Nonton berita di TV, mbaca beberapa penggalan berita dari berbagai media cetak, internet, maupun milis KAMMI-Jepang sekalipun! Sungguh, sedih sekali mengetahui keadaan saudara-saudara kita di Yogyakarta saat ini. Listrik masih belum nyala, air bersih sulit didapat, makanan siap makan masih belum sampai ke beberapa titik yang sulit dijangkau, korban luka-luka terpaksa 'berserakan' di halaman rumah sakit. Kepanasan saat siang hari, dan akhirnya bersesakan di teras saat hujan, dan itupun pasti masih kena tempias. Masya Allah...
Cerita dari relawan ACT yang sebetulnya sudah stand by di sekitar Yogya untuk mengantisipasi letusan Merapi ternyata kemudian beralih tugas, bergerak untuk membantu korban gempa. Tenda tak cukup untuk menampung seluruh korban. Banyak relawan (terutama pria) yang akhirnya mesti terjaga semalaman karena tak kebagian tempat untuk beristirahat. Makanan tak cukup untuk semua, itupun lauk seadanya. Dengar cerita dari Westri yang baru pulang dari Yogya (kakak dan ayahnya ada di sana. alhamdulillah, mereka baik-baik saja), dia sempat datang ke rumah sakit untuk mencari kerabatnya, tapi tak kuasa berbuat apa-apa karena melihat jumlah korban luka yang teramat banyak. Lagipula, dia tak biasa melihat 'pemandangan' demikian. Sebelum akhirnya kembali ke Bandung, dia sempat ikut tim dapur untuk masak makanan yang akan didistribusikan untuk para korban gempa. Nah, kita? Apa yang bisa kita lakukan dari sini?
Pekan-pekan ini adalah pekan-pekan sibuk di sekolah. Kesibukan menjelang akhir tahun pelajaran membuat guru-guru bersicepat menyelesaikan tenggat pekerjaan. Belum lagi dengan aktivitas berbagai kepanitiaan yang melibatkan kita semua. Sungguh menyita waktu dan tenaga. Kalau dijabanin semua, bisa sakit lahir-batin! Makanya, ingin deh stress-releasing atau sedikit refreshing bareng teman-teman di sela-sela kesibukan ini.
Kepikiran untuk pergi nyanyi-nyanyi lagi. Tapi untuk saat ini, rasanya malu sekali bahkan untuk memikirkan kesenangan kita sendiri, sementara teman-teman di Yogya sana boro-boro mikirin refreshing.
Ketika lapar, rasanya masih ingin pilih-pilih makanan untuk pengganjal perut, tapi kalau ingat saudara-saudara yang di Yogya? Boro-boro pilih makanan, mau makan saja kadang nggak bisa, karena memang makanan tak ada.
Ketika aku bolak-balik dengan kendaraan pribadi, masuk tol pula (soalnya telat berangkat dari rumah)! jadi malu hati sendiri. Beberapa rupiah sebetulnya bisa disisihkan dari sana, dan mestinya dialirkan saja ke Yogya. Harga satu-dua liter premium, bea beberapa gerbang tol yang kulalui, dana itu sebetulnya bisa berarti banyak buat mereka.
Ayo, Di, kencangkan ikat pinggang lagi!
Wednesday, May 31, 2006
Sunday, May 28, 2006
Pertemuan Lanjutan W2C
Kelanjutan dari pertemuan W2C-WISE di Masjid IPTN tanggal 8 Mei lalu, (harusnya) jam 9 pagi ini kelompok kecil kita bertemu lagi. Aku telat berangkat. Habisnya, nyempatin nonton kelanjutan anime detektif Conan dulu (lanjutan minggu lalu, penasaran pengen tahu akhir ceritanya, siapa pembunuhnya, apa Heiji bisa nyelesai-in kasus sendiri atau mesti dibantu Conan, dst deh. Hehe...) Jadi aja telat berangkat.
