Tinggal beberapa hari lagi di kelas 4C dengan anak-anak yang kadang bandel, kadang lucu, kadang nggemesin, kadang baik hati dan shalih-shalihat pelipur lara cahaya mata. Ah... kadangnya itu lho.
Hari ini sibuk sekali menyelesaikan segala agenda kegiatan. Mulai dari ngetes hafalan surat dan doa anak-anak ('sialnya', tinggal sisa anak-anak yang pemalesan, pelupa, dan lebih parah lagi, nggak suka menghafal! Untung dibantu bu Rahma. Terima kasih ya... :))
Lanjut dengan agenda gladi kotor untuk acara pelepasan kelas 6 nanti. Sebetulnya aku nggak suka, soalnya waktu untuk nunggu giliran tampil mestinya bisa dimanfaatkan untuk mengoreksi hasil ulangan, mendata nilai anak, merekap bahkan menulis laporan narasi! But anyway... aku ikutan juga, dan tampil dengan 'ala kadarnya' (mestinya sih bareng anak-anak kelas 6, tapi kali ini gurunya aja yang bisa tampil), mbawain 2 lagu baru karanganku plus satu lagu dari Ada Band (Yang Terbaik Untukmu) dengan iringan minus one dan iringan biola Amira. Seru. Sambutan anak-anak yang nonton meriah sekali, tapi jelas mereka 'terpaksa' menyimak, soalnya lagunya belum familiar buat mereka, kecuali yang dari Ada Band. Hehe...
Dilanjut lagi dengan menyelesaikan administrasi kelas (buku penghubung, membalas beberapa komentar dan pertanyaan, mendata rapor yang belum masuk, mendistribusikan surat dan undangan acara tasyakur, dsb dsb).
Sempat minta bantuan beberapa anak yang dengan sukarela membantu mengoreksi hasil ulangan akhir semester (pilihan gandanya aja..., tapi cukup terbantu. Terima kasih ya...) Mestinya sih dilanjut dengan menyusun naskah naratif untuk pentas nanti, lalu mbenahin data nilai siswa, dsb dsb, but... just not enough time to do all those activities. Sempat 'latihan' lagu YTB-Ada Band bareng Ocha sebentaran, lalu nyelesaiin ngoreksi nilai anak 4B. And that's it! Aku pulang. Tepatnya sih pergi ke warnet. Ini sih jadwal yang selalu kuluangkan. Hehe...
Nah, udah ah. Mesti pulang nih, sudah cukup 'larut' di sini.
Wednesday, June 28, 2006
Monday, June 26, 2006
The Big Three. Is it real?
Dapat kabar tentang lomba guru tingkat kota Bandung yang kuikuti beberapa waktu lalu. Katanya guru-guru yang sekolahnya didatangi penilik, itu adalah guru yang masuk kategori 3 besar. Berarti, aku masuk 3 besar dong? Alhamdulillah. Sebetulnya kemarin-kemarin sudah muncul 'ambisi' nih di hati. Kayaknya 'asyik' juga ya kalo bisa lolos jadi yang terbaik di tingkat kota dan maju terus ke tingkat provinsi. Duh... seberapa ketat dan seperti apa ya persaingan di tingkat provinsi? (Fair play-kah?) Sekarang ini cuma pengen tahu aja.
Tadi sore wakur akhirnya ngajakin aku bicara (dan akhirnya kepsek ikutan juga), tentang hal-hal yang terjadi di sesi wawancara hari Jumat lalu. Nggak banyak juga sih yang digali. Tapi yang jelas, titik lemahku adalah di bagian administratif. Ini mesti dibenahi nih! Kalo soal kelemahan di bidang kedisiplinan hadir di sekolah, kepsek menjawab diplomatis dan politis, cenah. Haha...! Tapi ini juga mesti dibenahi nih!
Tadi sore wakur akhirnya ngajakin aku bicara (dan akhirnya kepsek ikutan juga), tentang hal-hal yang terjadi di sesi wawancara hari Jumat lalu. Nggak banyak juga sih yang digali. Tapi yang jelas, titik lemahku adalah di bagian administratif. Ini mesti dibenahi nih! Kalo soal kelemahan di bidang kedisiplinan hadir di sekolah, kepsek menjawab diplomatis dan politis, cenah. Haha...! Tapi ini juga mesti dibenahi nih!
Friday, June 23, 2006
Deg-degan...
Hari ini penilik atau pengawas dari Dinas Kecamatan datang berkunjung ke sekolah. Katanya mau melakukan penilaian (atau pengawasan?) lanjutan kepadaku. Jadi rada deg-degan juga nih. Sebelum-sebelumnya sih nggak tuh. Mungkin gara-gara diajak ngomong langsung sama kepsek (kemarin-kemarin sih kelihatannya beliau nggak perhatian tuh). Ternyata aku nggak dilibatkan dalam pembicaraan sama sekali. Mereka cuma bicara dengan pimpinan sekolah. Watashi no chansu wa dou kana...? Doki-doki suru ni shichatte...
Sorenya, latihan buat pentas di panggung tasyakur nanti. Anak-anak sih masih semangat. Guru-guru yang mau ikutan, bertambah lagi nih. Berubah plan lagi dari rencana semula. Wah... ternyata masih banyak rencana yang belum mateng. Jadi deg-degan lagi nih. Bisa sukses nggak ya nanti...? Mata doki-doki suru wa...
