Hari Senin kemarin, libur tahun baru Cina, sebetulnya. Pagi, setelah mengantar ibu ke rumah kakak, kulanjutkan dengan mengantar kakak lainnya ke BPI Burangrang. Sudah tanggung nih, mumpung di luar rumah, kuputuskan hari itu akan jadi hari jalan-jalan nostalgia saja. Aku mulai dengan 'napak tilas' toko buku murah Palasari, dilanjut dengan 'ngetem' di warnet Internetarium Bubat yang sudah teramat jarang kukunjungi belakangan ini. Hingga lewat tengah hari, lapar deh. 'Napak tilas' lagi dengan kunjungan ke kantin Salman (soalnya kondisi keuangan juga memang sudah mulai cekak nih akhir bulan begini. Hihi...). Acara napak tilas masih belum selesai, dilanjut lagi dengan janji ketemu seorang mahasiswa keramik ITB di kampus. Lengkap deh perjalanan nostalgiaku hari Senin itu.
Aku sampai di masjid Salman menjelang ashar. Sayup-sayup kudengar takbir bersahutan, tak putus-putus. Awalnya heran juga, ada apa ini? Tahun baru Cina kok disambut dengan takbir? Seperti lebaran aja. Tapi pikir punya pikir, ingat punya ingat, eh... hari itu kan ada gerhana matahari ya?
Ya... Gerhana matahari terjadi di hari Senin kemarin. Fenomena alam langka ini dapat teramati secara jelas (salah satunya) di wilayah ujung barat pulau Jawa.
Shalat ashar di masjid penuh kenangan itu, disambung dengan shalat khusuf gerhana. Alhamdulillah, kubisa merasakan semua rangkaian kejadian dengan sadar dan syukur. Bersyukur karena sempat menjadi bagian dari komunitas laboratorium ruhani yang cukup berkontribusi membentukku hingga seperti saat ini. Bersyukur karena aku masih bisa mengunjunginya lagi, menikmati aura teduh yang menyusupi hati. Bersyukur karena sempurnanya ciptaan Allah yang juga bisa kunikmati dengan sempurna. Insya Allah (walaupun hanya berupa gambar yang kukutip dari situs MSN). Semua karunia Ilahi ini, apakah akan kita dustakan?
Shalat ashar di masjid penuh kenangan itu, disambung dengan shalat khusuf gerhana. Alhamdulillah, kubisa merasakan semua rangkaian kejadian dengan sadar dan syukur. Bersyukur karena sempat menjadi bagian dari komunitas laboratorium ruhani yang cukup berkontribusi membentukku hingga seperti saat ini. Bersyukur karena aku masih bisa mengunjunginya lagi, menikmati aura teduh yang menyusupi hati. Bersyukur karena sempurnanya ciptaan Allah yang juga bisa kunikmati dengan sempurna. Insya Allah (walaupun hanya berupa gambar yang kukutip dari situs MSN). Semua karunia Ilahi ini, apakah akan kita dustakan?
Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(Q.S. 55 Ar Rahmaan: 17-18)
(Q.S. 55 Ar Rahmaan: 17-18)