Kali ini jadwal kita ketemu di selasar masjid UPI. Udah ngebela-belain lewat tol Bubat-Pasteur supaya dapat jalan lancar, eh.. di Dr.Junjunan kehalang 3-4 armada truk sampah yang sedang memuat timbunan sampah dibantu crane. Alur kendaraan jadi serupa mulut botol dong, menyempit. Yang tadinya 4 jalur, mesti jadi 2 jalur saja. Yah... merayaplah jalan mobilku. Kesel juga. Akhirnya nyampe masjid UPI jam 10.40!!! (yang bener aja... telat berat, gue!)
Ternyata, cuma ada 3 orang di sana, dengan aku ya jadi 4. Kayaknya sih garing... tapi ternyata (lagi), justru dengan anggota forum yang sedikit, kita justru bisa bicara banyak, saling mengkritisi contoh tulisan yang kita bawa, dan... topik pembicaraan bisa jadi melebar ke mana-mana. Hehe... Bada shalat dzuhur kita baru bubaran. Insya Allah nanti ketemu lagi tanggal 4 Juni mendatang.
Kali ini jadwal kita ketemu di selasar masjid UPI. Udah ngebela-belain lewat tol Bubat-Pasteur supaya dapat jalan lancar, eh.. di Dr.Junjunan kehalang 3-4 armada truk sampah yang sedang memuat timbunan sampah dibantu crane. Alur kendaraan jadi serupa mulut botol dong, menyempit. Yang tadinya 4 jalur, mesti jadi 2 jalur saja. Yah... merayaplah jalan mobilku. Kesel juga. Akhirnya nyampe masjid UPI jam 10.40!!! (yang bener aja... telat berat, gue!)
Ternyata, cuma ada 3 orang di sana, dengan aku ya jadi 4. Kayaknya sih garing... tapi ternyata (lagi), justru dengan anggota forum yang sedikit, kita justru bisa bicara banyak, saling mengkritisi contoh tulisan yang kita bawa, dan... topik pembicaraan bisa jadi melebar ke mana-mana. Hehe... Bada shalat dzuhur kita baru bubaran. Insya Allah nanti ketemu lagi tanggal 4 Juni mendatang.
Saturday, May 27, 2006
Gempa di Jogja
Pagi ini ada training di sekolah untuk guru-guru yang akan pegang kelas 4 di tahun pelajaran mendatang. Aku termasuk salah satunya. Rencana pertemuan sih jam 9 pagi.
Jam 9 lewat 10-an aku baru nyampe sekolah, tapi acara belum mulai. Sebelumnya aku nyelesaiin cucian bajuku, yang udah bertumpuk beberapa hari ini.
Acara dibuka jam setengah 10-an. Setelah pembacaan ayat Quran dan sambutan-sambutan, Kepsek meminta kita semua untuk berdoa bagi saudara-saudara kita yang tertimpa musibah di Jogjakarta. Begitu katanya. Eh??? Ada apa? Apakah gunung Merapi jadi meletus? Aku terbengong-bengong. Beberapa hari belakangan ini koran-koran memang diramaikan oleh berita meningkatnya aktivitas Merapi. Soal binatang-binatang liar yang sudah keluar dari persembunyiannya dan turun gunung, soal erupsi lava yang meleleh menuruni lereng merapi, soal awan panas alias wedhus gembel yang sudah meluncur , soal mbah Maridjan the kuncen Merapi yang juga belum mau mengungsi ke tempat yang relatif lebih aman, dst dst. Tapi rupanya bukan itu yang jadi berita kali ini. Sejak pagi tadi, aku memang nggak ndengerin radio, sedangkan televisi pun tak ada di tempat kost. Asli euy, ketinggalan berita!
Setelah satu menit berlalu untuk doa bagi warga Jogja, aku tanya bu Westri yang duduk di sebelahku,
"Kenapa? Gunung Merapi meletus?" tanyaku yang disambut gelengan.
"Bukan. Ada gempa di Jogja."
"Gempa vulkanik?"