Bismillah aja deh, sesuai dengan rencana lagu pertama yang akan kita bawakan nanti.
Sorenya, latihan buat pentas di panggung tasyakur nanti. Anak-anak sih masih semangat. Guru-guru yang mau ikutan, bertambah lagi nih. Berubah plan lagi dari rencana semula. Wah... ternyata masih banyak rencana yang belum mateng. Jadi deg-degan lagi nih. Bisa sukses nggak ya nanti...? Mata doki-doki suru wa...
Bismillah aja deh, sesuai dengan rencana lagu pertama yang akan kita bawakan nanti.
Wednesday, June 21, 2006
Second Day
Hari kedua lomba guru. Hari ini sesi wawancara. Berdasarkan urutan, aku kebagian nomor 6. Ada 3 meja yang harus kudatangi satu persatu. Yang pertama, awalnya nggak terlalu teoritis, tapi ujung-ujungnya ya ... begitulah. Aku cuma berusaha memberi jawaban yang terdengar cerdas. Hehe... Meja kedua, interview in English with a beautiful lady. Seemed like no problem, it went smooth. Meja ketiga, membahas karya tulis yang kubuat.
Sempat juga bincang-bincang dengan guru-guru lain. Ternyata, aku satu-satunya guru dari sekolah swasta, dan satu-satunya juga guru yang bergelar S.Sn (sangat senang? Hehe... ;)) sementara yang lain sangat percaya diri alias S.Pd atau Dra (mungkin dari IKIP lulusan tahun kapaaaan gitu. hehe... )
Tahapan seleksi selesai, tinggal nunggu pengumuman yang nanti akan disampaikan ke dinas kecamatan masing-masing, entah kapan. Aku sih pasrah aja, tahu diri bahwa aku kalah pengalaman dibanding ibu-ibu dan bapak-bapak guru di sana. Lagi-lagi harapanku cuma satu, asal jangan nempatin posisi 3 terbawah aja dari 13 peserta, apalagi jadi juru kunci. Pokoknya jangan terlalu malu-maluin deh.
Sempat juga bincang-bincang dengan guru-guru lain. Ternyata, aku satu-satunya guru dari sekolah swasta, dan satu-satunya juga guru yang bergelar S.Sn (sangat senang? Hehe... ;)) sementara yang lain sangat percaya diri alias S.Pd atau Dra (mungkin dari IKIP lulusan tahun kapaaaan gitu. hehe... )
Tahapan seleksi selesai, tinggal nunggu pengumuman yang nanti akan disampaikan ke dinas kecamatan masing-masing, entah kapan. Aku sih pasrah aja, tahu diri bahwa aku kalah pengalaman dibanding ibu-ibu dan bapak-bapak guru di sana. Lagi-lagi harapanku cuma satu, asal jangan nempatin posisi 3 terbawah aja dari 13 peserta, apalagi jadi juru kunci. Pokoknya jangan terlalu malu-maluin deh.
Monday, June 19, 2006
Big Day?
Saatnya berlaga di ajang lomba guru tingkat kota. Biarpun sok cuek, deg-degan juga nih. Rasanya persiapan belum mateng.
Big day? Nggak juga. Aku sih dibawa santai aja.
Hari pertama, jadwalnya tes tulis. Ada 6 orang guru TK dan 12 orang guru SD yang berada dalam satu ruangan. Banyak guru senior, so pasti. Tapi nih, ada.... aja yang saling ngasih tahu, dan sang pengawas belagak sok sibuk , nggak negur bahkan memberikan tatapan tajam sekalipun!
5 berkas soal dikerjakan marathon nyaris seharian. Besok, saatnya untuk tes wawancara. But that's other story. Get ready...
Big day? Nggak juga. Aku sih dibawa santai aja.
Hari pertama, jadwalnya tes tulis. Ada 6 orang guru TK dan 12 orang guru SD yang berada dalam satu ruangan. Banyak guru senior, so pasti. Tapi nih, ada.... aja yang saling ngasih tahu, dan sang pengawas belagak sok sibuk , nggak negur bahkan memberikan tatapan tajam sekalipun!
5 berkas soal dikerjakan marathon nyaris seharian. Besok, saatnya untuk tes wawancara. But that's other story. Get ready...
Friday, June 16, 2006
Kompetisi Antarguru, Let's Play Fair!
Pekan ini, anak-anak kelas 6 menjalani ujian akhir. Anak-anak kelas 1-5 nggak ke sekolah. Guru-guru bisa sedikit 'bernapas' nih. Hehe... Nggak begitu sibuk di sekolah. Bisa ngerjain banyak hal, mestinya.Ada kompetisi antarguru di hari Kamis. Lomba olahraga plus. Tadinya kau mau ikutan lomba congklak, tapi batal. Sempat sih ikut 'pemanasan',dan ternyata aku sudah nggak terampil nih. Hihi... I've lost my touch on congklak. I'm not fast enough. Then I better be quit before I lose. Hehe... Pengen juga sih ikutan tanding pingpong, tapi nggak sempat ikutan. Aku berniat pergi ke kampus ITB untuk ngurusin ijazah yang hilang. Tapi sebel aja, orang di kampus ternyata nggak kooperatif. Mungkin aku adalah pelapor kasus hilangnya ijazah yang pertama kali di FSRD, jadi si ibu petugas nggak tahu prosedurnya. Hh... males ah ngebahasnya.
