Sejak Sabtu kemarin, mbak Indri masuk Rumah Sakit. Kabarnya bleeding. Nova yg ngasih tahu via SMS, bahkan sempat ngajakkin nengok ke Borromeus. Tapi adduuh... maaf ya, badanku pegal-pegal akibat tarik tambang kemarin. Maklum... nggak biasa olahraga, sekalinya ‘mengerahkan tenaga’, abis-abisan pula, pegal-pegallah jadinya. Hehe... Kutelfon dulu dia, sebagai pengganti kehadiranku.
Di telfon, ngomongin kerjaan pula. Dia rupanya nggak mengalokasikan siapapun sebagai asisten di kelas yang diajarnya sebagai antisipasi pengganti kalau dia harus pergi-pergi, apalagi setelah kejadian sekarang ini. (Padahal selama ini, dia yang ngutak-atik jadwal. Mbok ya ‘diakalin’ gitu...) Aku sendiri, punya feeling kalau mbak Indri akan melahirkan sekarang-sekarang ini. Dia bilang, dengan anak kedua juga ‘kasusnya’ serupa. Bleeding di bulan ke-7, istirahat sebentar di RS, pulang lagi, dan si bayi ‘nunggu’ sampe 9 bulan baru dilahirkan. Dia berharap, si bayi kali ini juga ‘ikut jejak kakaknya’, malah dia udah berencana mau ‘kabur’ dari RS supaya bisa ngusahain masuk kerja lagi di hari Selasa. Tapi... apa daya...?
Hari Senin, dia dijadwalkan untuk menjalani operasi caesar. Masalahnya, placenta-nya menghalangi jalan lahir. Entah bagaimana prosesnya, pokoknya dokter memutuskan harus sectio, segera! Jadilah Senin pagi itu mbak Indri menjalani pembedahan. Senin sore, aku dan Pury nengokkin, bergantian dengan mbak Shita, Tri dan suaminya, bu Neneng & pak Joko siang harinya, lalu bu Irma & pak Syaiful juga ikut bezoek. Aku nunggu dan ngobrol ini-itu di sana sampe agak malam, karena keluarganya nggak ada yang jaga. Jam 8 kurang seperempat, dua orang kawan mbak Indri lainnya datang, dan moment ini kumanfaatkan untuk sekalian pamit pulang. Pada intinya, selamat datang adik kecil. Semoga jadi anak yang shalih dan bisa memuliakan ibu dan agamamu. Amiin. Oya, siapa namanya? Mbak Indri cuma bilang, “Nazhif”, belum tahu lagi mau ditambahin apa di depan atau belakang nama itu. Hm... Ada yang mau nyumbang nama? Kubilang, “Gimana kalo Nazhif Ali?” Hehe... dia protes berat. Ogah, katanya kayak penyanyi dangdut. Ehh???
Di telfon, ngomongin kerjaan pula. Dia rupanya nggak mengalokasikan siapapun sebagai asisten di kelas yang diajarnya sebagai antisipasi pengganti kalau dia harus pergi-pergi, apalagi setelah kejadian sekarang ini. (Padahal selama ini, dia yang ngutak-atik jadwal. Mbok ya ‘diakalin’ gitu...) Aku sendiri, punya feeling kalau mbak Indri akan melahirkan sekarang-sekarang ini. Dia bilang, dengan anak kedua juga ‘kasusnya’ serupa. Bleeding di bulan ke-7, istirahat sebentar di RS, pulang lagi, dan si bayi ‘nunggu’ sampe 9 bulan baru dilahirkan. Dia berharap, si bayi kali ini juga ‘ikut jejak kakaknya’, malah dia udah berencana mau ‘kabur’ dari RS supaya bisa ngusahain masuk kerja lagi di hari Selasa. Tapi... apa daya...?
Hari Senin, dia dijadwalkan untuk menjalani operasi caesar. Masalahnya, placenta-nya menghalangi jalan lahir. Entah bagaimana prosesnya, pokoknya dokter memutuskan harus sectio, segera! Jadilah Senin pagi itu mbak Indri menjalani pembedahan. Senin sore, aku dan Pury nengokkin, bergantian dengan mbak Shita, Tri dan suaminya, bu Neneng & pak Joko siang harinya, lalu bu Irma & pak Syaiful juga ikut bezoek. Aku nunggu dan ngobrol ini-itu di sana sampe agak malam, karena keluarganya nggak ada yang jaga. Jam 8 kurang seperempat, dua orang kawan mbak Indri lainnya datang, dan moment ini kumanfaatkan untuk sekalian pamit pulang. Pada intinya, selamat datang adik kecil. Semoga jadi anak yang shalih dan bisa memuliakan ibu dan agamamu. Amiin. Oya, siapa namanya? Mbak Indri cuma bilang, “Nazhif”, belum tahu lagi mau ditambahin apa di depan atau belakang nama itu. Hm... Ada yang mau nyumbang nama? Kubilang, “Gimana kalo Nazhif Ali?” Hehe... dia protes berat. Ogah, katanya kayak penyanyi dangdut. Ehh???
No comments:
Post a Comment