"Bukan. Tektonik. Pusat gempanya deket banget dari pantai, jadi kerusakannya ke kota Jogja cukup berat nih. Saya belum bisa ngontak keluarga di sana tuh." Bu Westri kelihatan agak cemas. Dalam benakku,'bencana lagi...? di Indonesia?' Ada satu saudara bapak sih yang ada di sana. Ada Eyang Titi yang sudah sepuh, Nuli (anak tante Ayi) yang lagi kuliah di sana, juga beberapa kerabat jauh. Ah... apa kabar juga ya, mereka? Semoga semuanya berakhir baik.
Pertanyaan Ebiet G. Ade di lagu lawas, "... Mengapa di tanahku terjadi bencana?..." sudah ditanyakan berulang kali, dan jawabnya selalu dibawa angin yang mengguncang rerumputan. Kali ini, kita harus tanya siapa lagi nih supaya dapat jawaban yang bisa didengar semua telinga, meresap ke semua hati, dan menggerakkan semua tangan untuk memberi kontribusi terbaik? Mari tanya hati nurani kita, semoga jawabnya adalah jawaban terbaik.
Jam 9 lewat 10-an aku baru nyampe sekolah, tapi acara belum mulai. Sebelumnya aku nyelesaiin cucian bajuku, yang udah bertumpuk beberapa hari ini.
Acara dibuka jam setengah 10-an. Setelah pembacaan ayat Quran dan sambutan-sambutan, Kepsek meminta kita semua untuk berdoa bagi saudara-saudara kita yang tertimpa musibah di Jogjakarta. Begitu katanya. Eh??? Ada apa? Apakah gunung Merapi jadi meletus? Aku terbengong-bengong. Beberapa hari belakangan ini koran-koran memang diramaikan oleh berita meningkatnya aktivitas Merapi. Soal binatang-binatang liar yang sudah keluar dari persembunyiannya dan turun gunung, soal erupsi lava yang meleleh menuruni lereng merapi, soal awan panas alias wedhus gembel yang sudah meluncur , soal mbah Maridjan the kuncen Merapi yang juga belum mau mengungsi ke tempat yang relatif lebih aman, dst dst. Tapi rupanya bukan itu yang jadi berita kali ini. Sejak pagi tadi, aku memang nggak ndengerin radio, sedangkan televisi pun tak ada di tempat kost. Asli euy, ketinggalan berita!
Setelah satu menit berlalu untuk doa bagi warga Jogja, aku tanya bu Westri yang duduk di sebelahku,
"Kenapa? Gunung Merapi meletus?" tanyaku yang disambut gelengan.
"Bukan. Ada gempa di Jogja."
"Gempa vulkanik?"
"Bukan. Tektonik. Pusat gempanya deket banget dari pantai, jadi kerusakannya ke kota Jogja cukup berat nih. Saya belum bisa ngontak keluarga di sana tuh." Bu Westri kelihatan agak cemas. Dalam benakku,'bencana lagi...? di Indonesia?' Ada satu saudara bapak sih yang ada di sana. Ada Eyang Titi yang sudah sepuh, Nuli (anak tante Ayi) yang lagi kuliah di sana, juga beberapa kerabat jauh. Ah... apa kabar juga ya, mereka? Semoga semuanya berakhir baik.
Pertanyaan Ebiet G. Ade di lagu lawas, "... Mengapa di tanahku terjadi bencana?..." sudah ditanyakan berulang kali, dan jawabnya selalu dibawa angin yang mengguncang rerumputan. Kali ini, kita harus tanya siapa lagi nih supaya dapat jawaban yang bisa didengar semua telinga, meresap ke semua hati, dan menggerakkan semua tangan untuk memberi kontribusi terbaik? Mari tanya hati nurani kita, semoga jawabnya adalah jawaban terbaik.
Thursday, May 25, 2006
The DaVinci Code, finally
Siang tadi janjian sama Evi dan Umi (utamanya sih...). Sama Ita juga, tapi ternyata Ita nggak bisa. Bu Tari juga sempat janjian, tapi akhirnya batal. Malah Bu Ismi bergabung. Rencananya mau nonton film kontroversial, The DaVinci Code. Ketemu di BIP, makan siang dulu (karena bu Ismi sudah 'berubah bentuk' jadi si muka pucat. Haha...)
