pilu
. . .
Ingin berkata, lidah rasanya tak berbasa.
Ingin menangis, mata rasanya tak bertelaga.
Doa... satu pinta yang kuhantarkan pada Sang Maha.
Beri aku petunjuk untuk melangkah di jalan-Mu,
Beri aku kekuatan untuk menjalani takdir-Mu,
Beri aku keyakinan untuk istiqamah dalam menapaki jalan menuju-Mu.
Berkelok, mungkin. Berliku, mendaki, menurun. Mungkin penuh duri, atau lempang sebatas mata memandang. Semoga kelak berakhir di hadapan-Mu, untuk Kaurengkuh aku di ujung perjalanan nanti.
(Note: The beautiful picture taken from wvs.topleftpixel.com)
Sunday, January 13, 2008
Saturday, January 12, 2008
What Kind of Intelligence Do You Have?
Your Dominant Intelligence is Linguistic Intelligence |
You are excellent with words and language. You explain yourself well. An elegant speaker, you can converse well with anyone on the fly. You are also good at remembering information and convicing someone of your point of view. A master of creative phrasing and unique words, you enjoy expanding your vocabulary. You would make a fantastic poet, journalist, writer, teacher, lawyer, politician, or translator. |
Thursday, January 10, 2008
Quote of the Day
Kahlil Gibran
1 Muharram 1429 Hijri
Sunday, January 06, 2008
Ke Nikahan Teman
2 orang rekan Irsyad menikah hari ini. Tidak di tempat yang sama, tapi (untungnya) di tempat yang berdekatan. Sejak kemarin aku sudah janjian dengan bu Tika untuk pergi bareng, nemenin ke dua tempat itu, supaya aku tidak ‘cengok’ sendiri, juga ada teman untuk lihat peta di perjalanan, tapi yang paling penting, tentu saja untuk saling bertukar cerita.
Kujemput bu Tika ke rumahnya, setelah itu berangkat menyusuri rute Soreang tembus ke Lanud Sulaiman. Niatnya mau ke nikahannya Pupung dulu, tapi sulit sekali menemukan janur yang tepat di jalur jalan Kopo Sayati yang di kanan-kirinya banyak sekali janur. Jalanan macet berat! Akhirnya hanya ikut arus dan memutuskan ke tempatnya Pury dulu. Toh dalam perjalanan pulang nanti kita akan menyusuri kembali jalan Kopo Sayati.
Di tempat Pury, ketemu teman-teman Irsyad yang 'manglingi'. Cantik-cantik...! Kalau dandan untuk ke pesta, memang hasilnya 'beda' ya. Teman-teman lain sekali dengan keseharian di sekolah. ;)
Setelah dari tempat Pury, aku dan bu Tika kembali menyusuri macetnya jalan Kopo untuk mencari janur yang tepat. Bolak-balik nginjak kopling, lumayan bikin pegel nih. Mata ditajam-tajamkan untuk melihat tanda janur yang tepat, ah... akhirnya dapat juga. Badan kegerahan, muka kepanasan di dalam mobil yang tak ber-AC, wah... penampilanku sudah mulai kacau balau nih. Masih boleh datang ke pesta nggak ya? hehe... ;)
Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di tempat Pupung. Masih sempat makan-minum, kenyangnya di sini nih. Hehe... Di tempat Pury sebelumnya, sok ja-im banget deh, lagian tetamu masih ramai banget di sana. Sedangkan di tempat Pupung, walaupun sudah nggak banyak tamu yang datang, area pesta sudah lengang, tapi makanan masih berlimpah. Nyantai deh makan, bisa pilih tempat duduk, dan menikmati hidangan makan siang.
Quote of the Day
William Hazlitt
Pelajaran Hari Ini
Dalam perjalanan menuju gerbang tol, sebuah mobil kijang kapsul berwarna perak, ber-pelat nomor Jakarta berjalan pelan, menghalangi jalanku dan bikin geregetan. Susah nyari kesempatan untuk menyusul kendaraan itu di jalanan yang relatif lengang tapi tidak terlalu lebar. Di tanjakan landai sebelum jembatan pertama, mobil itu mendadak berhenti, memberi jalan untuk kendaraan lain yang akan melintas. Segera kuinjak pedal rem, menyisakan jarak sempit antara bemper depan mobilku dengan bemper belakang mobil itu. Tahu-tahu, dia mundur!!! Dan aku tak bisa mundur karena sebuah mobil besar menunggu di belakangku dengan jarak yang tidak jauh juga. Kubunyikan klakson panjang, tapi dengan kecepatan yang lambat namun konstan, mobil perak itu terus mundur dan...“jdut!!” bemper depanku ‘diciumnya’. Tidak mesra sama sekali. Aku sebal, kesal, tapi males banget berurusan dengan dia. Aku lihat si sopir menepikan kendaraannya. Kulirik sekilas bemper belakangnya, kelihatan tetap mulus. Kuharap bemper depanku juga baik-baik saja. Kusalip dia dan segera memacu kendaraanku menghindarinya. Bukannya takut menghadapi si sopir, wong dia yang salah kok. Sudah pelan dan bikin kagok, mundur-mundur di tanjakan, diklakson nggak nginjak rem, ya salah dia dong. :p