Kembali ke acara di sekolah. Teman-teman lain berlomba congklak, basket, pingpong, dsb. Juara basket putri, tim kelas 2. Bu Dewi, Bu Yuyun, dan Bu Neneng yang ber-rok (!!!) ternyata jadi jawara!. Nggak nyangka. Mungkin karena aku nggak lihat aksi mereka cukup lama. Ketika kuambil moment ini, ini baru babak penyisihan. Tim kelas 2 lawan tim kelas 1 yang 'berseragam'. Three on three. Tapi biar nggak berseragam, yang penting kualitas permainan ya? Bravo! And salute for the good and fair game!Berikutnya, kompetisi mengajar yang dikasi judul Kompetisi PAIKEM. Tahun ini katanya lebih seru, tapi nggak banyak juga yang antusias. Nggak semua guru ikut ambil bagian, dan beberapa MGMP nggak ikut serta berkompetisi. Too bad. Ketika sebagian guru ngumpul di aula untuk (paling tidak) jadi pendengar dan pengamat, sebagian lainnya sibuk mempersiapkan diri atau timnya. Nyaris habis-habisan lho. Kebayang aja, kalo keseharian di sekolah, kok nggak bisa se'seru' ini ya persiapannya. Yah... mudah-mudahan semangatnya bisa menular dan berlanjut deh untuk diterapkan di pembelajaran sehari-hari. ;)
Kembali ke acara di sekolah. Teman-teman lain berlomba congklak, basket, pingpong, dsb. Juara basket putri, tim kelas 2. Bu Dewi, Bu Yuyun, dan Bu Neneng yang ber-rok (!!!) ternyata jadi jawara!. Nggak nyangka. Mungkin karena aku nggak lihat aksi mereka cukup lama. Ketika kuambil moment ini, ini baru babak penyisihan. Tim kelas 2 lawan tim kelas 1 yang 'berseragam'. Three on three. Tapi biar nggak berseragam, yang penting kualitas permainan ya? Bravo! And salute for the good and fair game!Berikutnya, kompetisi mengajar yang dikasi judul Kompetisi PAIKEM. Tahun ini katanya lebih seru, tapi nggak banyak juga yang antusias. Nggak semua guru ikut ambil bagian, dan beberapa MGMP nggak ikut serta berkompetisi. Too bad. Ketika sebagian guru ngumpul di aula untuk (paling tidak) jadi pendengar dan pengamat, sebagian lainnya sibuk mempersiapkan diri atau timnya. Nyaris habis-habisan lho. Kebayang aja, kalo keseharian di sekolah, kok nggak bisa se'seru' ini ya persiapannya. Yah... mudah-mudahan semangatnya bisa menular dan berlanjut deh untuk diterapkan di pembelajaran sehari-hari. ;)
Wednesday, June 14, 2006
Chat Session
Baru kali ini aku chatting sampe terharu-biru. Berasa nih mata sudah berkaca-kaca. Gara-gara ngomongin seorang teman yang kukhawatirkan. Aku juga sih yang ngerasa 'ditinggalin'. Nggak cuma sekarang sih kejadiannya. Jadi ngerasa nggak berguna. Feel like nobody want me. I'm just nobody myself.
Sejarah seolah membuktikan. Sejak jaman sekolah dulu, kok rasanya aku selalu aja ditinggalin temen. Rasanya aku nggak jahat sama mereka, they just don't wanna be my friend no more. But it hurt!!! Once, twice, then I get used to it. I try to become a solitary person instead. Sejak SMA jadinya aku berusaha berteman dengan banyak orang. Jadi, kalau ditinggal oleh satu orang, nggak begitu kerasa (sakitnya). Toh masih punya banyak teman lain. Haha... Atau sekalian aja, no friends around.
Aku senang berada di tengah-tengah banyak teman baik, dan itu adalah perasaan yang betul-betul menghangatkan hati. Tapi kalaupun harus sendiri, I just have to survive. Though no one ever want you, just be tough, Dee! And let Allah be your only 'friend'.
BTW, here are some of a bunch of my friends. Thanks for being my friends, buddy. (At least, at the moment. I have no intention to leave you, but if you need to, don't hesitate. Its your right, anyway. All I can do is ... just say farewell and wish you all good luck!)
Sejarah seolah membuktikan. Sejak jaman sekolah dulu, kok rasanya aku selalu aja ditinggalin temen. Rasanya aku nggak jahat sama mereka, they just don't wanna be my friend no more. But it hurt!!! Once, twice, then I get used to it. I try to become a solitary person instead. Sejak SMA jadinya aku berusaha berteman dengan banyak orang. Jadi, kalau ditinggal oleh satu orang, nggak begitu kerasa (sakitnya). Toh masih punya banyak teman lain. Haha... Atau sekalian aja, no friends around.
Aku senang berada di tengah-tengah banyak teman baik, dan itu adalah perasaan yang betul-betul menghangatkan hati. Tapi kalaupun harus sendiri, I just have to survive. Though no one ever want you, just be tough, Dee! And let Allah be your only 'friend'.