Setelah makan, gadis-gadis yang sedang berhalangan kebagian tugas ngantri tiket, sementara kita shalat di mushala basement. Tapi belum juga shalat, bu Umi sudah ngabarin berita bahwa tiket habis. Ya... tapi sudahlah, yang penting shalat dzuhur dulu.
Bada shalat dzuhur, bu Umi ngajakin ke CiWalk untuk 'berburu' kesempatan nonton film adaptasi dari novel itu. Jadilah kita berangkat berempat ke sana (bu Tari nggak jadi ikut). Sempat 'bernapas lega' di CiWalk karena dapat tempat juga, biarpun dapat seat paling depan, udah gitu duduk terpisah pula, duaan-duaan. Tapi nggak apa-apa, biarpun akhirnya kurang menikmati (abisnya, leher pegel...!). But overall... it's not a bad movie. Setelah semua resensi yang kubaca tentang film ini, komentar-komentar yang kudengar, dsb, aku nggak (terlalu) kecewa. 'Kekurangsukaanku' tentang akting Tom Hanks sebagai Robert Langdon ternyata nggak terlalu jadi masalah, walaupun teteep... kayaknya image-nya agak beda dengan yang di buku. Tapi sekali lagi, it's ok.
Setelah makan, gadis-gadis yang sedang berhalangan kebagian tugas ngantri tiket, sementara kita shalat di mushala basement. Tapi belum juga shalat, bu Umi sudah ngabarin berita bahwa tiket habis. Ya... tapi sudahlah, yang penting shalat dzuhur dulu.
Bada shalat dzuhur, bu Umi ngajakin ke CiWalk untuk 'berburu' kesempatan nonton film adaptasi dari novel itu. Jadilah kita berangkat berempat ke sana (bu Tari nggak jadi ikut). Sempat 'bernapas lega' di CiWalk karena dapat tempat juga, biarpun dapat seat paling depan, udah gitu duduk terpisah pula, duaan-duaan. Tapi nggak apa-apa, biarpun akhirnya kurang menikmati (abisnya, leher pegel...!). But overall... it's not a bad movie. Setelah semua resensi yang kubaca tentang film ini, komentar-komentar yang kudengar, dsb, aku nggak (terlalu) kecewa. 'Kekurangsukaanku' tentang akting Tom Hanks sebagai Robert Langdon ternyata nggak terlalu jadi masalah, walaupun teteep... kayaknya image-nya agak beda dengan yang di buku. Tapi sekali lagi, it's ok.
Friday, May 19, 2006
kkkucing lucccuuuuu!
See? Lucu banget ya? Kudapat dari seorang teman, lengkap dengan kutipan bijak untuk disimak. Yang lainnya akan menyusul kemudian. Kata kita sih, lucu aja lihat kucing tak berdaya begini ya? Tapi sebetulnya kasian juga sih... Mudah-mudahan setelah difoto, si kucing langsung dikeluarin dari gelas. Wah... pasti pegel-pegel tuh badannya. Hehe...
Wednesday, May 17, 2006
Martabak Manisss....!
Beberapa hari yang lalu, aku pengen banget makan martabak manis. Hehe... Kebayang-bayang aja wanginya, rasanya, legitnya! Belum kesampaian. Beberapa hari kemudian, baru deh berhasil mampir untuk beli martabak susu-keju di pertigaan simpang-Tb.Ismail. Nyampe rumah, nggak nunggu lama, langsung makan!!! Tapi... sedikit kecewa. Rasanya tak senikmat yang kubayangkan. Hehe... Imej-nya rasa martabak susu-keju di depan Bangbayang yang sekarang jadi langgananku sih. Yang di Tubagus Ismail nggak begitu enak. Jadi pengen beli lagi nih. Kali ini aku mau beli yanf enak! Tunggu aja, yang berikutnya, aku bakalan mampir ke kios depan Bangbayang buat beli itu martabak manis. Hmm.... Mudah-mudahan entar malem bisa mampir beli martabak dulu sebelum pulang ke rumah. Haha... Niat bener ya...?
