Mesin cuci di rumah sedang rusak. Maklum juga sih, soalnya umurnya memang sudah uzur. Tabung pengeringnya sih sebetulnya masih berfungsi dengan baik, tapi kelihatannya ada masalah dengan saluran air di tabung pencucinya. Bocorrr. Sementara, sebagai single fighter yang sok sibuk kerja, keluar pagi pulang malam, aku belum bisa menyempatkan diri untuk memanggil tukang (dan menungguinya di rumah) untuk memperbaiki mesin cuci, apalagi membawa si Melati (heMat air dan Listrik, tahan karat dan TIkus) itu ke tempat reparasi.
Sebetulnya urusan cuci mencuci bukan barang baru yang terlalu merepotkan juga sih... Sejak masih SD dulu (maap, jangan tanya tahun berapa ya :p), aku dan kakak-kakak sudah diajari untuk mandiri dan mencuci pakaian sendiri. Segala macam sabun cuci sudah aku jajal. Sabun batang yang baunya iddih... lalu muncul generasi sabun batang yang lumayan wangi, tapi kurasa kurang efektif untuk mencuci pakaian. Sabun batang hanya efektif untuk proses mengucek tapi kurang asoy ketika hendak digunakan untuk merendam pakaian.
Sabun colek pun, beragam merek sudah kucoba. Untuk merendam pakaian, kadangkala sabun colek tak seluruhnya larut kecuali dikocok berulang kali, sedangkan untuk mengucek, penggunaannya perlu cukup banyak sehingga boros juga jadinya.
Sabun detergen? Nggak jauh dari sabun generasi sebelumnya. Untuk merendam, OK-lah... tapi untuk mengucek, kok jadinya bubuk sabung sering bertaburan ke mana-mana ya. Iya, mungkin aku yang sering tergesa saat mencuci (maklum, turunan Flash nih, gerakan tanganku bisa secepat kilat saat mencuil sabun dan mengucek :p). Dan solusinya adalah mengencerkan sebagian sabun detergen bubuk untuk disimpan di wadah terpisah. Seringkali sisa detergen menjadi keras karena tidak habis dipakai sekali mencuci. Sedangkan ketika sudah ada mesin cuci, sesekali kutemui sisa detergen terselip di lipatan pakaian. Hadeuh... Aku yang clumsy atau memang nasibku begini? :p
Sebenarnya, kalau disuruh memilih antara kegiatan mencuci atau menyeterika, tanpa berpikir dua kali, aku pasti akan pilih mencuci. Tapi dengan loading kerja (and having fun. Haha...!) yang kujalani, acara mencuci cukup merepotkan kalau tidak dibantu mesin cuci.
Kembali ke cerita mesin cuci yang rusak tadi, sesekali aku membawa cucian ke rumah kakak dan numpang mencuci di sana. Di sana ada mesin cuci satu tabung yang praktis untuk digunakan. Memasukkan sabun cuci hingga pewangi/pelembut pakaian tinggal dilakukan di tahap awal, setelah itu cucian bisa ditinggal hingga dia memberi tanda bahwa proses mencuci sudah selesai. Asyiknya. Lebih asyik lagi, di rumah kakak ini, selain numpang mencuci, aku juga berkesempatan menjajal keefektivan detergen baru,
Rinso cair. Gratislah awalnya. Tapi lama-lama, nggak enak juga kan kalau mesti ambil keuntungan ganda dari urusan numpang mencuci ini. Aku belilah rinso cair untukku sendiri. Marii...!
Benefit Rinso Cair yang Irit
Dari dulu, aku sudah suka dengan daya cuci
Rinso ini. Sejak dulu, ketika tayangan iklan ini mengusung jargon bahwa 'Rinso mencuci sendiri', hingga sekarang dengan jargon 'berani kotor itu baik', aku nggak ragu pakai Rinso. Dengan dua varian Rinso cair yang tersedia, aku sendiri lebih suka
Rinso Molto cair yang merupakan deterjen cair konsentrat yang memiliki
seluruh keunggulan dari Rinso Cair ditambah dengan kesegaran Molto Ultra
yang tahan lama. Rinso cair 2x lebih efektif, meresap lebih ke dalam serat kain saat perendaman, untuk seluruh cucian sehari-hari. Rinso Molto Ultra cair dapat meresap langsung ke dalam
serat kain sehingga efektif dan cepat membersihkan noda membandel. Warna kain tetap cemerlang, dan lembut di tangan. Tersedia dalam kemasan botol, refill, dan sachet, aku sih pilih yang sachet ukuran 45ml. Pas untuk sekali pakai. Bahkan nggak jarang, aku bisa mencuci lebih banyak dengan satu sachet Rinso cair ini. Asyiknya lagi, aku nggak perlu lagi pakai segala pewangi dan pelembut.
Rinso molto cair saja, sudah, cukup. :)
Kenapa juga sih aku mesti repot-repot dengan urusan detergen ini? Penting, lagi...! Sebagai seorang guru di salah satu sekolah Islam di Bandung Barat, tentu aku mengenakan busana muslimah, lengkap dengan kerudung dan kaos kaki. Ketika aktivitas di kelas tidak menggunakan sepatu, kaos kaki tentu jadi kotor sekali. Mesti tiap hari ganti. Sedangkan kerudung pun seringkali bernoda keringat, minyak -terutama di bagian dagu- dan tak jarang, bedak. Kalau baju, jangan ditanya deh... aktivitas yang padat sebagai guru kesenian membuatku banyak berurusan dengan crayon, cat, tanah liat, pensil, hingga arang. Berani kotor-lah demi proses belajar murid-muridku. Seluruh kegiatan ini juga pastinya bikin aku berkeringat banyak. Dan dengan Rinso molto cair, semua jenis pakaian bisa dicuci sekaligus. Rinso cair 2x lebih efektif, meresap lebih ke dalam serat kain saat perendaman, untuk seluruh cucian sehari-hari, mulai dari kerudung hingga kaos kaki. Merendam nggak perlu lama, mengucek sebentar saja, cuci dan bilas nyaris tak perlu usaha. Asyiklah pakai Rinso.
Like this banget. Psst, Laiqa magazine mau tahu lho liputan seru kamu tentang Rinso cair juga. Sementara itu, kalau mau tahu lebih banyak tentang tips dan trik membersihkan noda pada pakaian, bisa banget lho berkunjung ke web-nya
Rinso. Silakan ubek-ubek di sana.
Kembali ke cerita mesin cuci uzur di rumah, ngarep dong dikasih yang baru sama Laiqa magazine & Rinso cair. Tapi postingan ini sih di luar tanggung jawab Laiqa magazine karena ini pengalamanku sendiri. Kalau kamu? Apa ceritamu?