BTW, here are some of a bunch of my friends. Thanks for being my friends, buddy. (At least, at the moment. I have no intention to leave you, but if you need to, don't hesitate. Its your right, anyway. All I can do is ... just say farewell and wish you all good luck!)
Sunday, June 11, 2006
Kabar hari ini
Pagi tadi aku dapat kabar bahwa pertemuan ‘kantin menulis’ W2C dibatalin. Rencana yang sudah kususun hari ini, ya gagal total jadinya. Tapi nggak nyesel juga, karena dengan begitu aku bisa nonton Oprah Show di Metro TV, bisa nyelesaikan cucianku 2 putaran, dan bisa banyak-banyak latihan menulis di komputerku.Ya jurnal harian, ya ng-edit beberapa naskah cerpenku, juga sempat keidean untuk bikin naskah tulisan buat dikirim ke majalah Noor. Siapa tahu dimuat…?
Oya, menjelang sore tadi, sekitar jam setengah 3-an, Kayo nelfon dari Jepang. Hontouni Nihon kara da yo! Dia mungkin ingin ‘sekedar’ menanyakan kabarku pasca bencana gempa Yogya akhir bulan lalu. Alhamdulillah, watashi wa genki desu. Sayang suaranya agak terputus-putus, dan aku nggak tahu gimana bilangnya dalam bahasa Jepang. Hehe… Aku akhirnya cuma bilang, mata me-ru de renraku suru ne…! Dia juga minta nomor telefon genggamku. Via handphone malah mungkin akan lebih baik kualitas suaranya, selain nanti bisa juga SMS-an. Hai, douzo. Mattemaaasu.
Oya, menjelang sore tadi, sekitar jam setengah 3-an, Kayo nelfon dari Jepang. Hontouni Nihon kara da yo! Dia mungkin ingin ‘sekedar’ menanyakan kabarku pasca bencana gempa Yogya akhir bulan lalu. Alhamdulillah, watashi wa genki desu. Sayang suaranya agak terputus-putus, dan aku nggak tahu gimana bilangnya dalam bahasa Jepang. Hehe… Aku akhirnya cuma bilang, mata me-ru de renraku suru ne…! Dia juga minta nomor telefon genggamku. Via handphone malah mungkin akan lebih baik kualitas suaranya, selain nanti bisa juga SMS-an. Hai, douzo. Mattemaaasu.
Saturday, June 10, 2006
Jumat Sore Berseri ;)
Hari Jumat, sibuk-sibuk enggak nih. Ada anak-anak sih, tapi aku nyaris nggak ke kelas, bahkan buku penghubung pun ‘digarap’ partnerku initiatively. Thanks.
Pagi kuawali dengan menyelesaikan tugas-tugas untuk melengkapi persyaratan calon guru berprestasi. Dua hari kemarin kulewatkan overtime di sekolah sampai jam 7-an, menggarap penulisan karya ilmiah yang disyaratkan. Hari ini harus di-print dan dijilid. Ah… biasa deh, kalo lagi ada perlunya, lagi buru-buru, addaaa aja masalah. File-ku di dokum komputer 4C nggak bisa diakses dari komputer di ruang guru. Kontak-kontak ke lab.komp, untungnya Pak Amin bisa turun tangan mbantu troubleshoot. Terima kasih ya. Karya tulisku selesai diprint. Done. Syarat lainnya, SK penugasan terakhirku dari Salman, surat-surat keterangan dari sekolah, copy piagam penghargaan maupun keikutsertaan, pas foto, dan… apa lagi ya? Itupun mesti dijilid dan dikirimkan. Wakur yang berangkat mengantarkan berkas. Done.
Satu lagi tanggung jawabku adalah menyelesaikan penulisan berkas soal ulangan umum. Berkas kelas 4 sudah beres, bahkan mungkin sudah diperbanyak dan dipak. Berkas soal untuk kelas 1 baru selesai diperiksa wakur, dan harus segera kuselesaikan. Biasalah, mesti nggambar-nggambar, nebelin sketsa, dst dst. Inipun, selesai. Alhamdulillah.
Sorenya, acara evaluasi sekolah. Sebetulnya lebih banyak info-info belaka. Mulai dari perkembangan rencana kegiatan tasyakur akhir tahun, kompetisi PAIKEM seperti tahun lalu, rencana lomba antarguru (seperti pingpong, bulutangkis, niup balon, dsb deh), lalu juga ada pengumuman komposisi WK-AWK. Ini kayaknya yang ditunggu-tunggu para guru. Sudah 3 kali diumumkan dengan kali ini, dan komposisi selalu berubah. Selama ini aku selalu diposisikan di kelas 4 sih, dan ternyata… kali ini juga. Tapi lagi-lagi seperti tahun lalu, aku belum punya partner. Katanya sih akan dipasangkan dengan guru baru berlatar belakang matematika. Mudah-mudahan dapat partner yang bersemangat tinggi, supaya aku juga tertulari. Hihi… Mungkin agak repot karena mesti jadi mentor dan ngajarin ini-itu, terutama berkaitan dengan budaya Salman, tapi ya nggak apa-apa sih, selama dia juga bersemangat ingin tahu dan siap berpartisipasi. Kalo dia semangat, masa aku mau kalah sih? Jadi senior mesti bisa ngasih contoh ya. Sok lah, bismillaah. Dipasangkan dengan siapa aja, aku mesti siap.
