Wacana pindah rumah sudah bergaung beberapa waktu lalu,
setelah adanya cukup tenggang waktu pasca meninggalnya ibu. Aku yang kemudian
tinggal sendiri di rumah warisan orang tua, cukup keteteran mengurus rumah
besar itu sendirian. Belum lagi masalah musim hujan yang seringkali berendeng
dengan musim bankir, membuat perjalananku dari dan ke tempat kerja jadi sangat
terhambat. Sudah saatnya mencari rumah dengan lokasi yang lebih dekat dengan
tempat kerja.
Aku bekerja di kawasan Padalarang, Bandung Barat, sedangkan
kediaman saat ini ada di Bandung Selatan. Lumayan jauh juga perjalanan
sehari-hari, tapi tertolong dengan adanya jalan tol Padaleunyi yang bisa
kutempuh dengan mengendarai Katana hijauku. Ide mencari rumah di dekat tempat
kerja? Hmm... tidak terlalu menarik buatku. Aku tak cukup jatuh hati dengan
kawasan Bandung Barat. Kota Baru Parahyangan cukup punya magnet, tapi kutubnya
saling tolak menolak dengan penghasilanku saat ini. Dengan pertimbangan akal
sehat, aku putuskan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengupayakan
memiliki rumah di sana. Maka opsi pun melebar kembali. Kawasan Bandung Selatan
masih punya daya tarik kuat buatku. Sangat kebetulan bahwa ada sebuah kompleks
baru di dekat rumah kakak. Dengan bismillah... aku pun memberanikan diri untuk
mengajukan KPR ke BTN. Dengan menjalankan tips dan trik dari sana-sini, ajuan
kreditku pun disetujui. Alhamdulillah.
Setelah mulai mencicil angsuran bulanan, sesekali
kusempatkan untuk memantau perkembangan pembangunan rumahku. Pihak pengembang
tidak mau berspekulasi dan menginvestasikan bahan-bahan bangunan terbaik untuk membangun
satu demi satu rumah pesanan pelanggan. Salah satu material bahan bangunan yang digunakan, tentunya semen Tiga Roda,
perekat bahan bangunan rumah masa kini dan masa depan.
Karakteristik semen ini sangat pas dengan filosofi hidup
yang aku jalani saat ini. Jiaaah, sebegitunya ya? Ayo deh kita telusuri melalui
contekan dari situs semen tiga roda yang sedikit kuringkas menjadi paparan di
blog ini. Mariii...!
1. Tidak menggumpal
Ciri semen yang baik mudah dikenali secara fisik/kasat mata, yaitu tidak
menggumpal. Terkadang semen yang sudah lama disimpan bisa membentuk gumpalan
sebaiknya tak lagi digunakan karena sudah bereaksi dengan uap air/kelembaban
dan hanya akan menjadi bagian yang lemah pada plesteran/beton/acian.
2. Waktu mengeras
Semen yang baik harus punya cukup waktu untuk tercampur
secara merata dengan bahan lain sebelum diaplikasikan menjadi dinding,
misalnya. Setelah itu, semen perlu waktu 6-7 jam hingga mengering sempurna.
Terlalu cepat mengeras justru akan meningkatkan resiko keretakan pada dinding.
Aku sendiri perlu waktu cukup lama untuk beradaptasi dengan
situasi dan lingkungan baru. Jadi, proses ini cukup merepresentasikan diriku.
3. Adukan lebih rapat dan rekat
Material semen kaya akan mineral dan logam. Daya lekat yang baik antara pasta
semen dengan bahan lain menghasilkan campuran bahan bangunan yang padat dan
baik, yang tentu saja harus berpadu dalam komposisi yang tepat. Campuran yang
padat menghasilkan bahan bangunan beton/plester/acian yang berkualitas.
Berkaca diri, aku pun tentu perlu
berbaur dan bergaul dengan orang lain. Bisa sangat dekat dengan beberapa
sahabat sevisi, kami bisa bersinergi, saling menyemangati, dan berujung pada
keluarnya potensi terbaik kami.
4. Kemasan tertutup sempurna
Kualitas semen akan terjaga jika
kemasannya tetap tertutup rapat, tidak basah, tanpa bekas tambalan. Setuju
sekali. Tapi kurang pas rasanya jika kuanalogikan dengan busana muslimah yang
biasa kukenakan di keseharian. Saat ini aku masih terus berusaha menjaga diri
agar tidak sembarang orang bisa melihat.
5. Berlogo SNI (Standar Nasional
Indonesia)
Sertifikat nasional dengan standar
berupa logo SNI atau bukti sertifikasi internasional menjadi
jaminan mutu untuk memilih semen terbaik.
Standar SNI untukku? Sertifikasi dari Diknas atau Cambridge
sebagai tenaga pengajar profesional cukup setara-kah dengan SNI? ;)
6. Baik dalam penyimpanannya
Cara menyimpan semen yang baik
diantaranya adalah menyimpannya dalam ruangan yang terhindar dari kelembaban
tinggi dan jumlah tumpukan tidak melebihi 2 meter. Hindari kontak langsung
dengan lantai dan dinding dengan memberi bantalan (palet/kayu). Selain itu,
semen yang baik ditumpuk secara berdekatan untuk mengurangi sirkulasi udara.
Begitu juga aku. Nggak nyaman
rasanya kalau umpel-umpelan di satu tempat dengan terlalu banyak orang. Aku
perlu space supaya bisa leluasa bergerak dan berekspresi, memunculkan potensi
terbaikku.
Dan semakin hari, rumah impianku
semakin mewujud. Sedikit menambah space di bagian belakang rumah, dengan
menambah material bangunan rumah lainnya, pengerjaannya
akan rampung dalam beberapa hari ini. Sudah banyak teman dan saudara yang
menanyakan tentang rencana kepindahanku ke rumah baru. Insya Allah jika
waktunya tiba, aku akan mengabari. Nggak akan diam-diaman lalu tiba-tiba pindah
kok.
Buatku, rumah itu, selain sebagai
tempat berlindung, juga tempat sembunyi, sanctuary tempatku menyepi. Tapi tentu
terkadang pintu kubuka untuk teman-teman dan saudara, menyiapkan ruang untuk
silaturahim. Seperti dinamika Tiga Roda, perekat bahan bangunan rumah masa kini
dan masa depan, rumahku pun menjadi penghubung dari masa kini dan masa depan
yang kujalani saat ini juga di waktu mendatang.