Saturday, May 13, 2006
Karaoke, Pizza, dan Boscha
Kemarin sebetulnya kita berencana untuk pergi karaoke-an di NAV-Bubat. Rencana untuk refreshing ini sudah tercetus sejak beberapa minggu yang lalu, sebetulnya. Pekan lalu nyaris jadi berangkat, pasca tes kedalaman materi (anu ngalieurkeun tea…), tapi batal karena aku mesti ikut nginap di sekolah, didaulat untuk ikut nginap di acara tahajjud bareng kelas 6. Jadi wali asuh lagi. Sedangkan Ita mesti ikut rombongan UPI ke Cidaun untuk survey. Jadilah, rencana karaoke-an dipending sampai pekan ini.
Jumat ini, dari rencana 8 orang, yang jadi berangkat tinggal bersisa 4 orang. Aku, Ocha, Reni Asri, dan Ita. Nyampe tujuan, ternyata karaoke box tutup!! Waduh… jadinya kita cuma numpang shalat di mushala super mini di sana, lalu switch ke rencana dadakan. Makan-makan ke Pizza Hut! Makan paket sensasi delight ber-4. Cola, roti bawang (eh, apa sih namanya?), plus 4 macam personal pan pizza yang akhirnya saling nyobain. Yummy… Oishikatta! Ngobrol panjang…, seru!
Hari ini aku berencana untuk pergi ke Observatorium Boscha-Lembang, bareng Ocha dan anak-anak pemenang lomba Science vs Sulap beberapa waktu yang lalu. Selain nemenin Ocha yang jadi pembimbing mereka, aku juga ingin ikutan dong… Bukan (hanya) karena aku ketua level 4, tapi aku juga guru mereka (Syasya dan Hafizh kan dari kelasku), dan lagi aku mau negosiasi rencana Astro Camp tambahan buat anak-anak Salman yang lain, follow up dari perbincanganku dengan Ibu Sri, Mamanya Ilham, beberapa waktu yang lalu. Kebetulan, koordinator Astro Camp tuh Hendro Setyanto, astronom peneliti (?) di Boscha yang pernah ketemu denganku di Observatorium Gunma beberapa waktu yang lalu. Hehe… jauh-jauh ya ketemu di sana, padahal masih sesama orang Bandung nih.
Monday, May 08, 2006
Ke Habiburrahman. Bismillah.
Hari Ahad kemarin, aku berencana untuk ikut kumpulan perempuan penulis di WWC (Woman Writing Club, kalo nggak salah), mungkin maunya seperti FLP gitu, tapi yang ini khusus buat perempuan. Pertemuan pertamanya diadain di perpustakaan masjid Habiburrahman, IPTN. Pusing juga nyari lokasinya. Berbekal peta, nggak cukup membantu ternyata. Jalan menuju ke sana aja udah nyasar-nyasar. Nyari jalan ke Padjajaran ternyata nggak gampang juga, soalnya bukan 'daerah jajahan' sih. Hehe... Setelah itu, udah sempat masuk kompleks IPTN, bahkan sampai menyusuri lintasan luar landasan pacu bandara, sempat melintas di halaman depan bandara Husen Sastranegara, lalu keluar lagi dari situ karena nggak yakin. Setelah itu, malah masuk jalan Baladewa, dan nyasar ke kompleks pemakaman Sirnaraga! Wah... yang bener aja...!
Akhirnya ketemu juga tuh masjid. Sepi. Aku datang sekitar jam satu-an, telat jauh dari jadwal yang direncanakan. Tapi sebetulnya jadwal mereka juga telat kok. Pembicara yang direncanakan mengisi materi acara siang itu, M. Irfan Hidayatullah, juga datang sangat terlambat karena terhambat dari pertemuan sebelumnya. Pembicaraan nggak lama juga, cuma sekitar 1 jam-an, berakhir bada adzan ashar.