Bubaran dari aula SD, kulihat Tika dan Ocha sedang duduk-duduk di pelataran lokal kelas 1. Matching aja, dua-duanya berbaju biru muda, dan… aku juga lho! Ocha pake nuansa biru-putih, Tika berkaos biru plus celana hitam, sedangkan aku rok biru muda dengan blus dan kerudung hitam.
“Hey, mau berfoto bareng lagi nih?” sapaku kemudian.
“Temanya biru, kali ini.” Beberapa waktu lalu kita emang pernah spontan berfoto-ria gara-gara nggak sengaja kompakan berbaju hitam-putih ke acara ngabuburit bareng UJ. Hari ini, kebetulan aku bawa kamera digital.
Mulanya kita bergaya di tangga kelas 2, pake self-timer dong. Abis itu, pindah ke playground SD. Ocha dan Tika yang mau, tapi akhirnya kita sukses juga berfoto bareng bertiga di undak-undakannya. Aku sampe kesandung-sandung di pasir gara-gara niat banget nge-set timer di kameraku lalu lari bergabung dengan Tika dan Ocha di seberang. Westri yang lihat kejadian itu akhirnya mbantuin motretin kita. Dan hasilnya, Cheese!
Pagi kuawali dengan menyelesaikan tugas-tugas untuk melengkapi persyaratan calon guru berprestasi. Dua hari kemarin kulewatkan overtime di sekolah sampai jam 7-an, menggarap penulisan karya ilmiah yang disyaratkan. Hari ini harus di-print dan dijilid. Ah… biasa deh, kalo lagi ada perlunya, lagi buru-buru, addaaa aja masalah. File-ku di dokum komputer 4C nggak bisa diakses dari komputer di ruang guru. Kontak-kontak ke lab.komp, untungnya Pak Amin bisa turun tangan mbantu troubleshoot. Terima kasih ya. Karya tulisku selesai diprint. Done. Syarat lainnya, SK penugasan terakhirku dari Salman, surat-surat keterangan dari sekolah, copy piagam penghargaan maupun keikutsertaan, pas foto, dan… apa lagi ya? Itupun mesti dijilid dan dikirimkan. Wakur yang berangkat mengantarkan berkas. Done.
Satu lagi tanggung jawabku adalah menyelesaikan penulisan berkas soal ulangan umum. Berkas kelas 4 sudah beres, bahkan mungkin sudah diperbanyak dan dipak. Berkas soal untuk kelas 1 baru selesai diperiksa wakur, dan harus segera kuselesaikan. Biasalah, mesti nggambar-nggambar, nebelin sketsa, dst dst. Inipun, selesai. Alhamdulillah.
Sorenya, acara evaluasi sekolah. Sebetulnya lebih banyak info-info belaka. Mulai dari perkembangan rencana kegiatan tasyakur akhir tahun, kompetisi PAIKEM seperti tahun lalu, rencana lomba antarguru (seperti pingpong, bulutangkis, niup balon, dsb deh), lalu juga ada pengumuman komposisi WK-AWK. Ini kayaknya yang ditunggu-tunggu para guru. Sudah 3 kali diumumkan dengan kali ini, dan komposisi selalu berubah. Selama ini aku selalu diposisikan di kelas 4 sih, dan ternyata… kali ini juga. Tapi lagi-lagi seperti tahun lalu, aku belum punya partner. Katanya sih akan dipasangkan dengan guru baru berlatar belakang matematika. Mudah-mudahan dapat partner yang bersemangat tinggi, supaya aku juga tertulari. Hihi… Mungkin agak repot karena mesti jadi mentor dan ngajarin ini-itu, terutama berkaitan dengan budaya Salman, tapi ya nggak apa-apa sih, selama dia juga bersemangat ingin tahu dan siap berpartisipasi. Kalo dia semangat, masa aku mau kalah sih? Jadi senior mesti bisa ngasih contoh ya. Sok lah, bismillaah. Dipasangkan dengan siapa aja, aku mesti siap.
Bubaran dari aula SD, kulihat Tika dan Ocha sedang duduk-duduk di pelataran lokal kelas 1. Matching aja, dua-duanya berbaju biru muda, dan… aku juga lho! Ocha pake nuansa biru-putih, Tika berkaos biru plus celana hitam, sedangkan aku rok biru muda dengan blus dan kerudung hitam.
“Hey, mau berfoto bareng lagi nih?” sapaku kemudian.
“Temanya biru, kali ini.” Beberapa waktu lalu kita emang pernah spontan berfoto-ria gara-gara nggak sengaja kompakan berbaju hitam-putih ke acara ngabuburit bareng UJ. Hari ini, kebetulan aku bawa kamera digital.
Mulanya kita bergaya di tangga kelas 2, pake self-timer dong. Abis itu, pindah ke playground SD. Ocha dan Tika yang mau, tapi akhirnya kita sukses juga berfoto bareng bertiga di undak-undakannya. Aku sampe kesandung-sandung di pasir gara-gara niat banget nge-set timer di kameraku lalu lari bergabung dengan Tika dan Ocha di seberang. Westri yang lihat kejadian itu akhirnya mbantuin motretin kita. Dan hasilnya, Cheese!