Jalan lagi, kupacu mobilku sedikit lebih cepat, berusaha mengejar ketinggalan. Reni nelfon ketika aku terjebak padatnya lalu lintas, memastikan bahwa aku akan datang. Tentu saja. Tahu-tahu... di bawah jembatan turn-over tol Bubat, cuma beberapa ratus meter sebelum gerbang tol, ada pemeriksaan rutin polisi. Seorang polisi memintaku menepi, dan aku tahu... “I’m in trouble”. STNK-ku sedang kutitip ke A-Lulu untuk dibayarkan pajaknya, dan aku hanya pegang copy-nya tanpa ada resi resmi dari kepolisian. Ya jelas salahku. Sempat lama juga ‘bincang-bincang’ dengan pak polisi yang untungnya baik hati. Bolak-balik nelfon A-Lulu untuk konfirmasi tindakan, apa yang sebaiknya aku lakukan. Sempat juga kirim sms ke orang sekolah, sebagai perintang waktu, sambil nunggu pak polisi memberi ‘kebijakannya’. Dia menawarkan 3 opsi untukku. Ditilang dan sidang (oh.. jelas bukan pilihanku); Ditilang dan bayar denda ke bank, tapi dengan konsekuensi SIM ditahan sementara. Tentu saja akan dikembalikan setelah aku bayar denda (ribet juga sih, yang berarti aku harus tetap berurusan dengan polisi di daerah teritori mereka. Bukan pilihan yang mudah juga); yang ketiga, ditilang dengan menitipkan denda tilang kepada petugas (hm... emang ada ya prosedur ini? Sebetulnya aku sangsi, tapi ini opsi termudah). Kulihat daftar bea denda yang harus dibayar untuk pelanggaran tertentu. Resmi. Untuk pelanggaran tak bisa menunjukkan surat kendaraan, pembawa kendaraan pribadi harus menyetorkan Rp 60.000,- Aah...! Padahal aku baru saja membayar pajak mobilku yang nyaris sejuta. Mendadak miskin deh aku bulan ini. Dan sekarang harus bayar denda pula? Ya... tapi karena ini salahku, ya harus terima konsekuensinya. Untungnya ada uang sejumlah itu di dompetku. Pas, nggak perlu minta kembalian pak polisi. ;)
Kulihat bukti tilang yang ditulis pak polisi. Namaku, nomor kendaraanku, jumlah bea tilang, tepat sesuai perbincangan. Mudah-mudahan dia sampaikan denda itu kepada yang berwenang. Hh... ini tentu jadi pelajaran buatku.
Setelah itu, meluncurlah aku ke sekolah. (Masih bandel ya? nggak bawa STNK tapi nekat bawa kendaraan jalan-jalan. Hehe...) Sudah siang. Menjelang dzuhur. Akhirnya nggak banyak juga yang kulakukan di sekolah. Masak bareng Reni dan Nova, bikin lesson plan sepotong, lalu pulang deh. Nggak berani ke mana-mana lagi. Harus langsung ke GBA untuk ngambil STNK. Jangan bandel! Jangan sampai ditangkap polisi lagi. Urusannya bisa jadi lebih rumit nanti.
Menyusur jalan tol, lagi-lagi menjelang tol Buah Batu, antrian kendaraan mengular. Kelihatannya ada kecelakaan. Benar saja. Melibatkan 2 truk dan 2 mobil. Sebuah truk melintang disundul sedan kecil dari belakangnya. Sebuah mobil lain (lagi-lagi kijang kapsul warna perak) dengan kaca belakang pecah berantakan sudah menepi. Penumpangnya tampak berkumpul di sebelah mobil itu. Kelihatannya tidak ada yang terluka. Antrian panjang membuatku sempat-sempatnya ngambil foto. Sebagai pelajaran lain yang kuambil hari ini, agar lebih berhati-hati di jalanan. Patuhi aturan lalu lintas, dan waspada!!!
Tuesday, January 01, 2008
Tahun Baru 2008
Ya Allah, sepenggal masa telah berlalu lagi.
Betapa banyak suka-cita, duka-derita, tawa-tangis, warna-warni pelangi kehidupan melintas di penggalan episode hidup seorang hamba-Mu ini. Seorang hamba biasa, yang lemah tak berdaya tanpa Kauberi kekuatan, yang sesat tanpa arah tanpa Kauberi petunjuk.
Ampunkan hamba bila dalam tawa kadang 'lupa' pada-Mu.
Ampunkan hamba pula bila dalam tangis terlalu tergugu di hadapan-Mu.
Ampunkan hamba kembali bila sabar dan syukur masih belum selalu mengiringi gerak-langkahku, sementara ridho-Mu selalu kuharap dan kutunggu. Betapa tak tahu malunya aku. Sungguh, bila tak Kau ampuni aku, merugilah diriku.
. . .
Ya Allah, bimbinglah hati ini agar selalu mengingat-Mu.
Ya Rabbi, tuntunlah lisan ini agar selalu menyebut nama-Mu.
Ya Arhamar Raahimiin, pandulah langkah ini, agar selalu tertuju pada-Mu.
Tunjukkanlah bahwa yang benar itu benar, dan berilah kekuatan bagiku untuk mengikutinya,
Tunjukkanlah bahwa yang salah itu salah, dan berilah kesanggupan bagiku untuk menjauhinya.
Laa hawlaa walaa quwwata illaa bilLaah. Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wafil aakhirati hasanah waqinaa adzaabannaar. Subhaana Rabbika Robbil'izzati amma yasifuun, wasalaamun 'alal mursaliin, walhamdulillahahi Rabbil'aalamiin.
-
Hari Minggu pagi, pukul 3 dini hari, telefon berdering. Kupikir, pasti bukan kabar yang terlalu baik. Emergency, pasti. Pada intinya, kesimp...
-
Suatu siang di Kota Baru Parahyangan. Aku berada di kawasan niaga di tatar Ratnasasih. Kuparkir mobilku menghadap jalanan supaya memu...
-
Berawal dari keingintahunan tentang kisah dan cerita di balik benda koleksi orang-orang, kuusung tema koleksi ini untuk menjadi salah satu t...