Hm... pertemuan pertama yang membuat aku agak canggung, sebetulnya, karena aku datang telat tea... jadi nggak begitu 'ngeh' dengan pembicaraan awal dan orang-orang di sana. Tapi nanti-nanti mungkin aku akan merasa lebih nyaman kalau sudah kenal lebih lama dan lebih dekat. Insya Allah. Ini adalah sebuah komunitas baru untuk membantuku lebih bersemangat untuk menulis, produktif menulis, dan bikin tulisan yang bermutu juga! Sok ah, bismillah...
Akhirnya ketemu juga tuh masjid. Sepi. Aku datang sekitar jam satu-an, telat jauh dari jadwal yang direncanakan. Tapi sebetulnya jadwal mereka juga telat kok. Pembicara yang direncanakan mengisi materi acara siang itu, M. Irfan Hidayatullah, juga datang sangat terlambat karena terhambat dari pertemuan sebelumnya. Pembicaraan nggak lama juga, cuma sekitar 1 jam-an, berakhir bada adzan ashar.
Hm... pertemuan pertama yang membuat aku agak canggung, sebetulnya, karena aku datang telat tea... jadi nggak begitu 'ngeh' dengan pembicaraan awal dan orang-orang di sana. Tapi nanti-nanti mungkin aku akan merasa lebih nyaman kalau sudah kenal lebih lama dan lebih dekat. Insya Allah. Ini adalah sebuah komunitas baru untuk membantuku lebih bersemangat untuk menulis, produktif menulis, dan bikin tulisan yang bermutu juga! Sok ah, bismillah...
Thursday, May 04, 2006
Is Your Job Right for You?
Dapat 'info' lagi dari self test. Kali ini tentang kerjaan yang cocok buatku. Pengen tahu aja, jadi guru seperti sekarang ini, yang
sudah kuimpikan sejak dulu, apakah cocok buatku atau nggak. And here comes the result ...
Tipe Kreatif. Tipe kepribadian seperti ini cenderung memiliki talenta atau bakat yang belum diasah. Sebenarnya Anda punya kecenderungan ‘menciptakan sesuatu’ yang baru. Sayangnya, orang-orang kreatif cenderung mengandalkan mood dalam menyelesaikan pekerjaannya. Anda juga suka tampil unik dan berbeda dari orang-orang di sekitar Anda. Seringkali Anda juga cuek dengan pendapat orang lain. To be different memang motto andalan Anda. Pekerjaan ‘lapangan’ seperti bekerja sebagai wartawan di media mungkin bisa jadi pilihan Anda. Yang perlu ditingkatkan cuma kepedulian pada deadline kok…!
EH??? Jadi wartawan? Haha... Dulu kepikiran sih, tapi kalo ingat tenggat alias deadline dan jam kerja yang nggak pasti, wah... terus terang, aku masih mikir-mikir lagi. Tapi bisa jadi ya, aku nggak cocok dengan kerjaan sekarang kali. Mungkin jadi wartawan boleh dipikirin lagi. Haha...! :D
sudah kuimpikan sejak dulu, apakah cocok buatku atau nggak. And here comes the result ...
Tipe Kreatif. Tipe kepribadian seperti ini cenderung memiliki talenta atau bakat yang belum diasah. Sebenarnya Anda punya kecenderungan ‘menciptakan sesuatu’ yang baru. Sayangnya, orang-orang kreatif cenderung mengandalkan mood dalam menyelesaikan pekerjaannya. Anda juga suka tampil unik dan berbeda dari orang-orang di sekitar Anda. Seringkali Anda juga cuek dengan pendapat orang lain. To be different memang motto andalan Anda. Pekerjaan ‘lapangan’ seperti bekerja sebagai wartawan di media mungkin bisa jadi pilihan Anda. Yang perlu ditingkatkan cuma kepedulian pada deadline kok…!