Wednesday, June 07, 2006
Moment tadi malam, 7 Juni 2006
Akhirnya Evi cerita juga tentang rencana dia. Kondo no shichi gatsu ni, kanojo no kekkon suru yotei mo tatemashita tte. Kanojo no ryoushin kara, midori shingo mou ageta. Ibrahim-san kara mo ii jouhou attasou desu.
Sepanjang perjalanan dari sekolah sampai penggalan perbincangan di dalam angkot biru, dia bilang bahwa ortunya udah betul-betul ngasih lampu hijau untuk rencana masa depannya itu. Kanojo no kareshi (kana…?) mou “kuru hazu” datte. Tiket sudah didapat, surat-surat sudah diurus, tapi persiapan lainnya semacam gaun, catering, undangan, dan lain-lain, Evi bilang dia belum nyiapin. Katanya sih masih trauma sejak kegagalannya beberapa waktu lalu. Takut gagal lagi. Biar yang di Cirebon aja yang ngurusin, gitu kata dia.
Ketika kutanya tentang rencana back-offnya dia dari Salman, dia nggak ngerespon baik. Harapanku, dia bisa ngasih berita atau paling sedikit petunjuk ke pimpinan sekolah yang menyatakan bahwa dia akan berhenti kerja di tahun pelajaran mendatang, supaya pihak sekolah bisa siap-siap nyari penggantinya, nggak perlu pake acara dadak-dadakan seperti yang sudah terjadi beberapa waktu ini. Kasus Tari beberapa tahun yang lalu yang bela-belain segera nikah dan turut suami, berefek ninggalin kelas di tengah semester. Setelah itu giliran Intan, Pak Aang, dan bu Ovi yang dipaksa mundur segera karena lolos seleksi PNS tahun kemarin, abis itu kasus bu Ismi yang juga terkesan dipaksa keluar, sebetulnya berbuntut kelabakannya pihak sekolah mencari pengganti mereka (Ya salah manajemen yayasan juga, sih, sebetulnya…). Belum lagi kasus Umi yang buru-buru hengkang dari Salman, dengan pengganti yang kayaknya nggak bisa survive dalam waktu cepat, jadinya ngorbanin anak-anak yang justru perlu penguatan menjelang masa kenaikan kelas ini. Umi bilang, dia jadi sempat nggak enak hati juga dengan keputusannya. Nah, kalau nanti Evi ikutan berlaku serupa, jelas aku nggak akan suka. Ya kusayangkan aja kalau ternyata justru teman-teman dekatku yang ternyata bikin sekolah kita jadi gonjang-ganjing. Nggak usah pertimbangkan nama baik Salman deh kalo emang nggak suka, tapi lihat sekolah Islamnya. Malu euy kalo pergantian guru ‘begitu dinamis’ dengan kualitas yang belum bisa dijanjiin, tapi uang pangkal dan SPP dll begitu besar. Aku sendiri malu hati karena belum bisa ngasih kontribusi terbaik, tapi aku masih terus berusaha. Dan paling nggak, kalaupun aku harus keluar dari Salman kelak, mudah-mudahan aku bisa konsisten menyelesaikan tugasku sampai periode semester berakhir, dan nggak mesti pake acara mendadak-dadak yang bikin kacau sistem sekolah, ritme belajar anak-anak, juga partner dan rekan kerja se-tim atau se-level.
Kembali ke ‘kasus’ Evi, ini jelas otoritas dia untuk memutuskan apapun. Sebagai teman yang (merasa) dekat dengannya, aku mungkin nggak berhak untuk ikut campur dan menyarankan apa-apa. Tapi setidaknya aku sudah menyatakan pendapat dan sikapku. Soal dia mau terima atau nggak, itu bukan urusanku lagi. Then, no further comment for you. Just do what you want to do, Vi. . . .
(Sejak kupersilakan mbaca posting ini, rasanya Evi jadi agak menjauh. Atau aku aja ya yang perasa? Emang sebetulnya Evi nggak deket-deket amat sama aku. Hehe...Aku aja yang ke-Ge-eR-an)
Sepanjang perjalanan dari sekolah sampai penggalan perbincangan di dalam angkot biru, dia bilang bahwa ortunya udah betul-betul ngasih lampu hijau untuk rencana masa depannya itu. Kanojo no kareshi (kana…?) mou “kuru hazu” datte. Tiket sudah didapat, surat-surat sudah diurus, tapi persiapan lainnya semacam gaun, catering, undangan, dan lain-lain, Evi bilang dia belum nyiapin. Katanya sih masih trauma sejak kegagalannya beberapa waktu lalu. Takut gagal lagi. Biar yang di Cirebon aja yang ngurusin, gitu kata dia.
Ketika kutanya tentang rencana back-offnya dia dari Salman, dia nggak ngerespon baik. Harapanku, dia bisa ngasih berita atau paling sedikit petunjuk ke pimpinan sekolah yang menyatakan bahwa dia akan berhenti kerja di tahun pelajaran mendatang, supaya pihak sekolah bisa siap-siap nyari penggantinya, nggak perlu pake acara dadak-dadakan seperti yang sudah terjadi beberapa waktu ini. Kasus Tari beberapa tahun yang lalu yang bela-belain segera nikah dan turut suami, berefek ninggalin kelas di tengah semester. Setelah itu giliran Intan, Pak Aang, dan bu Ovi yang dipaksa mundur segera karena lolos seleksi PNS tahun kemarin, abis itu kasus bu Ismi yang juga terkesan dipaksa keluar, sebetulnya berbuntut kelabakannya pihak sekolah mencari pengganti mereka (Ya salah manajemen yayasan juga, sih, sebetulnya…). Belum lagi kasus Umi yang buru-buru hengkang dari Salman, dengan pengganti yang kayaknya nggak bisa survive dalam waktu cepat, jadinya ngorbanin anak-anak yang justru perlu penguatan menjelang masa kenaikan kelas ini. Umi bilang, dia jadi sempat nggak enak hati juga dengan keputusannya. Nah, kalau nanti Evi ikutan berlaku serupa, jelas aku nggak akan suka. Ya kusayangkan aja kalau ternyata justru teman-teman dekatku yang ternyata bikin sekolah kita jadi gonjang-ganjing. Nggak usah pertimbangkan nama baik Salman deh kalo emang nggak suka, tapi lihat sekolah Islamnya. Malu euy kalo pergantian guru ‘begitu dinamis’ dengan kualitas yang belum bisa dijanjiin, tapi uang pangkal dan SPP dll begitu besar. Aku sendiri malu hati karena belum bisa ngasih kontribusi terbaik, tapi aku masih terus berusaha. Dan paling nggak, kalaupun aku harus keluar dari Salman kelak, mudah-mudahan aku bisa konsisten menyelesaikan tugasku sampai periode semester berakhir, dan nggak mesti pake acara mendadak-dadak yang bikin kacau sistem sekolah, ritme belajar anak-anak, juga partner dan rekan kerja se-tim atau se-level.
Kembali ke ‘kasus’ Evi, ini jelas otoritas dia untuk memutuskan apapun. Sebagai teman yang (merasa) dekat dengannya, aku mungkin nggak berhak untuk ikut campur dan menyarankan apa-apa. Tapi setidaknya aku sudah menyatakan pendapat dan sikapku. Soal dia mau terima atau nggak, itu bukan urusanku lagi. Then, no further comment for you. Just do what you want to do, Vi. . . .
(Sejak kupersilakan mbaca posting ini, rasanya Evi jadi agak menjauh. Atau aku aja ya yang perasa? Emang sebetulnya Evi nggak deket-deket amat sama aku. Hehe...Aku aja yang ke-Ge-eR-an)
Tuesday, June 06, 2006
Ditodong
Ekor dari lomba mengajar yang kuikuti beberapa waktu yang lalu (lihat Lomba Mengajar vs 6th Sence dan Lomba Guru dan Siswa di posting Maret 2006)ternyata berbuntut di kemudian hari. Sejak hari Jumat yang lalu, 'wakur' alias the person in charge meminta kesediaanku untuk ikut lomba di tingkat kota. Katanya sih kelanjutan dari lomba yang kuikuti waktu itu, tapi 'labelnya' beda. Kali ini, "Lomba Guru Teladan" (tapi siang ini berubah lagi judulnya jadi "Lomba Guru Berprestasi"). Uwah....yang bener aja!
Sebetulnya sih mau aja, dan mungkin persyaratannya pun bisa saja kupenuhi segera (bikin karya tulis, melengkapi dengan CV, foto, berbagai piagam penghargaan ataupun sekedar keikutsertaan, dsb), tapi justru beban mental di kalangan temen-temen sekolah yang mbikin aku sangat ragu dan berat hati untuk memutuskan ikut serta dalam lomba itu. Ya itu tea... lha wong di sekolah aku guru yang nggak prestatif sama sekali, kok ya berani-beraninya maju ke tingkat kota (tingkat kotamadya, bo!!!) Lagian, di tingkat kecamatan juga nggak ikut seleksinya (lha emang nggak diadain pihak kecamatan. Hhhh... nggak bener tuh) Terus, sekarang, aku disodori dua pilihan, ikut serta, atau ikut berpartisipasi. Atau... sebetulnya si wakur ngasih pilihan lain sih, dia bilang nggak akan maksain aku untuk ikut kalo akunya juga berat hati. Tapi ya gimana ya...? Nama sekolah dipertaruhkan nih. Kalo aku ikut serta, aku mesti jadi mercusuar lagi di luaran sana, dan mesti siap makan ati plus panas kuping dengan komentar temen-temen lain di dalam. Tapi kalo maksa nggak ikutan (dan milih egoku sendiri), aku mengorbankan nama Salman Al Farisi yang diberi kepercayaan oleh dinas kecamatan. Berat ya pilihannya...?
Tapi lagi-lagi, sukarela atau terpaksa, aku sebagai staf yang ditugasi dari sekolah ya cuma bisa menerima dan kemudian melaksanakan tugas itu. Bener deh, sukarela ataupun terpaksa. Whether you like it or not, just do it, Dee. Do your best. Bismillah...
