Baru kusadari, ternyata sepatuku nyaris nggak ada yang bener. Dari beberapa pasang yang kupunya, semuaanya ada aja masalahnya. Yang hitam, sepatu favoritku, sudah berumur 7 atau 8 tahun. Masih bisa dipakai sih... tapi alasnya sudah aus, jadi setiap kali aku jalan, dia berdecit-decit, selain kulitnya juga agak kering dan perah-pecah. Salahku sendiri, jarang nyemir sih. Hihi...
Sepatu hitam lainnya, pemberian dari mbak Yayu. Umurnya sih sebetulnya belum lama, tapi juga jarang kupakai karena memang kurang nyaman. Yang sebelah kiri sudah menganga 'minta makan'. Sudah diberi 'sesajen', dan kondisinya lumayanlah. Tapi ternyata, cuma dipakai nyetir 1-2 kali, yang kanan langsung protes dan bukan menganga lagi, wah... 'lambungnya' pecah. Tak terselamatkan. Hm... mungkin masih bisa sih 'dioperasi plastik'. Hehe...
Sepatu hitam satunya lagi kondisinya masih prima, pemberian orangtua murid jaman kaapan ya? Jarang kupakai karena berhak sekitar 5-6 cm, dan berbunyi keletak-keletuk setiap kali kupakai berjalan. Bagian depannya juga agak menyempit, jadi kurang nyaman kalau dipakai untuk waktu lama. Bentuknya yang cenderung feminin juga membuat jam terbangnya jadi terbabas.
Sepatuku yang relatif baru adalah yang putih. Beli gara-gara tergoda nafsu. Hahah...! Dikasih tas kulit putih sama mama Hilmi ketika aku pindah dari Salman dulu. Punya jaket kulit putih juga, jadi pengen sepatu putih juga. Halah... nafsu banget kan ya? Nomornya lebih kecil sedikit dari yang biasa kupakai. Belinya maksa, gara-gara relatif murah (nggak nyampe 60.000), sedangkan model yang kusuka tidak menyediakan nomor yang kuminta. Makanya, maksa aja beli satu nomor lebih kecil. Kulitnya kelihatannya bagus sih, lentur. Tapi lagi-lagi jarang kupakai, karena padanan warna putih? Hm... aku jarang punya juga. :p
Yang coklat muda, salah satu favoritku juga. Sering dipakai, dan sudah sempat merasakan 'nikmatnya' lem super lengket. Tapi kulitnya mungkin memang tak begitu bagus. Sekarang sudah mulai mengelupas di sana-sini. Jelek banget deh kelihatannya. Sudah saatnya beli yang baru kali ya... ;)
Sepatu hitam satunya lagi kondisinya masih prima, pemberian orangtua murid jaman kaapan ya? Jarang kupakai karena berhak sekitar 5-6 cm, dan berbunyi keletak-keletuk setiap kali kupakai berjalan. Bagian depannya juga agak menyempit, jadi kurang nyaman kalau dipakai untuk waktu lama. Bentuknya yang cenderung feminin juga membuat jam terbangnya jadi terbabas.
Sepatuku yang relatif baru adalah yang putih. Beli gara-gara tergoda nafsu. Hahah...! Dikasih tas kulit putih sama mama Hilmi ketika aku pindah dari Salman dulu. Punya jaket kulit putih juga, jadi pengen sepatu putih juga. Halah... nafsu banget kan ya? Nomornya lebih kecil sedikit dari yang biasa kupakai. Belinya maksa, gara-gara relatif murah (nggak nyampe 60.000), sedangkan model yang kusuka tidak menyediakan nomor yang kuminta. Makanya, maksa aja beli satu nomor lebih kecil. Kulitnya kelihatannya bagus sih, lentur. Tapi lagi-lagi jarang kupakai, karena padanan warna putih? Hm... aku jarang punya juga. :p
Yang coklat muda, salah satu favoritku juga. Sering dipakai, dan sudah sempat merasakan 'nikmatnya' lem super lengket. Tapi kulitnya mungkin memang tak begitu bagus. Sekarang sudah mulai mengelupas di sana-sini. Jelek banget deh kelihatannya. Sudah saatnya beli yang baru kali ya... ;)
No comments:
Post a Comment