EH??? Jadi wartawan? Haha... Dulu kepikiran sih, tapi kalo ingat tenggat alias deadline dan jam kerja yang nggak pasti, wah... terus terang, aku masih mikir-mikir lagi. Tapi bisa jadi ya, aku nggak cocok dengan kerjaan sekarang kali. Mungkin jadi wartawan boleh dipikirin lagi. Haha...! :D
Apa Yang Kita Cari, Itu Yang Kita Beri
Nyontek dari blog-nya mas Agus Syafii yang di-posting di milis Kammi Jepang (hehe... bisanya nyontek doang nih akhir-akhir ini. Lagi Be-Te, jadi nggak kreatif. Tapi biarpun less-creative, tapi tetap harus ada hikmah dan ibrah yang kita ambil dari segala kejadian di sekitar kita, juga dari milis tetangga ini. Hehe...)
Di Labschool Cinere saya selalu bertemu dengan orang yang menarik, ada seorang teman selalu yang selalu membuat kejutan buat saya dan temen2 pengajar lainnya, pernah satu hari mengajak makan siang, lain waktu saya pulang diantar atau sering ngajak diskusi agama dengan saya.
Sepertinya dia tidak pernah kehabisan energi untuk berbuat baik dengan orang lain.
Pernah suatu ketika saya ngobrol dengannya, kenapa sih sepertinya tidak pernah kehabisan energi untuk berbuat baik. Katanya, Islam mengajarkan kepada saya, apa yang kita cari itulah yang kita berikan kepada orang lain. Jika kita ingin kebaikan maka kebaikan itu haruslah kita berikan kepada orang lain, setelah itu kita akan mendapatkan kebaikan yang kita cari. Itulah sebabnya kenapa energi saya selalu bertambah, katanya sambil tersenyum.
Wassalam,
agussyafii
http://agussyafii.blogspot.com
Kadang frustrasi ketika kita (merasa) sudah memberi sesuatu kepada orang lain, lalu jadi berharap akan dapat sesuatu pula, yang ternyata tak kunjung dapat. Hehe... pamrih banget ya? Salahnya sendiri dong. Tapi terus terang, terkadang untuk ikhlas itu susah. So help me God.
Di Labschool Cinere saya selalu bertemu dengan orang yang menarik, ada seorang teman selalu yang selalu membuat kejutan buat saya dan temen2 pengajar lainnya, pernah satu hari mengajak makan siang, lain waktu saya pulang diantar atau sering ngajak diskusi agama dengan saya.
Sepertinya dia tidak pernah kehabisan energi untuk berbuat baik dengan orang lain.
Pernah suatu ketika saya ngobrol dengannya, kenapa sih sepertinya tidak pernah kehabisan energi untuk berbuat baik. Katanya, Islam mengajarkan kepada saya, apa yang kita cari itulah yang kita berikan kepada orang lain. Jika kita ingin kebaikan maka kebaikan itu haruslah kita berikan kepada orang lain, setelah itu kita akan mendapatkan kebaikan yang kita cari. Itulah sebabnya kenapa energi saya selalu bertambah, katanya sambil tersenyum.
Wassalam,
agussyafii
http://agussyafii.blogspot.com
Kadang frustrasi ketika kita (merasa) sudah memberi sesuatu kepada orang lain, lalu jadi berharap akan dapat sesuatu pula, yang ternyata tak kunjung dapat. Hehe... pamrih banget ya? Salahnya sendiri dong. Tapi terus terang, terkadang untuk ikhlas itu susah. So help me God.
Monday, May 01, 2006
Mau Ketemu UJ?
Hari Sabtu lalu aku bareng bu Tika dan bu Ocha berangkat ke Subang. Rencananya untuk memenuhi undangan acara Mauludan yang diselenggarakan keluarga Annis (salah satu muridnya bu Tika di kelas 1A). Di acara rutin tahunan itu, selain khitanan massal, juga diisi dengan taushiyah dari Ustadz Jeffri, yang akhir-akhir ini sedang naik daun (ulet... kali :P)
Berangkat pake Avanza hitam yang disetiri oleh pakde-nya Annis, aku sih merasa nyaman and comfort banget. Jelas aja, dibandingin dengan kijang yang biasa kubawa, Azanza yang relatif baru ini pasti mulus banget merambah jalanan. Ngobrol aja seru sama bu Tika. Ocha ternyata mabuk darat. Kondisinya emang lagi nggak fit sejak sebelum berangkat, kayaknya. Beberapa kali kita mesti berhenti di pinggir jalan, ngasih kesempatan supaya Ocha menghirup udara segar di luar mobil. mun-mun juga sih... Hehe...
Ocha nyaris mau balik aja ke Bandung, tapi akhirnya berhasil disemangati untuk terus sampe Pamanukan (ternyata bukan Subang, but actually a lot further than that). Nyampe sana, kita udah nggak sempat ketemu muka dan ngobrol-ngobrol dengan UJ, tapi cuma bisa ndengerin taushiyahnya di panggung, dan ngelihat dari jauh. Itu juga kehalang orang-orang lain, dsb.
Yah... nggak perlu disesali-lah. Apa sih pentingnya ketemu muka langsung dan berfoto bareng UJ? Dapat ilmu mah bisa dari mana aja kan? Kebetulan aja UJ lagi kondang saat ini, tapi nggak mesti punya foto pribadinya atau berfoto bersama kan? Yang penting sih bisa bersilaturahmi dengan keluarga Annis di sana.
Pulang dari sana, sempat disergap hujan deras di tol Cipularang. Rada ngeri juga. Nyampe Bandung di awal malam, numpang shalat maghrib dulu di rumah saudaranya bu Tika di daerah Ramdhan. Abis itu nebeng dia bermotor-ria. Hujan lagi di beberapa tempat, tapi untungnya nggak sampai kuyup. Whew... what a day...
Berangkat pake Avanza hitam yang disetiri oleh pakde-nya Annis, aku sih merasa nyaman and comfort banget. Jelas aja, dibandingin dengan kijang yang biasa kubawa, Azanza yang relatif baru ini pasti mulus banget merambah jalanan. Ngobrol aja seru sama bu Tika. Ocha ternyata mabuk darat. Kondisinya emang lagi nggak fit sejak sebelum berangkat, kayaknya. Beberapa kali kita mesti berhenti di pinggir jalan, ngasih kesempatan supaya Ocha menghirup udara segar di luar mobil. mun-mun juga sih... Hehe...
Ocha nyaris mau balik aja ke Bandung, tapi akhirnya berhasil disemangati untuk terus sampe Pamanukan (ternyata bukan Subang, but actually a lot further than that). Nyampe sana, kita udah nggak sempat ketemu muka dan ngobrol-ngobrol dengan UJ, tapi cuma bisa ndengerin taushiyahnya di panggung, dan ngelihat dari jauh. Itu juga kehalang orang-orang lain, dsb.
Yah... nggak perlu disesali-lah. Apa sih pentingnya ketemu muka langsung dan berfoto bareng UJ? Dapat ilmu mah bisa dari mana aja kan? Kebetulan aja UJ lagi kondang saat ini, tapi nggak mesti punya foto pribadinya atau berfoto bersama kan? Yang penting sih bisa bersilaturahmi dengan keluarga Annis di sana.
Pulang dari sana, sempat disergap hujan deras di tol Cipularang. Rada ngeri juga. Nyampe Bandung di awal malam, numpang shalat maghrib dulu di rumah saudaranya bu Tika di daerah Ramdhan. Abis itu nebeng dia bermotor-ria. Hujan lagi di beberapa tempat, tapi untungnya nggak sampai kuyup. Whew... what a day...
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
Hari Minggu pagi, pukul 3 dini hari, telefon berdering. Kupikir, pasti bukan kabar yang terlalu baik. Emergency, pasti. Pada intinya, kesimp...
-
Suatu siang di Kota Baru Parahyangan. Aku berada di kawasan niaga di tatar Ratnasasih. Kuparkir mobilku menghadap jalanan supaya memu...
-
Berawal dari keingintahunan tentang kisah dan cerita di balik benda koleksi orang-orang, kuusung tema koleksi ini untuk menjadi salah satu t...