Sebetulnya sih mau aja, dan mungkin persyaratannya pun bisa saja kupenuhi segera (bikin karya tulis, melengkapi dengan CV, foto, berbagai piagam penghargaan ataupun sekedar keikutsertaan, dsb), tapi justru beban mental di kalangan temen-temen sekolah yang mbikin aku sangat ragu dan berat hati untuk memutuskan ikut serta dalam lomba itu. Ya itu tea... lha wong di sekolah aku guru yang nggak prestatif sama sekali, kok ya berani-beraninya maju ke tingkat kota (tingkat kotamadya, bo!!!) Lagian, di tingkat kecamatan juga nggak ikut seleksinya (lha emang nggak diadain pihak kecamatan. Hhhh... nggak bener tuh) Terus, sekarang, aku disodori dua pilihan, ikut serta, atau ikut berpartisipasi. Atau... sebetulnya si wakur ngasih pilihan lain sih, dia bilang nggak akan maksain aku untuk ikut kalo akunya juga berat hati. Tapi ya gimana ya...? Nama sekolah dipertaruhkan nih. Kalo aku ikut serta, aku mesti jadi mercusuar lagi di luaran sana, dan mesti siap makan ati plus panas kuping dengan komentar temen-temen lain di dalam. Tapi kalo maksa nggak ikutan (dan milih egoku sendiri), aku mengorbankan nama Salman Al Farisi yang diberi kepercayaan oleh dinas kecamatan. Berat ya pilihannya...?
Tapi lagi-lagi, sukarela atau terpaksa, aku sebagai staf yang ditugasi dari sekolah ya cuma bisa menerima dan kemudian melaksanakan tugas itu. Bener deh, sukarela ataupun terpaksa. Whether you like it or not, just do it, Dee. Do your best. Bismillah...
Mimpi di Jepang lagi! Hihi...
Nggak tahu kenapa, tadi malem ujug-ujug mimpi ada di Jepang. Ketemu oya-san di Maruwa Haitsu, dan ngambil sepedaku kembali. Walaupun kondisinya agak rusak, mesti diperbaiki, tapi aku senang banget bisa 'ketemu lagi' dengan sepedaku. Eh, rasanya mbak Yayu juga ada di sana, mengiringi langkahku sambil nuntun sepeda.
Ih... beneran deh, pengen bersepeda lagi. Mau di Jepang, kek, mau di Indonesia, kek. Jitensha ga hoshii...!
Oya, tadi pagi juga nyempatin nelfon Iis yang lagi liburan di Indonesia. Urayamashiina... Ngobrol agak lama juga, sampe pulsa telfon tinggal nyisa 500-an! Haha...!
Ih... beneran deh, pengen bersepeda lagi. Mau di Jepang, kek, mau di Indonesia, kek. Jitensha ga hoshii...!
Oya, tadi pagi juga nyempatin nelfon Iis yang lagi liburan di Indonesia. Urayamashiina... Ngobrol agak lama juga, sampe pulsa telfon tinggal nyisa 500-an! Haha...!
Monday, June 05, 2006
Ke Taman Safari...!
Kemarin pergi wisata akhir tahun bareng anak-anak sekolah dan guru-guru Salman. Sebetulnya asyik juga. Acara di sana rasanya lancar juga (Bu Westri tuh yang sibuk berat! Otsukare sama deshita...) Cuma di perjalanan aja yang aku tak suka. Anak-anak ribut banget!!! Kebayang nggak sih... suara Kukuh berpadu dengan Imran, Biondi, Didi, Ufa, Gadis, dan lain-lain yang biang teriak tea? Wah! Aku sih milih tidur aja, pura-pura budek selama perjalanan pergi. Mesti hemat-hemat energi buat nyiapin 'menggiring' dan nyemangati anak-anak selama di Taman Safari nantinya.
Keliling area satwa liar, nggak sempat motret banyak. Susah dapat foto yang bagus, soalnya kehalang kaca yang agak buram. Berhenti di area Taman Buaya (cuma namanya doang), kita makan siang dan istirahat di sana. Ngadain acara kelas dikit, lalu nonton pentas singa laut. Nyaris tersiram ketika "Sarmila" loncat untuk ngambil ikan dari mulut sang pelatih. Cipratt!!!
Setelah itu, kita nonton Cowboy Show yang seru. Dua kali nonton, nyaris nggak ada bedanya, sih. Tapi kali ini lebih seru karena bareng anak-anak yang bersemangat sekali nonton dan mengomentari berbagai adegan yang ditampilkan di arena 'kampung Cowboy' itu. Quite impressive. Bravo!
Pulangnya, aku ikutan nimbrung dengan anak-anak di daerah bangku belakang. Cerita kisah-kisah seram lucu sama Hafizh, Ilham, Raihan, Seila, dan Fico yang nimbrung dari kursi belakang. Dan mereka minta tambah cerita melulu! Wah... beneran deh, jadi guru tuh mesti punya stock cerita segudang!! Nanti lagi ya...!
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
Hari Minggu pagi, pukul 3 dini hari, telefon berdering. Kupikir, pasti bukan kabar yang terlalu baik. Emergency, pasti. Pada intinya, kesimp...
-
Suatu siang di Kota Baru Parahyangan. Aku berada di kawasan niaga di tatar Ratnasasih. Kuparkir mobilku menghadap jalanan supaya memu...
-
Berawal dari keingintahunan tentang kisah dan cerita di balik benda koleksi orang-orang, kuusung tema koleksi ini untuk menjadi salah satu t...