Saturday, May 27, 2006

Gempa di Jogja

Pagi ini ada training di sekolah untuk guru-guru yang akan pegang kelas 4 di tahun pelajaran mendatang. Aku termasuk salah satunya. Rencana pertemuan sih jam 9 pagi.
Jam 9 lewat 10-an aku baru nyampe sekolah, tapi acara belum mulai. Sebelumnya aku nyelesaiin cucian bajuku, yang udah bertumpuk beberapa hari ini.
Acara dibuka jam setengah 10-an. Setelah pembacaan ayat Quran dan sambutan-sambutan, Kepsek meminta kita semua untuk berdoa bagi saudara-saudara kita yang tertimpa musibah di Jogjakarta. Begitu katanya. Eh??? Ada apa? Apakah gunung Merapi jadi meletus? Aku terbengong-bengong. Beberapa hari belakangan ini koran-koran memang diramaikan oleh berita meningkatnya aktivitas Merapi. Soal binatang-binatang liar yang sudah keluar dari persembunyiannya dan turun gunung, soal erupsi lava yang meleleh menuruni lereng merapi, soal awan panas alias wedhus gembel yang sudah meluncur , soal mbah Maridjan the kuncen Merapi yang juga belum mau mengungsi ke tempat yang relatif lebih aman, dst dst. Tapi rupanya bukan itu yang jadi berita kali ini. Sejak pagi tadi, aku memang nggak ndengerin radio, sedangkan televisi pun tak ada di tempat kost. Asli euy, ketinggalan berita!
Setelah satu menit berlalu untuk doa bagi warga Jogja, aku tanya bu Westri yang duduk di sebelahku,
"Kenapa? Gunung Merapi meletus?" tanyaku yang disambut gelengan.
"Bukan. Ada gempa di Jogja."
"Gempa vulkanik?"
"Bukan. Tektonik. Pusat gempanya deket banget dari pantai, jadi kerusakannya ke kota Jogja cukup berat nih. Saya belum bisa ngontak keluarga di sana tuh." Bu Westri kelihatan agak cemas. Dalam benakku,'bencana lagi...? di Indonesia?' Ada satu saudara bapak sih yang ada di sana. Ada Eyang Titi yang sudah sepuh, Nuli (anak tante Ayi) yang lagi kuliah di sana, juga beberapa kerabat jauh. Ah... apa kabar juga ya, mereka? Semoga semuanya berakhir baik.
Pertanyaan Ebiet G. Ade di lagu lawas, "... Mengapa di tanahku terjadi bencana?..." sudah ditanyakan berulang kali, dan jawabnya selalu dibawa angin yang mengguncang rerumputan. Kali ini, kita harus tanya siapa lagi nih supaya dapat jawaban yang bisa didengar semua telinga, meresap ke semua hati, dan menggerakkan semua tangan untuk memberi kontribusi terbaik? Mari tanya hati nurani kita, semoga jawabnya adalah jawaban terbaik.

No comments:

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka